03

8 1 0
                                    

Satu bulan setelah kejadian kesalnya Felly pada Raka kala itu, Felly masih baik-baik saja di kantor. Apa yang dikhawatirkan teman-temannya tidak terjadi. Diam-diam Felly bersyukur untuk itu. Begitu pula semua teman divisinya.

Siang ini setelah selesai dari kantin untuk mengisi perut, Felly berjalan sendiri menuju mushollah kantor. Echa yang biasanya menemani sedang datang bulan, sedangkan lainnya sudah melaksanakan lebih dulu.

Sesampainya di sana, Felly langsung mengambil air wudhu lalu melaksanakan kewajibannya. Setelah usai, ia merapikan rambut dan memoles sedikit wajahnya dengan bedak tipis. Felly bukan orang yang suka dandan seperti temannya yang lain. Ia hanya melakukan sekenanya, alami lebih baik menurutnya.

Di perjalanannya untuk kembali ke tempat kerja, Felly tidak sengaja menabrak pundak seseorang yang baru saja berjalan berlawan arah dengannya.

"Astaghfirullah, woyy kaki lo gak punya mata ya!" teriak Felly saat belum sadar siapa yang ia tabrak.

Ia pun memutar tubuhnya saat tidak mendengar jawaban maupun pergerakan dari orang yang di belakangnya. Dan betapa terkejutnya ia saat mengetahui siapa orang yang baru saja ia tabrak.

"Baru merasa aman, kenapa gini lagi sih."  batin Felly.

"Apa kamu bilang?" Raka sudah memutar tubuhnya sempurna menghadap Felly.

"Ya Allah, Pak. Ternyata selain kejam Bapak budek juga ya. Untung ganteng. Apa gantengnya nyasar ya?"

Raka sudah mendelik mendengar penuturan Felly yang mengejeknya secara terang-terangan.

Tidak beda jauh dengan Raka, sedikit jauh di belakang Felly ada ketiga temannya Felly yang sedari tadi sudah berada di luar ruangan sedang memperhatikannya. Mereka bertiga geleng-geleng kepala serta menepuk jidat saat melihat betapa beraninya Felly menghadapi Raka.

"Kamu!" Raka berusaha menahan emosinya. Ia menarik napas sejenak sebelum menghembuskannya perlahan. "Kamu dari mana?"

"Saya, Pak?" tanya Felly sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Kamu lihat ada orang lain di sini selain kamu?"

Felly melihat sekitarnya yang memang sudah sepi.

"Ada, Pak."

"Mana?"

"Lah, Pak Raka kan orang. Atau mungkin Pak Raka bukan orang ya? Jadi Bapak dari jenis apa?"

Oke, Felly berhasil membangkitkan emosi atasannya. Ketiga teman Felly yang masih setia menjadi penonton kini ikut merasakan ketegangan. Takut jika atasan mereka sampai bertindak di luar batas saat menghadapi Felly.

"Kamu sudah melakukan kesalahan, sekarang dengan beraninya kamu menghina saya?"

"Astaghfirullah, kapan sih, Pak, saya menghina Bapak? Saya tuh tadi tanya, Pak, tanya. Ini Bapak beneran budek apa rada bego sih?"

Ketiga teman Felly hampir teriak melihat kelakuan Felly. Entah ditaruh dimana otak anak itu.

Raka memejamkan mata, berusaha menahan agar emosinya tidak sampai meluap menghadapi Felly. Saat merasa agak sedikit tenang, ia pun kembali berbicara pada Felly.

"Ke ruangan saya sekarang!"

"Mau ngapain, Pak? Kan kita udah ketemu di sini."

Tanpa menjawab, Raka sudah berjalan lebih dulu meninggalkan Felly. Tepat saat itu, ketiga teman Felly langsung berlari menghampiri Felly.

"Fel, lo gak lagi kumat kan?"

"Lo gila, Fel."

"Lo pasti dapat masalah sebentar lagi!"

RAFELWhere stories live. Discover now