MARK dengan konsentrasi penuh mengemudikan mobilnya dengan mulus melewati jalanan yang masih sangat dia ingat, tentu saja jalanan ini masih sangat ia ingat. Kenangan itu terlalu indah untuk hilang dari pikiran Mark, namun terlalu menyakitkan untuk dia tetap tinggal.
"Daddy, tidak bisakah kau mengemudi dengan cepat?" ucap seorang remaja yang duduk di samping jok pengemudi.
"Bersabarlah, sebentar lagi kita akan sampai. Daddy heran kenapa kau mau bersekolah di sini. Dari mana kau tau dengan sekolah ini?" Mark bertanya balik. Jika dilihat-lihat bukankah sekolah ini sangat jauh. Dulu saja saat dia bersekolah di sini itu karena sang ayah.
"Tentu saja dari internet, itu adalah sekolah yang sangat terkenal. Katanya, sekarang di sana cukup modern karena di kelola oleh kepala sekolah yang baru. Wah__daddy benar-benar ketinggalan berita. Banyak fasilitasnya, dan banyak kegiatan yang diadakan setiap tahun, jadi aku sangat tertarik. Aku coba saja untuk mendaftar, dan ternyata. Aku diterima. Aku memang pintar"
"Darimana kau mendapatkan sifat yang sangat percaya diri itu?"
"Tentu saja dari daddy, siapa lagi."
Mark menggeleng pelan. Ia kembali berfokus ke jalanan, sampai saat dia melihat satu bangunan yang tampak masih saja sama. Hanya saja keadaan sekarang tampak lebih bagus, mungkin karena adanya pembangunan dan renovasi. Mark rindu.
Tepat saat mobil berhenti, anak laki-laki yang bersama Mark langsung saja turun dan berjalan menjauh untuk pergi ke suatu tempat.
"Kau mau kemana?"
"Aku ingin berjalan-jalan sebentar, daddy tunggu saja. Aku akan mengurus semuanya, aku ini mandiri. Jadi daddy tenang saja."
Mark tersenyum, benar-benar anak yang bisa diandalkan. Mark mengedarkan pandangannya, pemandangan yang tampak sama. Dadanya terasa sesak, tempat yang sangat ingin dia hindari. Tapi lihat sekarang, dia kembali. Apa tuhan ingin bermain-main lagi dengannya? Entahlah. Ia berjalan pelan untuk menikmati pemandangan di sekitarnya.
"Mark?"
DEG__
Seseorang tengah memanggil dirinya. Dan Mark sangat mengenali suara itu. Suara yang terdengar masih sama, suara merdu yang selalu indah untuk di dengar. Suara dari seseorang yang amat dia rindukan. Mark berbalik, dan dugaannya memang benar.
"Haechan."
•
•
•
Haechan mengajak Mark untuk berjalan-jalan di area sekitar sekolah. Banyak sekali yang berubah ternyata. Di dalam gedung banyak hal yang diubah dan direnovasi. Benar-benar dirombak dan sekolah ini tampak semakin besar.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Haechan mencoba membuka perbincangan.
"Baik, bagaimana denganmu?" tanya Mark kembali.
"Aku juga baik." tidak ada lagi perbincangkan. Entah kenapa rasa gugup dan canggung begitu terasa antara Haechan dan Mark. Terutama pada diri Mark, entahlah. Dia hanya mengingat kesalahannya pada Mark, dimana dia mengingkari janji yang dibuat oleh dirinya sendiri.
"Haechan__"
"Ya kenapa?"
"Maafkan aku."
Mendengar kalimat itu langkah Haechan terhenti dan tentunya Mark ikut berhenti. Haechan tiba-tiba saja menunduk, ia menghela nafas panjang.
"Untuk apa meminta maaf Mark? Kau tidak pernah melakukan kesalahan. Bahkan saat kau pergi dari sini, itu bukan kesalahanmu. Jika itu yang ingin kau katakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[05] Trust
Fanfic[ COMPLETED ] [Sad] [Romance] Mark Lee merupakan anak dari seorang pastor yang berperilaku seperti berandalan. Membuat sang ayah harus mengirimnya ke sebuah sekolah khusus laki-laki yang berada di pinggir kota yang sangat jauh dari kata modern. Niat...