[08] Mengenal Hartawan

721 203 39
                                    

Sudah tiga hari semenjak Jelita memutuskan kabur dari Kota dimana Virgo berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah tiga hari semenjak Jelita memutuskan kabur dari Kota dimana Virgo berada. Pertama, karna dia diusir —sebenarnya Jelita tidak terlalu perduli soal Virgo yang mengusirnya. Tapi, karna Safa dan Mila yang menyuruhnya. Kedua, karna waktu libur Jelita sebenarnya memang sudah mau habis. Terakhir, karna duitnya semakin menipis.

"Gak ada yang mau traktir gue lagi nih? Gue lagi memberikan kesempatan supaya salah satu diantara kalian bisa mendapatkan pahala di hari senin yang cerah ini." Jelita menatap Safa dan Mila yang ada di depannya, berharap ada dari mereka yang rela menghilangkan sebagian upahnya untuk dirinya. Walau agak gak mungkin sih.

"Ta, lo beneran gak mau nanya soal kita yang nyuruh lo balik?" Safa dan Mila saling berpandangan, mereka memang belum menjelaskan alasan dibalik permintaan mereka yang tiba-tiba. Lagipula, Jelita tidak bertanya sama sekali.

"Gak usah deh, kayanya bahaya banget. Satu-satunya yang gue punya sekarang tuh cuma nyawa. Informasi soal Virgo gak sebanding sama nyawa gue." Jelita menunjuk sayur bening kepada penjual didepannya, "Yang bayar si Safa yang Bu' De, dia punya utang bayar tiket pesawat sama saya. Jadi, katanya mau di cicil pakai kuah sayur bening per hari."

Safa membiarkan Jelita berbuat sesukanya, temannya itu bahkan sudah menambah pesanannya dengan tambahan lauk. Badan doang yang kecil, nafsu makannya persis seperti kuli bangunan.

"Mil, apa sebaiknya kita kasih tahu Jelita? Anak setan itu kelihatannya gak perduli banget."

Mila menatap Jelita kemudian duduk di hadapannya, "Ta, lo ada berhubungan sama Virgo lagi gak?"

"Gak ada," Jawab Jelita santai sambil memasukkan sesendok nasi ke mulutnya, "Gue gak block dia. Tapi, kayanya dia yang gak mau hubungin gue lagi. Kira-kira Virgo marah gak ya pas jajanannya gue bawa pulang? Serius gue gak sengaja, lo kan tahu kalau lihat makanan yang diabaikan gitu gue suka sedih. Kasihan kalau nantinya gak ada yang makan kan muba—"

"Ta, Virgo itu cucu konglomerat."

"Hah?"

Safa duduk disebelah Mila, "Ini yang jadi alasan utama kenapa kita berdua minta lo jauhin Virgo. Kemarin pas lo nyebutin namanya gue langsung nyari di google, kali aja dia punya riwayat kejahatan. Gue takut lo kena human trafficking —gue takut, lo gak laku soalnya."

Jelita mendelik tapi Safa malah tersenyum, "Serius, gue sekhawatir itu apalagi pas gue gak nemu apapun soal dia. Kayak Virgo tuh gak pernah ada di mana-mana. Pas banget Mila lagi nyamperin terus bilang kalau dia ingat soal lo pernah ngomong soal nama Hartawan. Langsung deh gue cari dengan pencarian atas 'Virgo Hartawan'," Safa menggeleng lelah, "Kalau sebelumnya nihil. Pas gue cari pakai tambahan Hartawan tadi. Pencarian gue penuh. Penuh yang beneran penuh sampai disetiap sekat gak kesisa. Virgo itu orang kaya, Ta."

"Ya elah, gue kira kenapa? Kalau tau dia orang kaya gak bakalan gue panik pas bawa pulang jajanannya, sekalian aja gue bawa setoko-tokonya."

"Ta, lo gak bisa naksir orang kaya."

Jelita mendesah lelah ketika mendengar suara Mila yang tengah mengingatkannya. "Mil, gue gak naksir sama Virgo."

"Oh, lo udah jatuh cinta sih."

"Gue gak—" Jelita langsung mendengus ketika melihat tatapan dua orang di depannya. Percuma mengelak di depan sahabat-sahabatnya, Jelita pasti gagal. "Gue gak sampai jatuh cinta em..—masih naksir, hehe."

"Lupain Virgo, Ta."

°°°

Setelah makan siang dengan pembicaraan yang cukup berat, Jelita kembali ke kantornya. Menatap ponsel dengan deretan nomor Virgo. Dia berjanji kepada Safa dan Mila akan mem-block Virgo tapi dia masih ada sedikit perasaan tak rela.

"Gue block nih?" Tanyanya ke diri sendiri, "Aduh, gue nih gak tegaan orangnya. Nanti kalau gue block terus tiba-tiba nyesal gimana? Gak enak banget nyesal sama diri sendiri tuh." Gadis itu menggeleng, belum saatnya.

Belum saatnya sampai Jelita mencari tahu perihal Virgo dengan kemampuannya sendiri. Mengingat jika seluruh pekerjaannya sudah dia selesaikan kemarin —karna, dia pulang lebih cepat dua hari. Akhirnya, Jelita memutuskan untuk mencari Virgo di google. Dia akan melihat semengerikan apa kekayaan seorang Virgo dengan mata dan kepalanya sendiri.

Baris pertama dari pencarian menampilkan profil singkat Virgo tanpa foto, mungkin memang disengaja agar tidak ada yang tahu bagaimana wajah salah satu cucu orang terkaya di Negeranya ini.

Sayang banget, padahal Virgo ganteng. Kalau ada fotonya bisa ada fanclub ntar.

Jelita menganggukkan kepalanya ketika membaca kalau dari usia menginjak sembilan tahun, Virgo dikabarkan sudah mulai memasuki dunia bisnis. Bahkan, di usianya yang ketujuh belas dia secara resmi sudah menjadi pemilik saham terbesar untuk perusahaan waralaba. Selain mengurus perusahaan utama milik keluarganya, Virgo juga pemilik tunggal Hotel 'H' dengan pendapatan yang selalu meningkat di setiap bulannya.

Tunggu, kayanya Jelita tahu deh sama Hotel 'H' yang baru dia baca ini. Tapi, dimana ya?

"Jelita." Bosnya muncul dengan senyuman lebar yang malah terlihat menyeramkan untuknya.

"Kerjaan saya udah selesai Bos, izinkan saya berselancar di dunia maya."

Bosnya mengintip meja Jelita yang sudah rapi kemudian mengangguk, "Saya kesini mau berterima kasih sama kamu."

"Oh, kenapa tuh?"

"Karna hasil laporan kamu mengenai pemasaran yang dilakukan oleh Hotel 'H' sangat berefek besar untuk Kantor kita. Rekan-rekan kerja kamu jadi bisa mencontoh dan berinovasi soal pemasaran apa yang akan kita gunakan kedep—" Jelita tidak terlalu mendengarkan Bosnya, bahkan dia masih tetap bengong ketika sosok pria menyebalkan itu hilang dari hadapannya. Di kepalanya masih terngiang ucapan Bosnya perihal tugas dirinya kemarin.

"Mampus! Hotel 'H' yang gue amati itu punyanya Virgo? Beneran punya dia kan?" Jelita melirik artikel di komputernya kemudian bersandar lelah di kursinya, "Ta, kayanya sekarang lo beneran mesti block Virgo deh. Bahaya kalau sampai dilacak, gue bisa kena tuduhan mencuri ide yang dipunyai Hotelnya. Ta, lo bodoh banget sih."

Jelita menatap ponselnya dengan nomor Virgo, syukurnya laki-laki itu berhenti menghubunginya kalau tidak —mungkin akan semakin sulit bagi Jelita untuk bertindak sejauh ini.

"Mesti gue block sekarang juga."

Jelita melirik nomor itu kemudian beberapa artikel lain di layar komputernya, penjelasan soal hobi Virgo. Mulai dari hobi biasa seperti renang sampai mengumpulkan benda mewah. Perjalanan bisnis dan liburannya yang mungkin sudah mengelilingi seluruh dunia, sampai dengan rumor soal lingkup pergaulan Virgo yang bersanding dengan nama-nama artis, pejabat dan beberapa orang penting di Ibu Kota maupun luar negeri.

Jelita menggeleng, kalau seperti ini bukannya memang tidak mungkin mereka sama-sama?

"Vi, aneh gak kalau misalnya gue lebih berharap kalau lo jadi pelaku human trafficking aja? Soalnya kalau gitu, masih ada kemungkinan kita sama-sama. Karna status kita bukan layaknya bumi dan langit."

Jelita langsung memblock nomor Virgo, biar lebih totalitas mungkin dia mesti mengganti nomornya juga.

Bye, Virgo.

°°°

Pacar?! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang