Chapter 13 - Kangen

594 66 9
                                    

Kediaman An bersaudara kini benar benar rusuh. Dengan tambahan lima alien berotak dangkal--kecuali Sebastian, tentunya--, rumah ini serasa akan runtuh saja.

"Sumpah, ini rame beud, dah," komentar Chandra saat melihat penampakan wajah wajah familier, hingga wajah wajah asing di dalam rumahnya.

"Ya, mau gimana lagi, Bin? Rumah mereka, kan lagi kayak gitu. Gue gak tega buat nolak," sahut Cakra.

"Gak apa apa, sih. Gue malah seneng rumah ini jadi rame. Biasanya rame karena gue sama Jihan tubir," balas Chandra, membuat Cakra mengulas senyum tipis.

"Gue jadi kangen Papa Mama...," gumam Cakra saat melihat keadaan rumah yang rame ini.

Dulu, sebelum Papa dan Mama pindah ke Korea, rumah ini tuh rame bener. Rumah bakalan dipenuhi sama ocehan dari Mama yang ngomel karena Jihan ngerusakin mixernya, atau suara tawa Papa yang baru aja ngelihat tingkah absurd dari Chandra dan Cakra. Ah... Cakra jadi rindu dengan semua itu.

Chandra menoleh ke arah Cakra sekilas, dan tersenyum tipis. Tipis sekali. "Mereka baik baik aja, kan, di sana?" tanya Chandra.

"Gue juga gak tahu, Dra. Kemaren kemaren, gue telpon, gak diangkat sama sekali. Dijapri juga gak aktif nomornya. Mungkin ganti nomor," jawab Cakra, membuat Chandra mengangguk.

"Sama. Gue juga udah nelpon berkali kali. Tapi gak diangkat."

Memang gak ada yang tahu tentang keluarga An ini. Bahkan, Chandra dan Cakra pun gak tahu ada apa sebenarnya dengan keluarga mereka. Kalau Jihan, sepertinya anak itupun juga tidak tahu.

"Gue kadang mikir, bonyok beneran cuma pindah ke Korea, karena urusan kerjaan, atau pindah ke Korea, karena gak mau ngurusin kita?"

Cakra menoleh ke Chandra, dan tersenyum miris. "Mereka emang sibuk, Dra. Gak ada waktu luang buat kita. Maklumin aja. Toh, mereka masih bertanggung jawab buat bayarin kebutuhan hidup kita. Terbukti dari rekening tabungan yang selalu terisi setiap bulannya."

Chandra hanya menghela napas, dan mengangguk.

"Kak, lagi ngomongin apa?" tanya Jihan yang tiba tiba nongol entah dari mana.

Chandra dan Cakra langsung menoleh ke arah Jihan yang lagi masang muka penasaran.

Cakra tersenyum kecil. "Cuma ngomongin Papa dan Mama yang gak ada kabar sampai sekarang," jawabnya, membuat raut wajah Jihan berubah total.

Jihan langsung kayak rada takut atau cemas gitu, membuat Cakra dan Chandra tersenyum untuk menenangkan adik bungsu mereka.

"Tenang aja.... Mereka bakalan baik baik aja, kok. Buktinya, Papa dan Mama masih sering ngirimin uang ke kita. Mereka cuma sibuk aja, dan gak punya waktu luang buat kita," hibur Chandra.

Jihan menghela napas pelan, dan mengangguk lesu. "Iya, kak..."

"Tapi, Jihan takut bukan karena itu...," batin Jihan dalam hati.

Ketahuilah... Jihan menyimpan banyak rahasia sendirian. Bahkan, Cakra dan Chandra yang merupakan kakak kakaknya pun juga tidak tahu.

Chandra dan Cakra terlihat saling berpandangan. Mereka bingung sama kelakuan adik bungsu mereka. Setelah kejadian 'kangen sama Mama dan Papa', Jihan kelihatan gak gitu semangat, bahkan sering bengong.

Chandra dan Cakra gak bego bego amat sampai sampai mereka gak tahu apa yang dipikirin sama adik bungsu mereka. Mereka paham, kok, paham banget malahan. Jihan pasti kangen sama Mama dan Papa, secara dia gak begitu dapat perhatian dari orangtua, karena keduanya sama sama sibuk kerja.

