Prang!!
Kegiatan belajar gue terhenti pas gue mendengar suara pecahan kaca dari arah dapur. Saat ini gue lagi belajar di ruang tengah sambil nonton kartun di televisi agar tidak terasa sepi. Namun, tiba-tiba gue mendengar suara pecahan kaca dan sontak membuat gue langsung bangun untuk melihat apa yang terjadi di dapur.
Tapi yang gue temukan adalah Pikachu, kucing Persia milik Haoxiang ada di atas meja makan dan gelas pecah di bawah lantai. Sudah tertebak kalau ini adalah ulah kucing milik Haoxiang. Gue mendengus kasar, kucing ini benar-benar menambah kerjaan aja.
Ngomong-ngomong, satu fakta tentang Haoxiang yang lain adalah laki-laki itu ternyata penyuka hewan dan memiliki satu kucing Persia yang memiliki bulu berwarna abu-abu. Kucing betina ini diberi nama Pikachu. Gue gak tau apa arti dari nama ini, tapi yang gue tau Haoxiang kayanya suka sama karakter dari seri Pokemon ini. Gue tau ini karena Haoxiang selalu pakai foto Pikachu di foto profil Weibonya. Siapa nyangka laki-laki dengan tema dark cool ini ternyata bisa terlihat lucu juga?
"Aishh! Pikachu!!" Seru gue sambil menghentak-hentakkan kaki. Kalau sudah begini ya mau gak mau gue harus bersihin kekacauan yang dibuat sama Pikachu. Kalau aja gue akrab sama Haoxiang, pasti gue gak akan segan-segan buat berteriak memanggil Haoxiang dan menyuruhnya membersihkan kekacauan karena ulah kucing miliknya. Tapi, sayangnya itu hanya mimpi. Mana mungkin gue bisa seberani itu.
Pikachu malah pergi meninggalkan gue. Dan gue pun dengan berat hati berjalan menuju serpihan-serpihan kaca tadi untuk dibersihkan. Namun, naasnya gue tidak sadar ada serpihan kaca yang cukup besar dekat gue dan menusuk telapak kaki gue. Gue syok banget dan sontak berteriak kuat lalu terjatuh terduduk. Rasanya sakit banget, gue menangis karena merasa perih dan ditambah melihat darah mengalir dari kaki gue. Dan melihat kaca itu menyangkut di telapak kaki gue udah bikin gue lemas banget.
"HUAAA MAMAAA!!!"
kalau aja gue cukup berani, mungkin gue udah narik kaca itu lalu menutupi darah dari kaki, kemudian gue berjalan mencari kotak p3k dan mengobati luka itu sendiri. Tapi sayangnya untuk menarik kaca itu aja gue gak sanggup karena terlanjur lemas.
"SAKIT HUAAA!!"
Sekarang posisi gue lagi duduk bersandar di pintu kulkas dengan lemas sambil nangis.
"Kenapa?!"
Tangisan gue berhenti saat mendengar suara itu. Itu Haoxiang, dia datang dengan wajah bertanya-tanya.
Gue gak menjawab, malah lanjut nangis sambil menunjuk-nunjuk kaki gue. Haoxiang mengikuti arah tangan gue dan menemukan kaki gue yang masih tertusuk kaca. Dia berjongkok di depan kaki gue, lalu dengan santai menarik kaca itu tanpa aba-aba. Gue berteriak kesakitan, tapi dia tidak menghiraukan gue dan malah melepas kemeja abu-abunya lalu dia tutupi kaki gue dengan kemeja itu untuk menghentikan darah keluar.
"Sini." Haoxiang tiba-tiba memegang pinggang dan bawah lutut gue. Bikin gue kaget banget karena ini pertama kalinya skinship kita sedekat ini.
"Mau ngapain?!" Tanya gue panik.
"Mau gendong lah. Cepat sini."
"O-oh..." Gue pun mengalungkan tangan ke leher Haoxiang dan membiarkan laki-laki ini menggendong gue ke ruang tengah lagi. Dia menurunkan gue di atas sofa lalu berjalan ke lemari sebelah televisi, sepertinya mengambil kotak p3k.
Setelah mendapatkan kotak p3k, Haoxiang kembali menghampiri gue dan duduk di samping kaki gue. Dia melepaskan kemejanya yang membungkus kaki gue lalu membersihkan darah yang mengotori kaki gue dengan air putih yang ada di atas meja sofa. Gue meringis kuat karena merasa perih yang luar biasa saat Haoxiang mengelap darah itu dengan kemejanya yang sudah dia basahi dengan air tadi. Gerakannya cukup kuat, membuat gue makin nangis menjadi-jadi karena ini bener-bener perih pake banget.
Haoxiang yang sadar gue kesakitan banget sampe mencengkram bantal sofa dengan air mata yang udah banjir ini menoleh ke gue. Sepertinya dia baru sadar kalau pergerakannya kasar, karena setelah itu dia mengelap kaki gue dengan lembut dan hati-hati.
"Kalau sakit pukul aja bahu gue." Ucapnya pendek tanpa melirik gue, masih sibuk dengan kegiatan membersihkan darah.
Yakali, megang tangan dia aja gak berani, apalagi gue pukul bahunya.
"Kalau sakit itu bilang, gak usah ditahan-tahan pake nangis." Ucapnya lagi dengan ketus. Mukanya datar, terkesan jutek malah. Gue penasaran gimana sih Haoxiang kalau senyum? Saking seringnya lihat muka datar dia gue jadi penasaran sama ekspresi dia yang lain.
Gue masih diam, gak mau dengerin omongan dia. Tapi gue masih nangis tersedu-sedu sambil mencengkram sofa dan tangan satu lagi menutup mulut gue biar gak berisik. Haoxiang berdecak, dia menarik tangan gue paksa yang mencengkram bantal sofa kemudian dia letakkan di bahunya.
"Gue mau kasih obatnya, kalau sakit pukul aja."
Oke, sesi kali ini bakal lebih parah sakitnya. Dikasih air biasa aja udah perih banget, gimana pas dikasih obat luka? Gue gak yakin bisa nahan sakitnya.
"HUAAAA SAKITTT!!!!"
Tuh kan.
Baru aja cairan obat itu mengalir ke telapak kaki gue, gue udah berteriak kesakitan sambil meremas kuat bahu Haoxiang. Haoxiang masih sibuk meratakan obat luka itu dan menutupinya dengan perban. Gerakan dia cukup cepat agar gue gak makin kesakitan. Dan setelah luka itu tertutup dengan perban, gue mulai merasa mendingan. Tidak seperih sebelumnya.
"Udah siap." Katanya sambil membereskan alat-alat p3k tadi.
Gue melepas tangan dari bahunya. Rasanya udah capek karena teriak-teriak dan nangis-nangis. Gue pun merebahkan badan di sofa dan memejamkan mata.
"Ini semua gara-gara Pikachu." Ujar gue dengan posisi yang belum berubah.
Haoxiang menghentikan gerakannya. "Pikachu?"
"Iya, dia yang mecahin gelasnya."
"Ohh."
Yaudah, setelah itu Haoxiang kembali ke dapur. Sepertinya dia mau membersihkan kekacauan yang udah dibuat Pikachu. Sedangkan gue tanpa sadar udah jatuh tertidur di atas sofa.
—14 things about yan haoxiang
sekali lagi saya ingatkan untuk tidak baper, sekian terimaoxing🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟏𝟒 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠𝐬 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐲𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐨𝐱𝐢𝐚𝐧𝐠
Fanfiction(finished) Setahun menjadi adik tiri Haoxiang tidak berpengaruh apapun dengan Yixia. Dia tetap seperti merasa menjadi anak tunggal karena Haoxiang tidak peduli dengannya. Laki-laki itu belum menerima keberadaannya dan Mamanya. Belum juga bisa berdam...