♡♡♡"Eghhh.. ini dimana?" Rossie terbangun dari tidurnya dan merasakan bukan lagi berada dari tempatnya berada sebelumnya.
Bukankah terakhir kali ia berada di depan televisi? Mengapa sekarang ia berada di atas ranjang? Dan lagi, ini bukan ranjangnya. Rossie oun segera mengecek tubuhnya, yang ternyata masih berpakaian lengkap.
Setelah mengumpulkan segenap kesadarannya, Rossie pun bangun menuruni ranjang. Begitu melihat sebuah pintu yang dipastikan sebagai pintu keluar, ia pun berjalan perlahan ke sana.
Rossie berpikir bahwa dirinya diculik, namun jika ia di culik mengapa ia seperti berada di tempat yang mewah? Bukankah jika penculik-penculik biasanya akan menyekap di ruangan bekas pakai yang kumuh dan kotor serta gelap?
Demi menuntaskan rasa penasarannya, ia pun membuka pintu itu perlahan. Ia melihat seorang pria yang sedang membaca sebuah majalah dengan posisi membelakangi dirinya. Sehingga Rossie tidak tau siapa itu.
"Oh, kau sudah bangun?" Xander pun menoleh ketika mendengar derit pintu yang tertutup dan langkah kaki yang mendekat.
"X, kita ada dimana?" Tanya Rossie. Xander beranjak dari duduknya. Ia menghampiri gadisnya.
"Pesawat."
"Kita mau kemana?"
Tanpa menjawab, Xander menggendong Rossie apa koala. Rossie yang tidak siap pun segera mengalungkan kedua lengannya di leher Xander agar tidak terjatuh.
Xander menurunkan Rossie di atas ranjang yang menjadi alas tidur Rossie tadi.
"Kita akan ke Los Angeles."
"Untuk apa?"
"Nanti juga tau." Xander mendorong Rossie hingga terlentang. Ia dengan sigap berpindah posisi menjadi diatas Rossie. Mengurungnya dengan lengan kekarnya.
Dengan perlahan wajah Xander semakin mendekat. Rossie pun merasakan wajahnya memanas dan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Terlebih ia juga bisa merasakan aroma musk dari tubuh Xander.
"I miss you sweety..." Xander lalu mengecap bibir sexy milik Rossie yang sekarang menjadi candu untuknya.
Awalnya hanya mengecap, namun lama-lama Xander tak tahan dan mulai menjelajah bibir sexy itu.
Rossie yang masih amatiran dalam hal ini pun mencoba membalas dengan sebisanya. Namun Xander dengan pelan membimbing gadisnya agar mahir dalam hal ini.
"Xan..der.. stop." Kata Rossie ketika ia merasakan pasokan udara yang ia hirup menipis.
"Kau sangat panas sweety. Membuatku gerah." Ujar Xander. Jujur ia sudah merasakan hasrat ini sejak menidurkan Rossie saat peratama kali memasuki pesawat.
Bagaimana tidak? Tanpa sengaja dress yang Rossie pakai tersingkap dan memperlihatkan celana dalam putih yang dipakainya. Serta Xander tanpa sengaja melihat gundukan kecil yang mencuat di balik dress itu.
"Shit!" Xander beranjak dari posisinya ketika ia merasakan kendali atas dirinya akan lepas. Ia pun memilih duduk di pinggir ranjang.
"X, kenapa?" Tanya Rossie khawatir. Ia tidak bodoh. Rossie merasakan gairah yang di rasakan Xander. Terbukti dengan tonjolan panjang dan keras di bawah sana.
"Jangan mendekat sweety." Kata Xander mengingatkan.
"Apa yang salah? Kau sudah tidak mau lagi denganku?" Tanya Rossie lagi. Kali ini dengan nada kecewa yang terselip disana.
Bagaimana tidak, ia juga menginginkan Xander. Namun ia juga ragu. Ia takut karena ia juga belum pernah melakukannya. Ia takut Xander tidak akan menyukai tubuhnya. Ia takut akan mengecewakan Xander karena tidak lihai dalam hal dewasa seperti itu.
"Jangan bicara seperti itu lagi." Jawab Xander dengan nada sedikit keras. Bagaimana ia tidak marah. Sungguh ia sangat menginginkan gadisnya. Namun ia takut akan merusak masa depannya.
"Lalu apa? Kau berhenti di tengah-tengah begitu saja?" Xander segera membalikkan badannya. Ia menangkup kedua pipi Rossie dengan telapak besarnya.
"Aku takut kau tidak menginginkanku." Kata Xander lemah.
"Bodoh. Bagaimana tidak? Kau sudah membuatku terhanyut dalam derasnya arus yang kau ciptakan. Mengapa masih bicara omong kosong?"
"Hm, siapa yang mengajarimu berbicara seperti itu?" Tanya Xander menyelidik. Ia memandang intens Rossie. Yang di pandang pun menjadi gugup. Tidak tau harus menjawab apa. Jelas saja tadi hanya spontanitas yang ia ucapkan.
"X..."
"Baiklah. Sepertinya bibir ini perlu di hukum." Bisik rendah Xander dengan suara baritonnya yang terdengar sangat manly di telinga Rossie.
Dengan rakus, Xander mengecap setiap inchi bibir Rossie. Tanpa ampun dan juga tidak memberikan kesempatan Rossie untuk protes. Namun Rossie memang tidak ingin protes sedikitpun. Ia justru menikmatinya.
Tanpa sadar, tangan Xander sudah meloloskan dress yang Rossie pakai. Hingga sekarang Rossie hanya berbalut celana dalam.
Sadar karena dadanya merasa dingin, ia pun mendorong pelan Xander. Rossie segera menyambar selimut putih untuk menutupi tubuh bagian atasnya.
"X, maluuu..." cicit Rossie.
"Hanya aku yang lihat. Dan hanya boleh aku, tidak ada yang lain." Rossie pun mengangguk pelan. Pipinya memerah.
Akhirnya, di atas awan entah di belahan dunia mana, mereka saling memiliki secara utuh satu sama lain.
Bulan dan bintang menjadi saksi akan perjalanan cinta mereka yang dimulai.
♡♡♡
Hehe..
Pendek aja ngga papa lah ya😁😁
Sengaja di skip skidipapapnyaaaa yaaaa...
Siti tau banyak anak di bawah umur..
Hayoo loh ngaku😅
With love,
Ross Sy7
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy, I Love You
RomanceTidak ada jalan yang lurus terus menerus. Sama halnya dengan CINTA. Tidak ada perjuangan yang tidak membuahkan hasil. Sama halnya dengan perjuangan cinta mereka. Cinta beda usia bukan sesuatu yang harus di kritik habis-habisan. Karena pada dasarnya...