tujuh

0 1 0
                                    

Happy reading 🌼
°°°

"WOI ANJROT, BANGUN! NGEBO BANGET SIH LU!"

Alea sudah ampun sekarang, ia sudah membangunkan Serryl sejak sebelum subuh tadi, namun Serryl tak kunjung bangun.

"SERRYL, PLEASE DEH! TERLAMBAT NANTI!"

Serryl menggeliat, lalu memandang ke arah jam. "ANJIR! Alea kok lu gak banguni gue! Eh, lu kok udah siapan aja?!"

"LU NGEBO BANGSAT! Buru lu mandi, gue mau turun sarapan sebentar. Telat, gue potong leher Lu!" Sahut Alea.

Serryl menelan ludah dengan payah, "ck iy-iya."

Alea turun, lalu dengan cepat mengambil dua roti, dan menaruh selai coklat di dalamnya.

"Serryl mana, Le?" Tanya Reni saat tangannya sedang mengoleskan selai untuk suaminya.

"Biasalah." Sahur Alea malas. "Ngebo banget Bund tidurnya."

Reni menggeleng, lalu tersenyum. " Eh, kamu banguni gak?"

"Banguni lah Bund, yakali sampai hati." Sahut Alea, lalu menggigit rotinya. "Eh tadi malam pulang jam berapa Bund?"

"Jam tiga pagi," Sahut Reni santai. Sudah terbiasa, jadi ya begitulah.

Reno tertawa kecil. "Maaf ya, Le. Kamu jadi kesepian. Mau adik lagi gak?"

Alea melototkan matanya, "Terserah sih. Tapi, kalau ada anak kecil. Bunda gimana dong? Mana Ayah pulangnya larut malam lagi. Gak mau ah! Lagi pula, 'kan udah ada Alex."

Reno tertawa kembali. "Yaudah gausah deh."

Setelah percakapam itu, mereka kembali makan. Dan Serryl turun dengan pakaian sekolah.

°°°

Serryl terjebak sekarang, ia bingung harus apa. Masalahnya ia tidak mengikuti kata-kata Alea tadi.

Dan sekarang ia harus menanggung nasib malangnya. Pagar sekolah sudah tutup, salah ia juga sih. Disaat sudah beberapa menit lagi pagar mau ditutup, masih sempatnya membeli bakso bakar.

"Pak, tolong dong Pak. Saya mau masuk nih." Ucap Serryl memelas.

"Jangan dibuka Pak!" Tegas seorang siswa.

Serryl membelalakan matanya, siapasih dia? Serryl sekarang tengah berada di luar pagar, dan parahnya pagarnya itu tertutup gitu.

"Pak, please dong!" Gertak Serryl. "Pak, hiks hiks."

"Gak usah jadi cewe letoy deh. Salah siapa terlambat? Ha?!" Sekali lagi seorang siswa itu membuka mulutnya.

Serryl memanjat, hanya untuk melihat mulut jahanam yang tengah menghasut Pak Tono, satpam sekolahnya.

Sheryl terbelalak, anjir. "Eh, kak El. Sorry Kak."

Setelah mengatakan itu, Serryl yang hendak turun. Tiba-tiba pintu pagar dibuka dadakan.

"AKHH!"

Serryl menggerutu. "Pak kok dibuka dadakan sih!"

"Disuruh sama El, Neng." Sahut Pak Tono dengan cengiran.

"Shh, makasih Pak!" Sahut Serryl, lalu melirik El tajam.

Selain dingin seribu-ribu es, ternyata El mempunyai sifat yang jahil. Serryl harus mikir berkali-kali untuk mengagumi El.

"Nyesel gue ngagumi lu." Gerutu Serryl.

°°°

"Eh, lu tau gak?" Tanya Serryl dengan wajah sebal.

"Ya, gak lah dodol. Lu belum cerita apa-apa." Sahut Alea.

"Ish, makannya dengeri dulu!" Sahut Serryl. "Gue gamau lagi ngagumi El. Fiks no debat, no kecot!"

"LAH? Wkwkwk, anjir. Emang bisa, Buk?" Tanya Agnes dengan nada meremehkan.

Serryl menggeleng. "Nggak, hehe."

Alea dan Agnes kembali tertawa.

"Permisi?"

Seketika Alea dan Agnes terdiam, lalu mendongkak, siapa dia?

"Ya? Kenapa, hm?" Tanya Agnes, "duduk aja sayang."

Alea membelalakan matanya, ganti pacar baru lagi? "Nes, seriusan lu? Ganti lagi, ha?!"

Agnes mengetuk kepala Alea. "Stt, diem bego. Gak ganti, gak seru."

Alea menghela nafas, "aelah. Sekalian aja, satu Indonesia lu pacari cowonya. Emang berapasih mantan lu?"

"Nanti gue cerita, ada ayang beb nih." Sahut Agnes, lalu memeluk lengan cowo itu dengan mesra.

"Nama lu siapa?" Tanya Serryl yang sedari tadi terdiam.

"Egi." Sahutnya.

Serryl mengangguk, "oh."

Setelah percakapan berakhir, semua kembali sibuk dengan makanan masing-masing.

Ya, memang sekarang sedang jam istirahat, dan mereka sekarang sedang di kantin. Lebih tepatnya, kantin pojokan yang amat sepi, senyap, sejuk, dan yang pasti lebih tenang dari anak-anak alay.

"Eh, cariin gue cowo dong." Ucap Serryl tiba-tiba.

"Lu ngomong sama siapa?" Tanya Ego, mengangkat alis.

"Sama monkey di atas palalu!" Sahut Serryl sewot.

"Loh kok ngamok?!" Gertak Alea.

Serryl melototkan matanya, kok jadi gini sih situasinya?

"Berjanda, maemunah. Matalu, awas copot, makasih." Sahut Alea tertawa.

"Lu mau tipe yang gimana?" Tanya Ego. "Temen gue kebetulan banyak yang jomblo."

Mata Serryl berbinar. "Wahh, cariin aja dah serah lu. Yang penting ganteng, dingin tapi jangan dingin banget, sama baik lah. Udah itu aja tipe gue."

"Lu mau nyari cowo, apa gimana? Pilih-pilih amat." Sahut Ego. "Yaudah, si Pamungkas nganggur kebetulan. Lu mau gak?"

"MAU GUE!" Sahut Serryl semangat.

"Eh. Bukannya, lu suka sama Kak El?" Tanya  Alea bingung.

"Gak jadi. Orangnya ngeselin, dingin sedingin kulkas beribu-ribu pintu, sok cool padahal kaga, cih. Gue tarik kata-kata gue, kalau gue suka sama El!" Sahut Serryl.

Alea kembali terkejut, sedangkan Agnes masih sibuk dengan handphonenya. Karena pacarnya kali ini sedang bercerita ria dengan sahabatnya.

Gak masalah sih menurutnya, putus ya silahkan, masih banyak yang ngantri pikirnya.

"Siapa orang yang lu katain tadi?"

Alea dan Serryl terbelalak.

'Mati, gue!' Batin Serryl berteriak.

°°°

Hi! I'm come back!

Vote dong 😉

Instagram : annisa_pspta

It's Okay :)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang