Darkness [1]

2.3K 240 60
                                    

Warning!!

Untuk chap ini akan ada penggunaan obat-obatan, pembullyan dan kata-kata kasar. Hal ini mungkin akan menimbulkan/memicu  rasa tidak nyaman bagi sebagian pembaca. Mohon untuk bijak dalam chap kali ini, thank you!

Cerita ini hanya fiksi dan tidak ada hubungan nya dengan real life, ide pasaran, typo bertebaran.

Rated : M

Happy Reading...

.

.

.

.

'Kenapa aku harus mengalami ini semua?'

'Aku seolah hidup dalam neraka'

________________________

Kring..Kringg

Suara bel istirahat terdengar nyaring, tidak butuh waktu lama bagi para murid berhamburan keluar kelas setelah sang guru menyelesaikan proses mengajar nya. 

Di saat yang lain senang ketika bel berdering, pria bernama Zhong Chenle justru sangat membenci suara itu. Karena suara inilah yang akan menjadi 'pemanis' bagi mereka.

Drrkk..

Suara pintu yang di geser dengan kasar itu lagi-lagi seperti sebuah alarm baginya. "Hoi, gendut!!. Belikan aku tiga roti green tea dan antar ke tempat biasa". Perintah seorang pemuda yang bersandar di pintu.

Tatapan yang mengintimidasi seakan memperjelas bahwa titah nya adalah sebuah tugas yang wajib di kerjakan.

Chenle berdiri dengan cepat dari bangku nya. "Ba-baik Yuta sunbae".

"Aku mau roti cokelat!". Ucap satu pemuda lagi bernama Ten. "Kau mau apa Guanlin?". Lanjut nya.

Sedangkan pria bernama Guanlin itu masih sibuk dengan game di ponsel nya saat Ten bertanya. Ia menggeleng. "Aku tidak lapar".

"Tiga roti green tea dan 1 roti cokelat! Jangan lama-lama kalau tak mau kena akibatnya". 

"Ba-baik". 

Ketiga perisak itu segera meninggalkan kelas setelah memberi perintah. Chenle meremas baju seragam kebesaran yang ia pakai. Batin nya meraung ingin menolak, namun lagi-lagi terhalang oleh 'keberanian'

Ia hanya bisa pasrah dan menerima segala perlakuan mereka. Tak pernah ada yang peduli dengan kasus bully yang ia alami. Murid bahkan guru seakan tutup mata. 

Pembullyan seperti sudah menjadi 'makanan' di Negeri Gingseng ini.

Tak ingin para perisak itu menunggu, Chenle segera mengambil dompet kecil di tas miliknya dan keluar kelas menuju kantin.

Seorang pria berkacamata yang duduk dekat jendela itu terus memperhatikan Chenle. Ia mendengus kasar karena tak pernah melihat perlawanan dari pria 'gendut' itu.

Just Us |Chenji | JichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang