☘️ Chapter__26 ;; Ketika Kau Pergi

3.5K 525 45
                                    

HAECHAN berlari kencang dan langsung menuju kamar asrama yang ditempati oleh Mark. Ini tidak mungkin, benarkah apa yang dilihatnya sendiri, ia ingin memastikannya. Bukankah mereka berdua sudah berjanji, lalu untuk apa kemarin Mark mengajaknya bersenang-senang.

"Pembohong."

(flashback)

KRIEETT__

Pintu terbuka.

"Ayah aku masuk." Haechan masuk ke dalam ruangan dengan membawa segelas air dan makanan di atas nampan. Ayahnya hampir melewatkan jam makan siangnya.

Haechan masuk dan berjalan perlahan mendekati meja sang ayah. Dengan hati-hati dia menaruh nampan itu di meja kecil satunya lagi. Ayahnya sedang tidak ada di kantor. Bibirnya tersenyum ketika melihat dokumen-dokumen sang ayah berserakan di atas meja. Dengan inisiatif sendiri, Haechan merapikan berkas-berkas tersebut. Tangannya terhenti ketika ia mengambil salah satu berkas, dengan bernamakan Mark Lee.

"Mark?"

Haechan mengangkat berkas itu, membacakan dengan seksama, matanya membola sempurna. Beberapa kali dia membaca ulang berkas itu. Dan ternyata dia benar-benar tidak salah baca. Itu adalah berkas kepindahan Mark dari sekolah. Dan sudah bertanda tangan.

Hari ini adalah hari keberangkatannya dan kepindahan Mark.

°°°
Kakinya langsung dibawa masuk karena pintu tidak tertutup. Di sana dapat di lihat Mark tengah memasukkan beberapa baju dan merapikan barang yang lainnya. Bukan hanya dirinya tapi juga di bantu Sunwoo, San, dan Lucas.

"Oww__Haechan? Hai?" Sunwoo mencoba untuk menyapa Haechan yang kini tengah berdiri di ambang pintu. Ia melirik ke arah Mark dan ternyata hanya dia menatap Haechan.

"Sepertinya kita harus keluar," Sunwoo menaruh barang yang akan dibawa oleh Mark. "San, Lucas. Berhenti dulu, Mark dan Haechan perlu berbicara."

San dan Lucas mengangguk, ia paham apa yang dimaksudkan oleh Sunwoo. Dan sebaiknya mereka keluar saja. Saat mereka melewati Haechan, mereka dapat merasakan nafas Haechan yang berantakan. Mungkin dia berlari kencang agar cepat sampai kemari.

"Kau memang berbohong Mark."

"Aku tidak berbohong Haechan, kenapa kau mengatakan itu?" Mark menutup rapat kopernya.

Haechan bejalan cepat ke arah Mark dan langsung memukuli dada Mark dengan keras.

"Kau berbohong! Kenapa?! Kenapa kau harus pindah? Bukankah kau sudah berjanji akan melewati semua ini bersama-sama. Lalu kenapa? Kenapa harus pergi?" Haechan terus saja memukul-mukul dada Mark.

Mark menangkap kedua tangan Haechan dan menariknya untuk dipeluk.

"Ini yang terbaik Haechan, aku bukan pergi untuk selamanya. Aku akan berkunjung jika ada waktu. Aku akan selalu mengirimimu surat, aku tidak pernah meninggalkanmu Haechan." Mark mengelus punggung Haechan, sepertinya Haechan akan menangis

"Tapi aku tidak mau, seharusnya kau tetap tinggal di sini."

Mark menggeleng.

"Tidak Haechan, tolong mengertilah. Kita akan tetap bersama, kita akan tetap berteman. Kumohon, kita harus kuat. Bukankah kita sudah berjanji kemarin?"

"Untuk itukah kau mengajakku pergi kemarin? Untuk itukah kau berjanji padaku? Lalu untuk apa janji kelingking kita jika kau harus pergi dariku? Bersama? Seperti ini maksudmu Mark? Aku tidak mau."

"Ini yang terbaik Haechan, aku sudah membicarakannya dengan ayahku. Kita harus sama-sama belajar, aku kaan tetap menghubungimu. Sudah jangan menangis."

Mark melepaskan pelukannya, ia menunduk sedikit agar wajahnya sejajar dengan Haechan, dia pandangi wajah itu dalam. Rasanya sakit melihat Haechan kembali menangis, dan ini semua gara-gara dirinya.

[05] TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang