Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mau sampai kapan kau begini Park Sunghoon?" Yang Jungwon bertanya malas. Tadinya ia meminta Sunghoon pergi lebih dahulu saja ke ruang administrasi karna ia mampir membeli sekotak cokelat kesukaannya. Tapi ternyata pemuda itu berbalik lagi ke arahnya untuk-Jungwon yakin ia tak suka yang satu ini, bertemu dengan Shim Jaeyun.
Sunghoon menundukkan kepalanya, sejak tadi pundaknya menempel ketat pada dinding putih di belakangnya.
"Entah lah . Kau tahu?... Yah, maksudku semuanya terlalu tiba-tiba. Kemarin ia masih meminta ciuman dariku, tapi esoknya-"
"Kau masih mau mengoceh soal mantanmu?" tanya Jungwon dengan nada sarkasme yang kental. "Kalau iya aku akan menelepon Sekretaris Kang untuk memesankan tiket ke Jepang sekarang."
Sunghoon langsung bungkam sebelum menunduk dan memberikan satu kecupan manis di pipinya.
"Mianhae."
Jungwon berdesis sebelum mengusap pipinya. "Kau-" matanya berkilat emosi, membuat Sunghoon terkekeh dan beralih mencium kening Jungwon lama-lama sebelum memeluk tubuh mungilnya dengan sayang.
"Karna selalu mengalah dan membelaku, terima kasih..." bisik Sunghoon sebelum menciumi puncak kepala Jungwon. "Karna selalu mencintai dan memaafkanku, terima kasih."
"Karna telah mendampingiku, menjaga, melindungi, dan menopangku, aku benar-benar berterima kasih Jungwon-ie."
"Kau salah makan?" sinis Jungwon di dada Sunghoon, yang dibalas gelengan kepala dari yang lebih tua dan Jungwon sadar bahwa Sunghoon sedang serius. Maka, meredam seluruh urat malunya, ia pun membalas pelukan hangat yang sudah lama tak ia rasakan sembari menepuk-nepuk pundak Sunghoon dengan sayang.
"Kenapa kau selalu berterima kasih untuk hal yang sudah seharusnya kulakukan Hoon?" lirih Jungwon dengan nada kecilnya. "Tentu saja aku melakukan itu semua karna aku mencintaimu."
"Yah..." Sunghoon menghirup dalam-dalam aroma sampo yang dipakai Jungwon. "Kau benar-benar yang terbaik Jungwon-ie."
Jungwon hanya bisa menghela napas sebelum berbisik kecil, "Kaulah yang terbaik Sunghoon."
Keduanya terlarut dalam pemikiran sendiri-sendiri tanpa sadar berapa banyak mata yang telah mengabadikan momen itu.