"Hei, ngelamun mulu. Kenapa?" Jihan yang lagi melamun dikejutkan oleh kedatangan alien menyebalkan. Alien itu kini duduk di sampingnya dengan tempe goreng di tangan kanannya. "Lagi ada masalah?" tanya Leo lagi.

Btw, barusan Sebastian sama Felix eksekusi masak. Siapa yang masakan paling enak, bakalan dapat hadiah. Nah, kebetulan Felix masak tempe goreng tepung plus daun bawang. Jadilah tempe itu dimakan sama Leo sampai habis, padahal masakannya Felix belum dinilai sama juri.

Jihan menoleh, dan tersenyum tipis. Tipis sekali, bahkan Leo gak sadar kalau Jihan itu lagi senyum. "Ya, begitulah... Kangen Mama Papa...," gumam Jihan lirih.

"Ditelpon dong! Kan, sekarang udah ada teknologi canggih," sahut Leo, memberi saran.

Jihan tersenyum miris. "Gak pernah diangkat."

Sebastian dan Cakra yang ngelihat kejadian itu cuma bisa tersenyum miris.

Tadi Cakra udah cerita semuanya ke Sebastian. Cerita tentang orangtua mereka yang gak pernah pulang dan gak pernah ngasih kabar sama sekali ke mereka bertiga. Ya, Cakra ceritain semuanya biar nantinya Sebastian bisa nolong dia buat ngehibur Jihan.

Di sisi lain, ada Felix dan Chandra yang lagi masak bersama. Iya, tangan mereka lagi masak, tapi mata mereka curi lirik ke arah Jihan dan Leo.

"Keluarga lo kenapa dah, Kak? Kayaknya lagi ada masalah," tanya Felix kepo.

Chandra yang lagi makanin spaghetti, langsung menoleh ke arah Felix. "Biasa... Masalah kecil doang. Ortu kita menghilang gitu aja."

"Hilang?"

"Bukan hilang sih, mereka kayak memutuskan tali silahturahmi sama kita. Gak pernah ngasih kabar, gak pernah pulang."

Felix hanya mangut mangut. Ya, dia juga udah nebak dari tadi. Apalagi pas tadi mereka cerita kalau orangtua mereka pindah ke Korea, dan ninggalin ketiganya di Indonesia, Felix makin curiga.

"Tapi, Kak..." Ucapan Felix membuat Chandra menoleh sepenuhnya ke arahnya dengan tatapan bingung. "Gimana kalau sebenarnya ortu kalian tuh nyimpen sesuatu?"

Chandra mengangkat sebelah alisnya, bingung. "Maksud lo?" tanyanya.

Felix mengedikkan kedua bahunya. "Entahlah... Dari cerita kalian bertiga, gue jadi kepikiran kalau ortu kalian tuh nyimpen sesuatu. Dan salah satu dari kalian tuh tahu, tapi selalu tutup mulut dan pura pura gak tahu."

Chandra langsung terdiam. Kalau dipikir pikir lagi, kayaknya apa yang diucapkan Felix ada benarnya juga, walaupun mungkin presentase benarnya itu di bawah 50%.

Tapi kalau dipikir pikir lagi, kenapa dia gak pernah berpikir seperti itu, ya?

"Gue gak bilang kalau ucapan gue tuh seratus persen bener ya, Kak. Itu hanya dugaan belaka, dan kadang dugaan itu sering salah," ucap Felix lagi, membuyarkan lamunan Chandra.

"Tapi gue merasa kayaknya apa yang lo ucapin itu ada bener nya, Lix..."

Kini gantian Felix yang mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa kakak yakin? Kakak, kan belum tahu kebenarannya."

"Entahlah...."

Felix hanya mengedikkan kedua bahunya, dan kembali fokus memasak.

Changbin hanya bisa menghela napas kasar, dan ikut membantu Felix.

"Everything is getting harder.... And now, I'm having trust issues....," Sean Chandra Anggara.

," Sean Chandra Anggara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Kangen [Fin]√

(A/N):
Udah mulai kelihatan ada konfliknya ya.. Semoga aja, keluarga An gak kepecah belah karena masalah ini...

Btw..
Ada yang penasaran sama Mama dan Papanya keluarga An, gak? Dan ada yang bisa nebak siapa sosok Papa dan Mama itu?

Dear Brother [3Racha] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang