Happy reading buat Dilyers...
Sehat selalu...
♡♡♡
Tepat sebelum jam makan malam tiba Xander sudah sampai di kediaman orang tuanya. Ia lalu memarkirkan mobilnya dan mengajak turun wanita disampingnya.
"Ayo turun, sudah sampai!" Ajak Xander. Ia membuka safetybelt-nya.
Sedangkan yang di ajak, masih diam mematung di tempatnya. Tanpa ada pergerakan sedikitpun.
"Hey, sweety.." Xander menggenggam jemari mungilnya.
"A-aku tak-ut."
"It's okay baby. I'm with you.." Xander mencoba menenangkan Rossie. Setelah sedikit tenang, Rossie mulai melepaskan safetybelt-nya. Xander pun mengecup bibir manis milik wanitanya guna menenangkan dan meyakinkan Rossie, bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"X, apapun yang terjadi nanti, kumohon jangan membelaku. Apalagi dengan melawan orang tuamu."
"Aku tidak bisa berjanji akan itu!" Sesal Xander. Ya, ia tidak bisa membiarkan jika mommynya menyakiti Rossie. Karena hanya mommynya lah yang masih tidak menyukai atau bahkan membenci Rossie.
"Aku mohon.."
Akhirnya dengan berat hati Xander mengangguk. Tidak ada pilihan lain selain membuat Rossie percaya padanya.
Sambil bergandengan tangan, keduanya memasuki pintu utama. Rossie yang melihat penyambutan di depan pintu utama tidak heran. Karena, sudah pasti ini demi keamanan keluarga terkaya nomor satu di Amerika. Ia bisa merasakan aura kekayaan yang begitu melimpah hanya dari pintu masuknya saja.
Semakin dalam, Rossie di buat kagum dengan arsitektur interior yang sangat indah. Meski tidak ada barang berlapis emas, namun Rossie tau berapa kira-kira harga guci antik yang terpajang rapi di sudut ruangan itu.
"Ayo, kita langsung ke meja makan saja. Sepertinya mereka ada di sana." Buyar sudah tebakan Rossie. Xander mengajak Rossie memasuki rumah semakin dalam. Ia memang tidak memberi tau kedatangan mereka malam ini. Hanya Martin yang tau. Bocah kecil itu sangat menjengkelkan karena terus merengek dan memaksa Xander untuk memberi tau kapan mereka -Rossie dan Xander- datang ke rumah.
Dengan jantung yang berdegup kencang, Rossie terus merapalkan doa-doa dalam hatinya. Agar pertemuan ini berjalan lancar. Ia sangat takut. Takut untuk di acuhkan seperti yang lalu.
Di tengah ruangan, Xander dan Rossie dapat melihat sosok Dimitri Ainsley dan istrinya, Lily Ainsley berada di meja makan.
"Dad, mom." Panggil Xander.
Lily menoleh cepat saat mendapati suara putra pertamanya. Ia tampak terkejut dengan sosok yang ada di samping Xander.
Berbeda dengan Lily, respons Dimitri sangatlah santai. Malah terlewat santai. Satu hal uang Rossie syukuri. Tidak semua membencinya.
"Oh, anak daddy pulang-pulang membawa gadis cantik." Dimitri mendekati keduanya.
"Hallo, Rossie bukan? Aku tidak salah mengingat bukan?" Dimitri tiba-tiba memeluk Rossie. Rossie hanya diam mematung tanpa bisa berkata-kata. Bahkan hanya sekedar membalas pertanyaan Dimitri.
"Sudah dad, kau membuatnya takut." Lerai Xander.
"Ah maafkan aku. Aku terlalu senang dengan kedatangan kalian."
"Lagi pula aku yang anaknya, kenapa bukan aku dulu yang kau peluk?" Rajuk Xander.
"Daddy tudak yakin kau mau di peluk daddy." Kekeh Dimitri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy, I Love You
RomanceTidak ada jalan yang lurus terus menerus. Sama halnya dengan CINTA. Tidak ada perjuangan yang tidak membuahkan hasil. Sama halnya dengan perjuangan cinta mereka. Cinta beda usia bukan sesuatu yang harus di kritik habis-habisan. Karena pada dasarnya...