Rossie POV
♡♡♡
Seperti pagi biasanya, aku selalu menyiapkan menu sarapan untuk keluargaku.
Hmm, keluargaku bukanlah keluarga besar yang terdiri dari banyak anggota keluarga. Melainkan hanya ada aku dan mamaku tercinta.
Tapi, pagi ini terlihat berbeda saat ada sosok pria matang yang duduk di ujung meja makan.
Papaku sudah meninggal saat aku masih ada dalam kandungan. Bisa kalian tebak siapa itu?
Bukan kakekku. Bahkan aku tidak memiliki kakek ataupun nenek. Bukan tidak punya. Melainkan mereka yang tidak pernah menganggapku ada.
Mereka mengusir mamaku yang waktu itu sedang mengandungku. Karena dianggap telah membuat malu keluarga besarnya.
Karena pergaulan bebas saat berkuliah di luar negeri dan itu berhasil membuat mamaku hamil di usia muda.
Aku tidak menyalahkan mamaku, hanya saja itu selalu dijadikan pelajaran agar aku tidak mengikuti jejak buruk mamaku dahulu.
Ah, mengapa aku terlalu banyak melamun.
"Sayang.." suara lembut milik mamaku membuyarkan segala lamunanku.
"Hmm, iya ma. Kenapa?"
"Pagi-pagi udah melamun. Apa yang kamu pikirkan sayang?" Mama duduk tepat di depanku.
"Tidak ada." Jawabku sambil menatap mama.
"Kamu selalu saja menyembunyikan apapun dari mama. Sedikitlah berbagi." Mama masih sibuk merapikan riasan pada wajahnya yang masih terlihat cantik di usia akhir 35 tahunan.
Sejujurnya aku bukan menyembunyikan, aku hanya tidak ingin membebani mama.
"Sungguh, aku tidak memikirkan apapun." Elakku. Bagaimana bisa aku menceritakan apa yang baru saja aku pikirkan?
"Ya sudah. Mama harus berangkat pagi-pagi. Pemotretannya ada di luar kota."
"Apa mama tidak bisa berhenti bekerja?" Tanyaku. Aku benar-benar tidak habis pikir dengan mama yang masih saja bekerja. Bukankah sekarang mama memiliki suami?
"Tidak bisa semudah itu sayang. Mama sudah terlanjur tanda tangan kontrak untuk satu tahun kedepan."
Sejujurnya aku ingin mengatakan bahwa mama egois. Tapi kata-kata itu tidak pernah sampai terucap.
Aku tahu, mama juga bekerja untuk kehidupan kami. Tapi bukan kah sekarang mama sudah memiliki suami lagi?
"Berapa denda yang harus mama bayar jika memutuskan berhenti di tengah-tengah?" Kataku tiba-tiba.
"Sayang, itu sangat banyak."
"Aku memiliki tabungan. Katakan saja ma." Ucapku lagi dengan angkuhnya.
"Sudah. Jangan berdebat. Anna, kau bisa berhenti jika kau mau. Aku akan membayar dendanya." Tiba-tiba suara bariton menghentikan perdebatanku dan mama.
Suaranya terdengar seksi dan sangat manly. Entahlah, mungkin telingaku yang sedikit bermasalah.
"Tidak bisa begitu Xander.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy, I Love You
RomanceTidak ada jalan yang lurus terus menerus. Sama halnya dengan CINTA. Tidak ada perjuangan yang tidak membuahkan hasil. Sama halnya dengan perjuangan cinta mereka. Cinta beda usia bukan sesuatu yang harus di kritik habis-habisan. Karena pada dasarnya...