MOBIL berwarna hitam terparkir di halaman sebuah sekolah yang cukup tua. Mark. Turun dari dalam mobil bersama sang ayah yang menghantarkannya kembali karena liburan sudah berakhir. Sang ayah menepuk punggung Mark seolah tau kekhwatiran sang anak yang kini dirasakannya.
"Taruh tasmu dulu, ayah mau ke gereja sekolah. Jika kau ingin menemui ayah. Kau pergi saja ke gereja."
Mark mengangguk.
"Baik ayah."
Sang ayah lalu berjalan menuju gereja sekolah berniat untuk berdoa, sedangkan Mark berjalan menuju ke asrama untuk menaruh tas bawaannya. Setelah itu ia akan pergi ke gereja mengantarkan sang ayah untuk pulang.
Sang ayah berjalan santai sambil memperhatikan lingkungan sekitar. Suasana asri dan indah yang sangat ia rindukan. Bernostalgia tidaklah buruk, dan ia sangat bersyukur Mark sedikit mengalami perubahan, ia jadi ingin bertemu dengan sosok yang merubah sikap anaknya itu, walaupun dengan sesuatu yang buruk di dalamnya dalam waktu yang sama.
"Sekolah ini masih tetap sama, hanya beberapa hal yang berubah." ucapnya.
Gereja sudah di depan mata. Dapat ia lihat gereja tua itu masih sangat kokoh berdiri. Ayah Mark akhirnya berjalan masuk ke dalam, namun ia pelankan langkahnya saat ia lihat seorang di kursi terdepan sedang menunduk dengan bahu yang sedikit bergetar, mungkin seorang murid karena jika dilihat dia cukup muda.
Dia benar-benar sedang terisak.
Ayah Mark duduk tepat di bangku tempat pemuda itu juga duduk.
"Tempat berkeluh kesah yang paling tepat memang pada tuhan nak, bersabarlah. Seberat apapun masalahmu tuhan pasti mempunyai jalan, dia tau jika kau mampu melaluinya."
Laki-laki yang lebih muda mengangkat wajahnya. Kantung mata menghitam serta kelopak mata yang bengkak habis menangis.
"Bisakah aku percaya? Aku tidak tau paman. Ini sangat menyakitkan, sesusah itukah untuk jatuh cinta?"
Ayah Mark mengernyit, hal yang dihadapi pemuda ini sama seperti sang anak? Atau jangan-jangan?
"Benarkah? Cinta itu datang kepada seseorang yang membuat kita nyaman, senang, marah, namun dia juga yang akan membuat hati kita patah dan sakit. Memang seperti itu, semua ada timbal baliknya. Semua ada lawan, kelemahan dan kelebihan. Begitupun hati, ada pikiran untuk mengendalikannya. Dan jangan hilang kepercayaan pada-Nya."
Pemuda itu kembali menangis.
"Bolehkah aku memelukmu paman? Aku sangat membutuhkannya."
"Tentu saja."
Pemuda itu langsung memeluk ayah Mark sangat erat.
"Seandainya aku memiliki ayah sepertimu."
"Kenapa kau berkata seperti itu?"
"Ayahku sangat keras, semua harus sempurna menurutnya. Aku dituntut terlalu banyak, bahkan tuhan tidak meminta banyak dariku. Aku dipojokkan dari kedua sisi paman."
Ayah Mark mengelus pelan surai pemuda itu.
"Setiap ayah memiliki caranya untuk mendidik anak mereka, tapi jika dia menyakiti titipan tuhan. Suatu saat nanti dia akan sadar, betapa berharganya anak seperti dirimu."
"Aku lelah paman, aku rasa lebih baik aku ikut bersama ibuku. Aku sangat merindukannya."
"Memangnya dimana ibumu nak?"
"Surga."
Ayah Mark semakin mengelus surai sang pemuda. Ia dapat melihat beberapa lebam di tangan sang pemuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[05] Trust
Fanfic[ COMPLETED ] [Sad] [Romance] Mark Lee merupakan anak dari seorang pastor yang berperilaku seperti berandalan. Membuat sang ayah harus mengirimnya ke sebuah sekolah khusus laki-laki yang berada di pinggir kota yang sangat jauh dari kata modern. Niat...