Bab 5

3 1 0
                                    

Sore itu hujan deras turun disertai dengan angin kencang, suara dedaunan yang diterjang angin cukup membuat suasana agak mencengangkan, tak terlihat seorang pun yang berani keluar rumah. Disituasi seperti itu mereka pasti lebih memilih menghabiskan waktu dirumah dengan menonton tv ataupun berkumpul bersama keluarga. Berbeda dengan kebanyakan orang yang membenci hujan, Hyeona sungguh menyukai hujan, apalagi saat malam hari, tidurnya menjadi lebih lelap bila ditemani hujan. Meskipun malam belum tiba Hyeona sudah berada diatas tempat tidurnya dengan posisi terlentang yang nyaman, tidak, dia tidak bersiap untuk tidur karena ini masih sekitar pukul 4 sore. Hyeona sedang berbaring sambil membaca novel Thriller kesukaanya. Entah sudah berapa novel yang ia baca, tetapi dari sekian banyak novel ia paling menyukai novel dengan genre thriller, apalagi yang berbau detective, ia sangat menyukainya. Hyeona mengganti posisi tidurnya, kini ia memiringkan badannya tapi matanya masih fokus ke novel sambil tangannya membalikkan kehalaman berikutnya. Satu demi satu halaman di lewati, tapi sepertinya ia mulai kehilangan fokus, pandangannya mulai pudar, matanya seolah berat, kemudian novel yang ia pegang tiba tiba terjatuh ke lantai, Hyeona tertidur.

Hyeona mencoba membuka matanya, ia mengedip-edipkan matanya, awalnya gelap namun matanya mulai bisa melihat jelas. Ia terkejut, saat ini dia melihat tempat yang sepertinya tak asing. Nampak beberapa kursi bertumpuk tumpuk, ia juga melihat beberapa meja yang sepertinya tak dipakai lagi, itu meja belajar. Ia melihat sekelilingnya lagi, sepertinya ia tau tempat itu, ini atap gedung sekolahnya. Hyeona mendengar isakan tangis seseorang. Di kejauhan tampak seorang siswa sedang berdiri di tepi atap, siswa tersebut tampak lusuh, seragamnya berceceran kotoran seperti saos entahlah. Hyeona mengerutkan keningnya, siswa itu menggunakan seragam yang sama seperti seragam sekolahnya. Ia menggunakan sepatu kets putih dengan motif dadu. Kini tak terdengar lagi tangisannya, tapi ia menangis dalam diam, ia hanya meneteskan air mata, pipinya tampak merah lebam, sela sela bibirnya berdarah, sepertinya ia habis dipukuli entahlah. Ia melepaskan kacamata yang ia gunakan, kacamatanya terlihat retak, ia kembali meneteskan air mata kemudian tersenyum dan terlihat lesung pipi di pipinya yang lebam. Pandangannya tampak kosong kemudian ia melangkahkan kakinya ke udara, ia terjatuh.

"TIDAKKKKKKKKKK" Hyeona berteriak

"AAaa" Teriak kaget seseorang.

Hyeona kaget dan seketika membuka matanya, ia terbangun.

"Ahah mama ngapain teriak?" ucap Hyeona kesal dengan suara agak tinggi

"Kamu yang teriak duluan, makanya mama kaget" sahut mama hyeona membentak

"Aku teriak? Bukannya aku tidur?" tanya Hyeona bingung

"Ia kamu emang tidur, makanya mama mau bangunin kamu, tapi tiba tiba kamu teriak, gimana mama ga kaget coba? Kamu mimpi buruk?" sahut mamanya

"Ohh ya? Hahaha maaf ma. Hmmm sepertinya" sahut Hyeona cengengesan

"Yaudah bangun dulu, mandi sana trus langsung makan malam, jam segini kok kamu molor sih" gerutu mamanya sambil mengambil novel Hyeona yang terjatuh dilantai kemudian menaruhnya di meja.

Hyeona pun bersiap untuk mandi sambil memikirkan mengenai mimpi buruknya. Ia merasa taka sing dengan mimpinya, seperti ia pernah memimpikan hal yang sama sebelumnya.

"Ap ini Dejavu? Kayaknya aku pernah mimpi yang sama" batinnya gelisah.

Selesai mandi ia langsung ke meja makan untuk makan malam bersama mamanya.

"Hyeona tadi papa katanya nelfon kamu kenapa ga diangkat?" Tanya mama hyeona

"Oh hp aku mati ma, lowbat soalnya, itu masih aku cas di kamar, emang papa bilang apa?" sahut Hyeona

-The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang