"Yixia,lo bawa kamus bahasa inggris gak?" Lin Zhen, temen sebangku gue bertanya dengan muka panik.Melihat muka dia panik, gue malah menjawab dengan santai. "Enggak."
"Buset, santai amat lo!"
"Ya terus gue harus gimana? Nangis kejer? Kayang?"
"Au ah!" Lin Zhen mendengus kesal. "Lo mau ikut gue gak? Gue mau minjem kamus sama kakel aja. Biasanya mereka punya kamus yang lengkap."
"Boleh."
Ternyata yang nyari kamus bukan gue cuma dan Lin Zhen aja. Ada dua orang temen sekelas gue juga yang gak bawa kamus itu.
Jadi, sebenernya sebentar lagi kelas bahasa Inggris akan dimulai. Tapi kita malah lupa kalau Minggu lalu Laoshi nyuruh kita bawa kamus. Kalo gak bawa bakal dihukum dijemur di lapangan. Kejam emang. Makanya sekarang kita ketar-ketir nyari kamus ke kelas para kakel. Kita udah datengin dua kelas, tapi baru dapet satu kamus dan udah diambil sama Lin Zhen. Tersisalah gue dan dua orang lagi yang masih nyari kamusnya. Lin Zhen masih ngikutin kita kok.
Pas gue sampai di koridor kelas 3, gue melihat ada Haoxiang lagi berdiri di depan kelasnya bareng teman-temannya. Mereka lagi nongkrong biasa aja sambil nunggu bel masuk. Haoxiang tampak kalem lihatin teman-temannya yang berisik banget itu. Dengan bersandar di dinding dan memasukkan satu tangannya di dalam saku celana. Ganteng banget, pantes aja banyak yang suka. Buktinya banyak cewek-cewek caper yang lihatin dia.
"Eh itu ada kakel, pinjem sama mereka yok!" Ajak salah satu teman gue tadi.
Tiba-tiba aja gue merasa gugup. Bukan karena apa-apa, tapi gue selalu merasa malu kalau nunjukin sikap buruk gue ke Haoxiang. Ya gue anggep dengan ngemis minjem kamus ke kakel adalah sikap buruk. Malu-maluin aja.
"Permisi, Gege-Gege." Sapa Lin Zhen menghentikan kegiatan mereka semua.
Haoxiang dan semua temannya sontak diam dan menoleh ke kita semua. Gue makin gugup dilihatin sama mereka semua. Mana temen-temennya cakep semua.
"Iya, Meimei-Meimei. Ada apa, ya?" Balas salah satunya dengan senyum jahil.
"Ehehehe kita mau pinjem kamus bahasa Inggris. Boleh gak?"
"Boleh kok." Balas si tengil tadi, gue baca nametag nya dan dia bernama Zhang Zhenyuan. "Tapi Gege gak punya kamus, gimana dong?"
Salah satu teman Zhenyuan, yang gue baca namanya adalah Song Yaxuan, menabok kepala Zhenyuan dari belakang.
"Diem aja lu ah!"
"Apasih, Xuan! Main nabok aja lu!"
"Lagian kalo ngomong gak berguna!"
"Yaudah sih sirik aja! Makanya lo yang ngomong!"
"Gue mau ngomong! Tapi mulut lo udah nyerobot aja!"
Dan sekarang kita semua memperhatikan keributan mereka berdua dengan kebingungan. Berbeda dengan 2 teman Haoxiang yang lain, yaitu Junlin dan Yaowen, mereka malah bersorak-sorak nyuruh keduanya gelud. Emang gak bener mereka semua. Haoxiang doang yang bener. Seketika gue merasa bangga punya Gege yang normal kayak Haoxiang.
"Lo gak bawa kamus?" Tiba-tiba Haoxiang bertanya ke gue di sela keributan teman-temannya.
Gue mengangguk gugup. "Iya, Ge."
"Bentar." Haoxiang menegakkan tubuhnya dan berjalan memasuki kelas.
Beberapa menit kemudian, Haoxiang keluar dengan membawa satu buah buku yang tebal. Dengan wajah datarnya, dia memberikan buku yang gue yakin adalah kamus itu ke gue.
Gue langsung tersenyum sumringah saat Haoxiang memberikan gue kamusnya. Gue lihat di halaman depan ada nama Haoxiang.
"Xiexie, Ge! Nanti aku balikin ya."
"Hm."
"Gege, ada kamus lagi gak? Pinjem dong!" Salah satu teman gue bertanya ke Haoxiang.
"Gak ada. Cari sendiri." Balas Haoxiang dengan dingin. Dia bahkan gak menoleh ke temen gue tadi. Dia cuma lihat ke arah lain.
"Dingin amat sih."
"Pinjem aja coba ke dalem, jangan minta sama dia. Sama aja kayak minta sama tembok." Kata Junlin ke temen gue.
"Oke, Xiexie, Ge." Lalu kedua temen gue pun memasuki kelas Haoxiang untuk meminjam kamus. Sedangkan gue berdiri kaku di samping Lin Zhen sambil menunduk. Alasannya karena Haoxiang terus lihatin gue dengan mata tajamnya. Gak tau deh motif dia lihatin gitu buat apaan. Tapi asli bikin gue gugup banget, berasa dilihatin mafia.
Sedangkan Lin Zhen masih asyik lihat keributan teman-temannya Haoxiang. Sesekali dia ketawa ngakak lihat kekonyolan mereka semua. Gue heran, kok Haoxiang bisa ya berteman sama mereka semua? Selain itu, kok bisa Haoxiang gak tertular sifat bobrok mereka sedikittt aja.
"Dah dapet nih, yuk ke kelas!" Kedua teman gue keluar dari kelas setelah beberapa menit kemudian. Mereka juga sudah menenteng kamus di tangan masing-masing.
"Skuy!" Balas Lin Zhen sambil merangkul gue. Sebelum gue meninggalkan kelas Haoxiang, gue menyempatkan diri untuk berpamitan ke Haoxiang dan melemparkan senyum. Dan hanya dibales anggukan oleh Haoxiang.
"Dadah, adik-adik manis!" Teriak Zhenyuan saat kita sudah menjauh, lalu setelahnya kita mendengar Zhenyuan berteriak karena diketekin sama Yaxuan dan Yaowen. Double kill.
"Eh Haoxiang Ge itu saudara kandung lo?" Tanya salah satu temen gue tadi.
Gue menggeleng. "Saudara tiri."
"Ohh. Beruntung banget sih lo punya Gege kayak dia. Ganteng, pinter, kalem, ya walaupun dingin sih." Balas temen gue.
"Iya ih, mana tadi minjemin kamus. Manis banget aaa!"
"Jadi pengen punya Gege, tapi sadar anak pertama." Sambung Lin Zhen.
"Gue juga awalnya anak pertama kok." Balas gue polos.
"Ya masa gue suruh emak bapak gue cerai biar gue dapet kakak tiri?!"
"Bercanda, Zhen."
—14 things about yan haoxiang
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟏𝟒 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠𝐬 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐲𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐨𝐱𝐢𝐚𝐧𝐠
Fanfiction(finished) Setahun menjadi adik tiri Haoxiang tidak berpengaruh apapun dengan Yixia. Dia tetap seperti merasa menjadi anak tunggal karena Haoxiang tidak peduli dengannya. Laki-laki itu belum menerima keberadaannya dan Mamanya. Belum juga bisa berdam...