enam

0 1 0
                                    

Happy reading 🌼
°°°

"Lu mau cerita apa, Le?" Tanya Serryl penasaran. Begitu juga dengan Agnes.

"Kalian jangan marah ya? Gue udah nyimpen rahasia ini dari pertama MOS." Sahut Alea.

Ini saatnya ia membongkar semua rahasianya. Lagi pula apa salahnya? Ya walaupun ada resikonya, tapi ya mau gimana lagi.

Serryl dan Agnes juga sudah bersahabatan lama, pakai banget banget banget.

Ia mengambil nafas, lalu menghembuskan perlahan. "Gue udah lama, jadi pengagum rahasia Arkan."

"WHAT?!"

"SERIOUSLY?!"

Alea mengangguk, "iya, hebat kan gue jaga rahasianya."

"Hebat-hebat, pala lu botak!" Sahut Agnes, lalu menonyor kepala Alea.

Serryl udah ngakak, "woi! Astaga, kok lu bisa suka sama Arkan sih? Gue malah suka sama si 'itu."

"WAHH, itu siapa nich?" Tanya Agnes mengedipkan mata, ala-ala genit.

"Najis, asu." Sahut Alea.

"Si 'itu, temennya Arkan juga lho." Sahut Serryl malu-malu.

"Temen Arkan? Oh gue tau, si Rio? Atau El?" Tanya Alea. "Bahkan banyak lagi temannya."

"Wahh, lu kok tu semua sih?" Tanya Agnes tak percaya, ternyata oh ternyata.

"Kan gue udah jadi pengagum rahasianya, gue tau semunya. Kecuali tentang keluarganya, sumpah gue baru tau kalau kepala sekolah sekaligus pemilik sekolah ini adalah Ayahnya Arkan." Sahut Alea. "Sumpah, gue gak tau sama sekali. Pinter banget nyimpen rahasianya."

"Jadi? Si 'itu yang lu maksud, siapa?" Tanya Agnes kepada Serryl.

"El, hehe. Tapi dia dingin banget, tapi ganteng banget, tapi au ah. Pokoknya gue suka." Sahut Serryl.

"Dih, bangsat." Sahut Agnes dan Alea bersamaan.

"Udah berapa lama?" Tanya Alea. "Mmm, maksud gue berapa lama sukanya."

"Pertama MOS. Waktu Arkan, El sama Rio di pensi. Yang mereka pidato itu, ah apasih namanya? Gue udah lupa." Sahut Serryl.

"Asataga!" Sahut Alea tertawa. "Eh kok sama sih?"

"Ya mana gue tau." Sahut Serryl.

Setelah itu, kembali hening. Agnes sibuk membucin di pojokan, Alea yang sedang menulis naskah novelnya, dan Serryl sibuk dengan ponselnya.

°°°

"Dahh, Aleaa. Gue balik dulu ya!" Ucap Agnes, lalu masuk kedalam mobil jemputannya.

Sedangkan Serryl, masih di kamar. Sibuk dengan dunianya sendiri. Ya, memang Serryl malam ini akan tidur dengan Alea.

Bukan apa, Serryl dirumah juga sendirian. Orang tuanya sibuk dengan bisnis, dan lagi pula Serryl adalah anak satu-satunya.

Sebenarnya, banyak bibi di rumahnya. Tapi ia bosan, tidak ada yang sefrekuensi dengannya, bahkan anak-anak bibinya juga sama.

Ayahnya Serryl memang sengaja menyewa bibi banyak, berguna untuk menjaga dan menemani Serryl, ketika mereka berdua berpergian ke luar kota maupun luar negeri.

"Huft, lu gak bosen?" Tanya Alea.

Serryl menggeleng, "nggak, kenapa?"

"Gak pa-pa sih. Okey laa." Sahut Alea, lalu menghemlaskan badannya ke tempat tidur. Dan menghidupkan televisi di kamarnya. "Lu udah bawa baju untuk sekolah besok?"

"Ye bego, mana sempat dodol. Pulang sekolah gue kan langsung ke rumah lu." Sahut Serryl, lalu menghempaskan handphonenya.

"Shit, selow napa wak." Sahut Alea. "Besok masih pakai baju putih yakan? Noh, besok pakai baju gue aja, banyak."

Serryl mengangguk, "pesen go food gih. Laper gue."

"Ye si goblok, duitnya sape?" Tanya Alea. "Duit lu lah."

"Bayarnya barengan, bagi dua aja." Sahut Serryl.

"Okey laa." Sahut Alea.

°°°

"Gue gak tau kenapa, kok bisa suka sama dia?" Tanya Alea kepada dirinya sendiri. "Goblok banget kan?"

"Lah gue gimana, gue juga gak tau kenapa tiba-tiba bisa menganggumi El." Sahut Serryl sambil mengetuk dagunya.

"Lu percaya keajaiban gak?" Tanya Alea.

"Gak tau juga sih, kadang percaya kadang nggak." Sahut Serryl dengan cengiran.

"Ye goblok." Sahut Alea. "Lu bakal percaya atau nggak. El dan Arkan bakal jadi milik kita?"

"Ya gak lah. Jujur ya, gue juga gamungkin bakal gapai El. Secara dia dingin sedingin kulkas beratus-ratus pintu." Sahut Serryl tersenyum kecil. "Dan gue gak masalah itu, gue tetap ngagumi dia. Gue juga gak masalah kalau El gak bakal bisa gue dapeti. Mengaguminya aja udah buat gue seneng tujuh keliling. Jadi ya gak masalah."

"Iya sih, El dinginnya gak ketulungan." Sahut Alea. "Hm, gue juga gak yakin kalau Arkan bakal gue dapeti. Hm maksud gue, bakal jadi pacar gue gitu."

"Tapi, lu masih punya harapan, Le." Sahut Serryl. "Bokap lu sama Bokap Kak Arkan deket banget. Dan bahkan Bokap lu dan Kak Arkan kerja sama kan?"

Alea meng'iyakan. Memang benar adanya. Tapi menurutnya, walau begitu ia tidak mungkin bisa memiliki Arkan. Arkan yang notabenya dingin, namun tidak sedingin El.

Alea menghela nafas berat. "Gak ngaruh Ryl."

"Ngaruh, Le." Sahut Serryl. "Lah gue gimana? Bokap dia sama gue gak saling kenal, dia juga gak kenal gue, gue dimata dia bagaikan butiran debu njir. Awww, jadi malu, wkwk."

"Dih goblok." Sahut Alea. "Dahlah, gue mau tidur, mana tau mimpiin Abang Tamvan."

"Ye, dodol. Gue juga mau tidur ah." Sahut Serryl.

°°°

Hai!

Please kalau ada typo, komen yakk🤗
Lama banget aku up nya ya? Sorry banget, semalem-semalem lagi ga mood, biasalah

Vote dong😉

Instagram : annisa_pspta

It's Okay :)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang