lima

1 1 0
                                    

Happy reading 🌼
°°°

"Lea, lu harus berubah penampilan!" Tegas Serryl. "Lu cantik, Le. Lu kan gak minus banget, coba buka kaca mata lu deh. Cantik banget sumpah!"

Alea mendengus, ada-ada saja. Memang tidak terlalu berpengaruh sih, lagi pula ia memakai kacamata untuk mengobati minusnya, dan memang minusnya tidak terlalu parah. "Gue bilang gak, ya tetap gak Serryl!"

"Lea, percaya gue deh." Ucap Serryl.

Alea tetap keukuh tidak mau membuka kacamatanya, malu. Lagi pula ia terbiasa memakai kacamata dimana pun kecuali saat tidur dan mandi.

Alea melangkah keluar kelas, jenuh mendengar ocehan Serryl. Memang sekarang sudah jam istirahat, Agnes?

Agnes sibuk pacaran di taman bersama pacar baru, pacar yang semalam? Telah ia putusi tanpa sebab.

"SERYYL, TUNGGU GUE DONG!" Teriak Serryl, tanpa tau malu.

Alea mencepatkan tempo berjalannya, "BODO AMAT RYL!"

'Bruk!'

"ANJIR!"

Alea melihat kacamatanya sudah tak terbentuk lagi, dan diyakini matanya sekarang berkaca-kaca.

Kacamata pengobatan yang harganya mahal yang diberikan mendiang Neneknya itu sudah hancur berkeping-keping di depan matanya sendiri.

Alea mendongkak melihat pelakunya. Dion! Dion Kakak kelas yang terkenal sering membuat onar di sekolah. Siapasih yang tidak kenal dengan Dion? Huh!

"Lu punya mata gak?! Baju gue kotor gara-gara lu! SHIT! Lu beliin baju gue! Mahal bajunya, asal lu tau!" Sentak Dion.

Alea mengepal tangannya, ia tau salah tapi gak gini juga. Masa iya diperlakukan seperti ini, Dion juga salah menurutnya. "HEH! Lu miskin apa gimana sih? Beli baju gitu aja gak bisa, buka mata lu noh! Kacamata mahal gue remuk, ketimpa badan lu yang gendut!"

Kini orang pada ramai melihat mereka, untung tidak ada satupun yang mengambil foto maupun video.

"Ada apa ini?" Tanya suara bariton, tepat dibelakang Alea.

Bulu kuduk Alea berdiri, seakan seperti bertemu makhluk halus. Ia melihat kebelakang, lalu damn!

Ia harus menanggung malu! Arkan tepat dibelakangnya.

"Lea ya?" Tanya Arkan mengerutkan alis.

Alea mengangguk, lalu tersenyum kikuk. Iy
-iya."

"Eh, cewek perusuh. Gue bakal inget ini ya! Gue bakal tagih, lu harus bayar baju gue dengan harga lima ratus ribu harus cash! Gue gak mau tau, lu yang bust baju mahal gue jadi kotor!" Ucap Dion, lalu berjalan melewati Alea dan Arkan tepat dibelakang Alea.

Sebelum itu, Dion sengaja menabrak pundak Alea sedikit kencang.

"Shh. Anjing banget sih!" umpat Alea. Lalu ia berjalan dengan hentakkan kaki ke arah kelasnya.

°°°

Alea menggeram, ada saja cobaan yang diberikan kepadanya. "Huft, astagfirullah sabar."

"ALEA!" Teriak Agnes dengan bangga di depan pintu. "Woah! Seorang Alea membuka kacamatanya, dong."

Alea memutar bola mata malas, "gara-gara Dion."

"What?! Si pembuat onar itu? Kakak kelas kan, Le?" Tanya Agnes ala-ala syok.

"Ck, lebay. Gue ketabrak sama dia, mana kacamata gue remuk di timpa badan buntelnya, gitu malah dia marah-marahin gue, anjing gak tuh?" Jawab Alea. "Mana katanya gue disuruh gantiin bajunya yang kotor dengan harga lima ratus ribu, bajunya doang. Gila gak sih? Emaknya gak pandai nawar, ck."

"What?! Gak punya fikiran kali dia, gila sih." Sahut Agnes tidak percaya, yakali satu baju  saja lima ratus ribuan. "Jangan mau diganti Le."

"Masalahnya, kalau gak diganti dia bakal nagih terus ke gue. Tapi kan bukan baju dia doang yang jadi korban, kacamata kesayangan gue juga jadi korban woi." Sahut Alea mencak-mencak. "Mana pemberian terakhir Nenek gue lagi."

Agnes menghela nafas, "kalau kacamata ikhlasi aja Le. Kalau soal baju, gue bakal tangani, yakali dia minta ganti rugi, siapa dia disini? Apa pangkat bapaknya, songong banget sih."

Alea mengangguk, "thanks Nes."

"Eh, Serryl mana? Bukannya tadi sama lu?" Tanya Agnes.

"Ke kantin, laper katanya." Sahut Alea, lalu menekuk lengannya dan menunduk kebawah. "Au ah, gue mau tidur. Nanti kalau udah siap istirahat, banguni gue."

"Oks bund." Sahut Agnes."

°°°

"Serryl, Agnes. Pulang sekolah, lu berdua ke rumah gue bisa?" Tanya Alea.

"Bisa aja sih kalau gue." Sahut Serryl, "lu gimana, Nes?"

Agnes menggeleng, "gak tau juga sih. Coba nanti gue usahain ya."

"Emang ada urusan apa?" Tanya Serryl.

"Biasa, Bokap Byokap mau keluar kota, otomatis gue jagain dua adek kembar gue." Sahut Agnes, menghela nafas.

"Huft, untung Adek gue sama Oma." Sahut Alea.

"Lah, untungan mana sama gue? Adek gak punya, Kakak gak punya, Abang pun gak punya." Sahut Serryl bangga.

"Tapi lu gak enak, gak punya teman bicara." Sahut Agnes dan Alea berbarengan.

"Ye sirik ae lu, kutu kebo." Umpat Serryl.

°°°

Haiii!

Vote dong😉

Instagram : annisa_pspta

It's Okay :)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang