Felly belum bersuara, ia hanya menatap Sashila dengan tatapan datar. Sejujurnya ia malas menghadapi masalah seperti ini, tapi ia tak akan membiarkan karyawan yang sudah ia anggap keluarga menjadi korban orang kaya angkuh seperti orang di depannya ini.
"Nona, saya dengar Anda akan membeli gaun dari butik kami dengan Harga lima kali lipat?" tanya Felly tenang.
"Itu benar. Gue bisa langsung ngasih cek kosong dan kalian bisa tulis sendiri angkanya," balas Sashila dengan sombong.
"Baiklah, kami akan mengambil sisa pembayaran kakak ini saja, lainnya biar langsung diterima kakak ini." Felly mengambil cek kosong itu dan menyerahkannya pada Melati.
Belum sampai cek itu di tangan Melati, Sashila sudah merebut Kembali kertas cek itu. "Gue gak akan sudi ngasih duit sama jalang ini."
"Lo ...!" Melati mengusap lembut lengan Arsen untuk meredakan emosi suaminya.
"Kenapa? Lo gak terima? Dia cuma berasal dari keluarga rendahan, dia pasti udah buka kaki di depan lo sampai lo nikahin dia."
Plakkk
Suara tamparan itu berasal dari Melati. Felly tersenyum tipis melihat itu. Sashila yang pipinya sudah memerah, langsung saja maju untuk membalas Melati. Namun gerakannya terhenti kala Felly maju untuk menghalanginya.
"Nona, tolong jangan membuat keributan di sini!"
"Lo gak lihat dia sudah nampar gue."
"Bukankah itu dipancing ucapan Anda sendiri."
"Lo belain dia?"
"Enggak, saya netral. Saya hanya tak ingin terjadi keributan di sini."
"Lo gak mau ada keributan? Oke, Lo akan dapatkan!" Dengan senyum smirknya. Sashila menoleh menatap tiga orangnya. "hancurkan tempat ini!"
Tanpa perintah dua kali, tiga pria berbadan kekar yang sedari tadi berdiri di belakang Sashila langsung maju dan mulai mengobrak-abrik tempat itu. Tari dan juga Nadia langsung berlari untuk menyelamatkan karyawan lain dengan menyuruh mereka naik ke lantai atas. Tak lupa Tari juga memerintahkan mereka untuk menghubungi polisi dan teman-teman Tari yang juga berstatus atasan mereka meski bukan bagian inti butik.
Felly sendiri sudah menarik napas dalam sebelum mulai menarik salah satu tubuh besar dan membantingnya. Meski perempuan, Felly pernah berlatih Taekwondo sampai sabuk hitam. Dengan lihai, Felly terus menghalangi tubuh besar yang kini beralih fokus untuk melawannya. Echa tak tinggal diam, ia pun membantu Felly melawan tiga pria tubuh besar itu. Tari dan Nadia pun sama, mereka pun bisa bela diri seperti Felly dan Echa.
"Cha, lindungi Kak Melati," bisik Felly saat Echa berdiri di sampingnya.
Echa mengangguk dan melanjutkan kegiatannya melawan salah satu pria dibantu Tari dan Nadia. Felly berhadapan satu lawan satu, dan pria satu lagi melawan Arsen. Semua saling hajar menghajar hingga beberapa bagian tubuh mereka memiliki Lebam.
Melati menjauh dari pusat perkelahian. Ia tak menyadari jika Sashila berjalan dengan perlahan ke arahnya dengan sebuah pisau lipat yang baru ia keluarkan dari tas yang ia bawa. Dengan perlahan ia mempersiapkan pisau lipatnya dengan tujuan Melati.
Di tengah sengitnya perkelahian, Arsen menyadari bahaya yang mendekati orang yang dicintainya. Ia menendang lawannya hingga tersungkur kemudian langsung berlari mendekati Melati. Di posisinya, Melati sudah memejamkan mata saat Sashila mengangkat tangannya yang memegang pisau.
"MELATI!"
"Arghhh...."
Rintihan itu bukan dari Melati, melainkan Felly. Ya, saat pisau hampir menyentuh tubuh Melati, Felly langsung menariknya hingga pisau itu mendarat di dada atas Felly. Bersama dengan kejadian itu, Raka dan Rizky memasuki butik dengan diikuti beberapa polisi di belakang mereka.
"Felly!" seru Echa, Tari, Nadia, juga Raka bersamaan.
Felly menahan darah yang terus mengalir dari lukanya dengan tangan kiri. Susah payah ia menahan rasa sakit yang hampir merenggut kesadarannya. Saat perlahan tubuh itu tumbang, sepasang tangan kekar langsung menahannya. Raka memeluk Felly hingga darah Felly mengenai baju yang ia pakai.
"Fel, kamu harus tetap sadar. Kita langsung ke rumah sakit," ujar Raka pelan namun sarat akan kekhawatiran.
Felly mendongak, "Ka, bawa Kak Mel dulu. Dia masih shock."
Raka melihat Melati yang pucat lalu mengalihkan tatapannya pada Arsen. Arsen mendekati Melati setelah membantu polisi untuk mengamankan tiga pria dan satu Wanita yang menjadi tersangka. Ia langsung memeluk istrinya yang gemetar dengan wajah pucat. Perlahan mengusap punggungnya serta membisikkan kata penenang.
"Kak Mel udah sama Kak Ar. Kita ke rumah sakit ya," ujar Raka lagi.
Felly memejamkan mata, merasakan sakit yang semakin terasa. Ia tak tahan lagi, detik setelahnya ia sudah pingsan dalam dekapan Raka. Echa mendekat dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. Rizky dengan sigap langsung memeluk orang yang dicintainya itu untuk memberi ketenangan.
"Riz, kita ke rumah sakit sekarang!" Rizky mengangguk. "Kak, gue bawa Felly ke rumah sakit dulu. Nanti kalo kak Mel udah tenang lo langsung nyusul aja!" Arsen mengangguk.
"Cha, kita ke rumah sakit ya," kata Rizky seraya melepas pelukannya untuk Echa.
"Bentar, aku mau ngomong sama Tari dulu."
Echa langsung mendekati Tari dan Nadia untuk memberi sedikit perintahnya. Terlihat Tari juga Nadia menganggukan kepala saat Echa selesai berucap. Setelah selesai, Echa langsung mengikuti Rizky keluar menyusul Raka.
Raka masuk di pintu belakang Bersama Felly dalam gendongannya. Rizky membukakan pintu untuk Echa sebelum berputar untuk memasuki pintu bagian kemudi. Mereka berkendara dengan kecepatan penuh menuju rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, Felly langsung di bawa ke ruang UGD. Dia langsung ditangani seorang dokter perempuan muda. Raka, Rizky, juga Echa menunggu di kursi tunggu di depan ruangan. Setelah menunggu sekitar setengah jam, seorang suster keluar dari ruangan itu.
"Bagaimana saudara saya, Sus?" tanya Echa.
"Pasien sudah sadar. Lukanya juga sudah mendapat penanganan. Keadaannya baik saat ini. Sebentar lagi pasien akan dibawa ke ruang rawat. Kalian bisa menemuinya di sana. Bisa ikut saya untuk mengurus administrasi?" jelas suster itu.
Echa baru akan melangkah untuk mengikuti suster itu, tetapi ponselnya tiba-tiba bergetar menandakan panggilan masuk. Melihat itu, Raka langsung beralih untuk mengikuti suster mengurus administrasi. Rizky menemani Echa meski dari Jarak aman. Ia tak ingin mengganggu privasi Echa.
Beberapa saat kemudian Raka sudah Kembali. Felly pun sudah pindah ke kamar rawat. Mereka bertiga berjalan Bersama menuju ruang rawat Felly.
"Yang kali ini cukup parah. Untung gue udah biasa," ujar dokter muda yang kini menemani Felly di dalam ruang rawatnya.
"Gue juga ngerasa gitu, Kar. Lo tugas malam?" balas Felly.
Dokter muda yang diketahui Bernama Karina itu mengangguk.
"Kali ini kenapa? Urusan sama preman lagi?"
"Emmm, tapi yang ngasih luka bukan para preman."
"Terus?"
"Mbak mantannya calon masa depan gue."
Satu kalimat yang seketika membuat beberapa orang kaget serta shock.
Raka, Rizky, juga Echa sudah berdiri di depan pintu ruang rawat Felly yang sedikit terbuka. Mereka bertiga bisa mendengar dengan jelas obrolan yang terjadi di dalam sana.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/260132514-288-k222954.jpg)
YOU ARE READING
RAFEL
RomanceSeorang CEO yang baru merasakan patah hati karena pengkhianatan sang kekasih jelang hari H pernikahannya, membuat ia sulit mempercayai cinta. Hatinya kini telah terkunci rapat hingga tak ada seorang pun yang mampu menembusnya. Namun, bagaimana jika...