MARK merebahkan tubuhnya di atas kasur, dia izin untuk tidak masuk ke kelas. Lucas sudah membereskan urusan itu, tidak mungkin Mark mengikuti waktu pembelajaran jika wajahnya masih babak belur seperti sekarang, dia bisa terkena masalah nantinya. Atau lebih parahnya dia akan dihukum selama satu minggu. Dia tidak mau.
"Hahh___" Mark menghela nafas panjang.
"Jatuh cinta ya? Mudah sekali jatuh cinta, tapi mengapa sangat susah sekali membuangnya kali ini. Apa aku mendapatkan karma karena terlalu banyak bermain dengan wanita?" Mark menertawakan dirinya sendiri.
Pikirannya sedang berkecamuk, dia tidak tau harus mempertahankan logikanya atau perasaannya. Tapi satu yang dia pikirkan kini, apakah Haechan memiliki perasaan padanya atau tidak.
"Apa aku harus bertanya langsung pada Haechan saja? Tapi bagaimana? Aku biasanya sangat cepat jika menyangkut masalah seperti ini, tapi sekarang? Apa aku berubah menjadi seorang pengecut?"
TOK__
TOK__
TOK__
Suara pintu kamar diketuk dari luar.
"Sir Jimmy? Mati aku. Pura-pura tidak dengar saja."
Mark dengan cepat menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut, ia bungkus tubuhnya untuk berpura-pura tidur. Bahkan pura-pura untuk tidak mendengar ketukan itu.
TOK__
TOK__
TOK__
"Mark? Kau di dalam? Jika kau mendengarkanku, tolong buka pintunya."
Suara pintu kembali terdengar dan kini dengan adanya suara Haechan. Tunggu.
"Haechan?" Mark menyibak selimutnya dan dia pandangi pintu kamarnya sebentar.
"Mark? Kau di dalam? Buka pintunya."
Ternyata dia tidak salah dengar. Dengan cepat Mark melompat dari tempat tidurnya, segera berlari untuk mebukakan Haechan pintu.
KRIEETT__
Pintu terbuka.
Dan benar saja, Haechan tengah berdiri di depan pintu dengan membawa sebuah kotak plastik bersamanya. Ia melihat ke kiri dan ke kanan, tidak ada orang. Akhirnya dengan pelan Mark menarik pergelangan tangan Haechan pelan agar masuk ke dalam kamar.
"Kenapa kau kemari Haechan? Kau membolos?"
Tanya Mark sambil berjalan ke tempat tidurnya, ia lipat asal selimut yang tadi dia gunakan dan taruh di ujung tempat tidur. Mark tepuk pelan ruang kosong di dekatnya, memberi kode pada Haechan agar ia duduk di sana.
Haechan mengangguk, dan akhirnya duduk.
"Ya aku membolos, satu mata pelajaran aku kosongkan, itu tidak akan membuatku bodoh. Lagipula ini jam terakhir."
CTAKK__
"Mark! Kenapa kau menjitak kepalaku?" Haechan mengelus kepalanya yang sedikit terasa sakit.
"Diapa yang mengajarkanmu untuk membolos? kembali ke kelasmu."
"Tidak mau! Dan kau yang mengajarkanku untuk membolos, kau sendiri berada di sini bukan di dalam kelas. Dan lihat wajahmu itu, sangat jelek." Haechan mengerucut lucu.
"Yakin jelek?" Mark memajukan wajahnya hingga beberapa senti tepat berada di depan wajah Haechan, membuat Haechan harus memundurkan wajahnya. Atau bibir mereka akan bertemu.
"Ya sangat jelek! Kau tidak perlu memajukan wajah jelekmu itu!" Haechan mendorong Mark pelan agar kembali dengan posisi duduk yang tegap.
"Sepertinya kak Hendery benar-benar menghajarmu tanpa ampun Mark."
KAMU SEDANG MEMBACA
[05] Trust
Fanfic[ COMPLETED ] [Sad] [Romance] Mark Lee merupakan anak dari seorang pastor yang berperilaku seperti berandalan. Membuat sang ayah harus mengirimnya ke sebuah sekolah khusus laki-laki yang berada di pinggir kota yang sangat jauh dari kata modern. Niat...