empat

2 1 0
                                    

Happy reading 🌼
°°°

"Lalu?" Tanya seorang gadis dengan penasaran. "Lu mau? Gue rasa lu udah gila."

Alea mendengus. "Ada-ada aja lu, ya kan gue terpaksa njir."

"Terpaksa-terpaksa." Sahut Serryl.

"Ya Terus gue harus kek mana? Mana tadi malam style gue amburadol." Sahut Alea ketika mengingat kejadian tadi malam.

"Lu kan bisa nolak, Bokap lu gak mungkin maksa kan? Nyokap lu kemana emangnya?" Tanya Serryl.

"Bokap gue maksa njing, Nyokap gue juga." Sahut Alea. "Yaudah deh, gue ngikut aja. Katanya cuma makan malam, eh rupanya gue ketemu Ketua Osis, si Arkan. Mana style gue malu-maluin. Lu bayangin, gue cuma pakai baju tidur lengan pendek, terus gue lapisi pakai jaket oversize."

"BWAHAHHAA, Anjir. Terus, terus gimana? Jadi kambing congek gak tuh, lu disana." Tanya Serryl.

"Yaiyalah, gue gatau masalah bisnis-bisnis. Masih mending Kak Arkan, dia tau semuanya, bahkan katanya dia sekarang ini udah kerja gitu di kantor Bokapnya." Sahut Alea. "Lah gue? Diem aja, mana lupa bawa handphone. "

"Astaaga njing, sumpah gue ngebayangi muka lu kek mana, asataga." Sahut Serryl tertawa, lalu ia kembali memakan bakso yang lumayan tidak hangat, karena ia mengombrol dengan Alea tadi.

Semalam sepulangnya teman satu kelas Alea. Bokap dan Nyokapnya gak lama dari itu, pulang kerumah.

Dan disaat itu Alea baru mau masak, terus Bokapnya bilang, mau ngajak makan malam diluar.

Alea sebenarnya nolak, karena mager mau ganti bajunya sekarang, maksudnya ia ingin makananya dibungkus dan dibawa pulang saja.

Tetapi Bokap dan Nyokapnya bilang, kesannya gak enak kalau makan dirumah. Jadi alhasil Alea ikut dengan baju tidur yang dipakainya.

Ternyata sampai sana ia bertemu dengan kedua orang yang menurutnya penting, ia memakai jas yang lengkap. Setelah ia lihat, itu adalah Arkan.

Dan satunya lagi, Pak Leord kepala sekolahnya Alea. Ia kira sewaktu Arkan memanggil kepala sekolah dengan sebutan 'Yah' itu hanya main-main saja menurutnya. Ternyata eh ternyata, Pak Leord itu benar-benar Ayahnya Arkan.

Disaat itu Alea memang tidak mau menceritakan kepada kedua temannya, karena menurutnya keduanya ini sangat rempong.

Memang murid satu sekolah ini belum ada yang tau kalau Arkan, ketua osis, adalah anak dari kepala sekolah ini, dan yang pasti pemilik sekolah SMA PAMUNGKAS juga.

"HAI!" Ucap Agnes sambil memegang pundak Alea.

"Astagfirullah!" Sahut Alea terkejut.

"Ya maap, eh udah main makan duluan aje ye, gue yang mesen makanan bukannya ditunggui gitu. Nih minumannya!" Sahut Agnes, lalu ia duduk dia samping Serryl.

"Hehe big sorry bos!" Sahut Serryly cengengesan."

°°°

"ALEA!" Teriak Bu Elsa.

Alea segera berbalik, "ya Bu? Ada apa ya?"

"Eh tolong dong, anter buku ini di kelas samping perpus ituloh, tolong ya nak." Ucap Bu Elsa sambil menunjuk ke arah kelas tersebut.

Alea berjalan dengan tumpukan buku tebal, yang diyakini ini kelas 12MIPA.

'Tok, tok, tok!'

"Ya?" Tanya Seorang, yang Alea tidak kenal.

"Izin masuk, mau naruh buku dari Bu Elsa." Sahut Alea sopan, dengan sedikit senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Boleh. Masuk aja." Sahut Seorang itu tak kalah ramah.

Alea masuk, seketika ia menjadi bahan tontonan. Dengan cepat ia meletakan tumpukan buku tersebut, lalu bergegas keluar.

Namun yang disayangkan ia tertabrak oleh seseorang. "Eh maaf Kak."

Alea mendongkak, astaga!

"Lain kali hati-hati Dek." Sahut Arkan, lalu ia masuk kekelas dan duduk cantik di tempat mejanya berada.

Alea merasa malu, ia membenarkan kacamatanya yang sedikit mereng, lalu bergegas ke kelasnya. Untung saja ketika tertabrak, satu kelas 12MIPA ini tidak terlalu memperhatikannya kali.

Tapi ya gimana, dia juga malu dengan Arkan.

°°°

Alea sekarang sedang menonton Drakor terbaru, sambil ditemani beberapa cemilan dan susu coklat buatannya sendiri.

Nyokap dan Bokapnya sedang pergi keluar kota, bersama Pak Leord dan anaknya Arkan.

Ia berharap apa yang dikatakan temannya waktu itu akan menjadi kenyataan, bahwa Arkan dengannya akan dijodohkan.

Alea tau, itu tidak mungkin jadi kenyataan. Karena Alea tau, Ayahnya ini sangat berambisi kalau Alea harus jadi dokter.

Alea tidak terbebani kalau ia harus jadi dokter, dan memang dokter adalah cita-cita yang dia impikan sewaktu kecil hingga sekarang.

Tapi yang disayangkan, ia tak mungkin bisa memiliki Arkan. Ia tau, ia hanya butiran debu dimata Arkan.

Dan Ayahnya pasti tidak mungkin menyerahkan anaknya begitu saja ke pria lain. Alea tau sendiri bagaimana sikap Ayahnya.

Laki-laki mau itu temen Alea, sahabat atau apalah, kalau sudah menginjak rumah Alea dan Ayahnya tau. Pasti sepulang laki-laki itu, Alea akan diintrogasi habis-habisan.

Huft!

Alea menutup MacBook nya, lalu ia turun kebawah mengambil minuman dingin di kulkas, untuk menghilangkan dahaganya.

Ia masih sendirian di rumahnya, Adiknya masih betah tinggal di rumah Omanya.

Ia menatap rumahnya yang agak sedikit besar. Dengan hiasan sedikit masuk ke kerajaan, dengan warna emas yang dipadukan silver dan putih.

Lalu menatap bingkai foto keluarganya.

Ia memang kaya dalam harta, namun sedikit dengan kasih sayang orang tuanya. Orang tuanya sering berpergian keluar kota, bahkan sampai keluar negeri.

Sebenarnya Reni, Bunda Alea bisa saja tidak ikut dengan Ayahnya. Karena Reni disana hanya duduk dan mengikuti kemana saja Reno pergi.

Tapi ya namanya istri harus menemani dimana suaminya berada. Jadi ya begitu deh.

Alea menghembuskan nafas, ia bosan. Namun keadaan sudah malam, tidak mungkin ia keluar hanya untuk jalan-jalan mencari angin. Bahaya menurutnya.

Alea kembali keatas, lalu menoton drakornya.

°°°

Hai!

Jangan lupa vote sama koment ya! Biar aku makin semangat nulisnya, oke.

Vote dong😉

Instagram : annisa_pspta

It's Okay :)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang