ʀᴏᴋᴜ 六

108 18 13
                                    

Malam itu , Shia benar-benar mengabulkan keinginan ayahnya demi mendapatkan keinginannya .

Sebelumnya Shia bercerita tentang keanehan dari sang ayah yang kadang memintanya bermain mainan laki-laki dari pada perempuan bukan ?
Setelah Shia tumbuh menjadi gadis remaja , ia kini mengerti arti dari sikap ayahnya waktu itu .

Umur tiga tahun , satu hari sesusah ulang tahunnya Shia mendapati kelinci kesayangannya mati ditaman belakang rumah .  Ia marah , sangat marah sebab kelinci itu adalah hadiah dari paman Jiwon yang hanya berkunjung sesekali ke Jepang . Pamannya itu tinggal di negeri jauh bernama Korea , Shia kecil tidak paham dengan seberapa jauh tempan pama Jiwon tinggal yang ia tahu hanya kelinci itu pemberian paman itu dan tiba-tiba ia mendapati kelinci tersebut mati

Shia kecil berlari mengitari rumah mencari ayahnya yang ternyata sedang latihan menembak . Shia tidak suka suara bising dari tembakan tapi ia tetap mendekati ayahnya untuk mengadu

Waktu itu sang ayah dengan segera mencari tahu siapa yang membuat kelinci Shia mati dan yang ia dapati adalah keteledoran salah satu anak dari pembantunya yang meletakkan racun tikus di tempat mudah terjangkau kelinci

Tapi entah bagaimana , Hanbin dengan niat terselubungnya memberikan pistol pada Shia . Anak itu menatapnya bingung , terlebih saat  pengawalnya membawa anak pembantunya itu kedepan Shia dan Hanbin . Jarak anak itu dengan Shia berdiri sekitar 300 meter , anak itu gemetar ketakutan namun Shia tak menghiraukan . Ia masih menatap senjata ditangannya dan Hanbin dengan bergantian . Tak disangka , Hanbin mengarahkan tangannya untuk menggenggam tangan shia , memposisikan tangan itu untuk memegang pistol dengan posisi tepat dibantu Hanbin .
Shia diminta oleh ayahnya untuk menutup mata , dan Dor
Satu tembakan melesat mengenai kaki anak pembantu itu . Shia terkejut dan segera membuka matanya , namun ia berteriak kencang setelah melihat apa yang ia perbuat . Anak pembantu itu dibawa dan dirawat oleh pihak rumah sakit dengan biaya dari Hanbin , sementara Shia terus menangis histeris kala mengingat darah yang mengalir dari kaki anak seusianya itu .

Beda Shia beda Hanbin , jika anaknya menangis histeris maka ayahnya tersenyum senang . Kemampuan membidik yang patut diacungi jempol

Namun setelah itu , hingga unur tujuh tahun dan seterusnya hal yang sama tidak pernah terulang lagi . Meski Hanbin membujuk dengan segala cara , Shia tidak pernah lagi ingin memegang pistol walaupun itu hanya mainan . Akhirnya Hanbin menyerah tapi bukan Berarti benar-benar menyerah , hanya menunggu waktu anaknya kembali bangkit

Ya , Akashi yang diminta kehadirannya adalah Shia sendiri . Hanbin tidak bisa menerima kenyataan jika hanya satu anaknya yang selamat oleh karena itu , sejak dini pria itu sudah membentuk jati diri putrinya yang lain .

Jika B.I murni berasal dari diri Hanbin sendiri , maka sosok Akashi yang Hanbin inginkan berada di hidup Shia bukanlah karena terjadi begitu saja . Semua karena Hanbin yang membentuk pribadi yang tak ada menjadi ada

" Jangan menyesalinya Shia , papa tidak akan suka . Kau mengerti ? "

Shia menatap pantulan dirinya pada cermin besar dikamar sang ayah . Rambut panjangnya dipotong menjadi seperti laki-laki , warna rambutnya diubah menjadi coklat untung tidak dengan wajahnya . Dengan tampilan seperti ini , ia memang terlihat layaknya remaja laki-laki tetapi wajahnya terlalu manis untuk disebut seperti itu
" Tenanglah sayang , ibumu juga dulu menggunakan potongan rambut seperti itu. Lagi pula ini keinginanmu bukan ? Dan bahkan papa mengabulkan dua keinganmu sekaligus . Yang satu adalah ingin bertemu mama , meski belum sekarang tapi jika nanti mama sudah siap papa janji akan menepati itu . Lalu yang kedua bersekolah layaknya anak seusiamu bukan ? Sekarang papa kabulkan . Tapi ingat jangan sampai ada yang tahu Shia adalah perempuan.  Ok ? "
Shia mengangguk patuh

UNTOUCHABLE   [  sʜᴀᴅᴏᴡ 2  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang