"Ayah___" Haechan berucap lirih, akhirnya dia bangun dari tidurnya, sang ayah yang mendengarkan itu langsung menghampiri Haechan di bangsal rumah sakit.
"Kenapa Haechan?"
"H-ha-haus." nafasnya masih terdengar putus-putus, dengan hati-hati tuan Lee menyelipkan tangan kirinya di bawah leher dan punggung Haechan untuk membantunya bangun sebentar. Setelah beberapa tegukan, tuan Lee kembali menidurkan Haechan.
"K-kak Hendery dimana?" tanya Haechan dengan mata sayu menatap sang ayah.
"Sedang ke kamar mandi, tunggulah sebentar." tuan Lee berucap lirih. Dia terus saja memandang ke arah Haechan yang masih terlihat lemah, dia sangat menyesal telah keras pada si bungsu. Amat menyesal.
"Ayah kenapa?"
Tuan Lee mengusap ujung matanya.
"Maafkan ayah Haechan, selama ini ayah sangat keras padamu. Apakah masih ada kata maaf untuk ayah." tuan Lee meraih telapak tangan sebelah kanan Haechan dan ia genggam erat.
"A-ayah, sudah tidak apa. Aku yang seharusnya meminta maaf."
"Tidak-tidak, harusnya ayah yang meminta maaf."
"Ayah cukup, jangan menangis. Semuanya sudah berlalu."
Sang ayah mengangguk, tuan Lee sangat bahagia karena melihat si bungsu sudah siuman. Hatinya sedikit lega. Di luar ruangan tampak Hendery sedang menatap ke dalam, dia juga tampak sangat bahagia. Dia pergi dari sana, ada seseorang yang harus dia panggil. Dan itu adalah Mark.
•
•
•
KRIEETT__
Pintu terbuka.
Hendery masuk dengan membawa Mark bersama dengannya, ternyata Haechan sudah bangun dan kini sedang duduk bersandar di atas bangsal rumah sakit, tepat saat tatapan mereka bertemu Haechan tersenyum lembut ke arah Mark. Senyuman yang sangat dirindukan oleh Mark sendiri, tapi hatinya juga sedikit nyeri ketika melihat balutan perban yang masih menghiasi tubuhnya.
"Ayah__" panggil Hendery kepada tuan Lee.
"Ya ayah paham." tuan Lee mengusap pelan kepala Haechan yang masih ditutupi perban.
"Ayah dan kakakmu keluar sebentar, ayah tinggalkan dulu kau bersama Mark. Tidak apa kan?"
Haechan mengangguk.
Tuan Lee dan Hendery pergi meninggalkan ruangan Haechan, biarkan mereka berdua berbicara secara pribadi, mungkin itu yang diperlukan sekarang.
"Haechan__kau sudah makan? Biar aku menyuapimu." Mark meraih semangkuk bubur di atas meja kecil dekat bangsal Haechan. Haechan tidak menjawab, dia hanya memandang wajah Mark yang tampak lesu, saat sendok itu di depan mulutnya Haechan membuka mulutnya pelan.
Mark hanya tersenyum tipis, Haechan sudah sadar sari tidurnya.
"Minum." ucap pelan Haechan.
Dengan telaten Mark mengambil gelas yang sudah disediakan dengan air di dalamnya. Haechan meraih gelas itu, untuk sekedar minum dia bisa melakukannya.
"Ada apa denganmu juga Mark? Kenapa dengan kakimu? Kau terluka."
"Ini? Luka ini aku dapatkan saat aku mencoba mengangkat bayi pudu yang sedang terjebak."
"Bayi pudu? Benarkah? Memangnya bayi pudu itu terjebak dimana? Kau harus berhati-hati."
Mark tersenyum, ah__Haechan sudah kembali seperti dulu. Setidaknya dia mau berbicara dengan dirinya. Mark sedikit lega, ini tidak seburuk yang dia pikirkan ternyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
[05] Trust
Fanfic[ COMPLETED ] [Sad] [Romance] Mark Lee merupakan anak dari seorang pastor yang berperilaku seperti berandalan. Membuat sang ayah harus mengirimnya ke sebuah sekolah khusus laki-laki yang berada di pinggir kota yang sangat jauh dari kata modern. Niat...