Apa yang bisa dilakukan orang diusia 25 tahun?Bekerja? Menikah? Bersenang-senang? Entahlah. Tapi disinilah aku, disebuah sekolah menengah atas swasta yang reputasinya sudah dikenal dimana-mana. Bighit High School namanya, sekolah seni lebih tepatnya. Sekolah yang diperuntukkan remaja-remaja yang ingin berkarir dibidang seni, seperti seni akting, seni suara dan seni tari.
Aku yang kebetulan merupakan lulusan seni musik jelas saja diterima dengan mudah disini. Tidak mudah sebenarnya karena aku harus melewati beberapa sesi. Aku mengatakannya mudah karena aku dapat dengan mudah mengerjakan tesnya karena aku telah mempelajarinya selama di universitas. Dan hari ini tepat 7 bulan aku mengajar di sekolah ini.
Sekolah mewah yang kebanyakan muridnya berasal dari kalangan atas, konglomerat, bahkan putra putri pejabat negara pun ada. Jujur saja, menjadi guru sebenarnya tak pernah terlintas di pikiranku. Namun ketika ada lowongan didepan mata, apa yang bisa kulakukan selain mencobanya dan hari itu aku tengah diberkati.
Baiklah, aku harus segera berangkat. Berbekal mobil peninggalan ayah yang diwariskan padaku sebelum meninggalkan dunia untuk selama-lamanya, aku pergi menuju sekolah elit yang lokasinya cukup jauh dari flat tempat aku tinggal. Membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit hingga mobil yang aku kendarai memasuki kawasan sekolah yang luas. Sekolah yang memiliki sentuhan nuansa eropa ini sudah ramai dengan murid-murid yang berdatangan dengan mobil mewah mereka atau bahkan supir pribadi mereka.
Aku mengambil tasku yang kuletakkan di kursi penumpang dan membenahi penampilanku terakhir kalinya sebelum menghadapi banyak orang hari ini. Kubuka pintu mobilku dan saat aku baru saja melangkahkan satu kakiku keluar, aku dikejutkan dengan sebuah mobil yang melaju kencang kemudian berhenti tepat disamping mobilku. Aku hanya bisa mengelus dadaku, jantungku berdegup dengan kencang hingga hampir keluar dari tempatnya rasanya.
Namun aku segera keluar dari mobil dan berniat langsung pergi ke ruanganku, sedikit melirik siapa pelaku yang membuatku terkejut di pagi hari. Aku mengerutkan keningku kala melihat laki-laki dengan seragam siswa yang keluar dari mobil tersebut. Jelas-jelas ini adalah area parkir khusus guru namun masih ada saja siswa yang bersikap seenaknya.
Maka aku berbalik dan menghampiri siswa tersebut. "Hey"
Laki-laki itu berbalik dan demi tuhan aku baru menyadari bahwa rambut siswa itu berwarna biru terang. "Jimin?", pekikku tak percaya.
"Selamat pagi ssaem"
"Jimin, kau tahu bukan jika ini adalah area parkir guru—dan apa-apaan rambutmu itu jimin? Kau sengaja? Atau kau ingin ssaem yang memotong rambutmu?"
Seharusnya aku tak heran. Perkenalkan ini park jimin, siswa kelas 2 seni tari yang terkenal badung. Berdasar rumor yang beredar, jimin itu sebenarnya menyukaiku. Tapi aku jelas tak percaya karena itu hanya rumor yang tidak jelas kevalidannya. Namun kenakalannya sudah valid. Selalu seenaknya sendiri, dia juga kerap kali membully murid-murid beasiswa. Apa semua orang kaya seperti itu?
"Ssaem, bukankah rambutku bagus? Lagipula aku mewarnainya karenamu ssaem"
Yoongi lagi-lagi mengerutkan keningnya lebih dalam dari sebelumnya, "Karena ssaem? Jimin, ssaem tidak pernah mengajarkanmu untuk melanggar peraturan"
Jimin tersenyum hingga matanya menyipit. Jika saja kelakuannya tak buruk, jimin adalah anak yang manis dengan eyesmilenya yang khas. Aku dengar dia juga disukai banyak gadis disini dan aku tidak heran. "Aku ingin membuat ssaem tidak bosan dengan penampilanku yang itu-itu saja"
Aku hanya menggeleng samar, "Tidak jimin. Ssaem tidak pernah bosan dengan penampilanmu jadi besok ssaem harap kau mengembalikan warna rambutmu dan tolong parkirkan mobilmu ditempat yang benar, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine Yoongi As
Cerita Pendek[genderswitch] bayangin yoongi jadi apa aja yang kalian mau. yoongi gs