Chapter 19 - Cakra dan Chandra Berantem

594 72 3
                                    

Jihan berjalan dengan gontai menuju rumahnya. Sebenarnya dia masih takut sama Cakra karena kejadian tadi, tapi masa iya, dia mau gak pulang ke rumah, dan jadi gelandangan di pinggir jalan?

Jujur, Jihan sekarang ini takut. Hari sudah malam, walaupun belum menunjukan pukul 9 malam, tapi jam segini sudah membuat Jihan ketar ketir.

"Huft... Kenapa tadi gue malah kabur ke Danau itu, sih? Kenapa gue tadi gak kabur ke rumah Sebastian aja ya, kan lebih deket, gak ngabisin tenaga kayak gini?" gerutu Jihan di sepanjang jalan.

Orang orang yang lewat di sekitar sana melirik ke arah Jihan dengan tatapan sulit diartikan. Mungkin mereka berpikir Jihan itu orang gila kali, ya?

Langkah Jihan semakin lama, semakin pelan. Tubuhnya terlalu gemeteran karena dua alasan, satu karena memang suhunya lagi dingin banget, dan satu lagi masih menjadi alasan yang misteri.

Ya, gimana gak dingin coba? Lah, wong, Jihan jalan di pinggir jalan raya dengan kaos oblong warna hitam yang tipis sama celana pendek warna putih selutut. Tadi sebelum kabur dari rumah, Jihan gak sempet ganti baju, dia langsung ngeloyor pergi gitu aja, ninggalin Cakra yang jerat jerit heboh.

Rumahnya sudah semakin dekat. Mungkin sekitar beberapa meter lagi, kurang lebih 500 meter.

Langkah Jihan berhenti mendadak saat melihat ada dua orang remaja seumuran dengannya sedang berdiri di pinggir jalan dengan wajah khawatir. Salah satunya sibuk menelpon seseorang, dan yang satunya lagi cuma gigit kuku.

Ya, mereka berdua adalah Cakra dan Sebastian.

Jihan jadi merasa bersalah saat melihat kedua orang tersebut terlihat khawatir.

Gak lama berselang, muncul seseorang yang lagi naik motor. Motor itu berhenti tepat di depan Cakra dan Sebastian.

Jihan langsung berjalan menghampiri ketiganya dengan langkah kilat.

Semakin dekat, semakin Jihan mendengar suara bentakan yang bertubi tubi dari dua orang yang paling tua di antara ketiganya. Ya, Chandra dan Cakra.

"Apaan sih, Dra?! Gue gak tahu apa apa!" Suara Cakra mulai mendominasi rungu Jihan, membuat remaja itu berhenti sejenak untuk menguping.

"Jelas lo tahu, Kra!! Jelas lo tahu!" Kini gantian suara Chandra yang menggema sampai ke gang sebelah.

"Gue tahu lo lagi patah hati, Dra. Tapi jangan salahin orang lain!" nasihat Cakra, masih dengan nada normal. Dia masih bisa sabar, jadi gak perlu yang namanya penaikan intonasi.

"Ya, emang gue patah hati. Tapi yang bikin gue tambah sakit itu pas tahu kalau Felix itu suka sama lo, Kra!!"

Dari kejauhan, Jihan bisa tahu kalau Chandra sebenarnya nahan nangis. Terbukti dari suara bentakannya yang bergetar.

Ini pertama kalinya Chandra jatuh cinta, dan pertama kalinya Chandra patah hati. Makanya orang itu rada emosional.

"Kra.. Kenapa lo ngambil semua kebahagiaan gue? Kenapa? Gue udah ngerelain Sebastian buat lo, gue mundur buat lo. Tapi... Sekarang lo malah ngambil hatinya Felix.."

Cakra gak beda jauh sama Chandra. Dia juga sama sama frustasi, sama sama emosional.

"Dra... Masalah hati itu gak bisa dipaksain. Mau lo paksain sampai kapanpun, itu gak bakalan berhasil. Lo malah bakalan nyakitin Felix, jujur aja, Dra!"

Chandra mengepalkan tangannya kuat kuat, menahan amarah yang mulai mendominasi raganya.

"Kenapa Mama dan Papa ngasih nama lo Bencana?" tanya Chandra, membuat Cakra mengernyitkan keningnya akibat peralihan topik yang dibuat Chandra. "Karena lo emang Bencana, Kra! Lo bencana buat gue!"

Remuk sudah hati Cakra. Dia gak nyangka kalau Chandra bakalan marahin dia, hanya karena masalah cinta?

Mungkin kalau Chandra marah doang, Cakra masih gak apa apa, karena itu hal wajar baginya. Tapi kalau sampai Chandra bawa bawa namanya, Cakra udah gak bisa nerima itu semua. Enak aja mencela nama pemberian orang tua.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Cakra melangkah maju, membuat jarak antara dia dan Chandra terkikis.

Sebastian udah was was aja. Dia dari tadi diem, bukan karena dia gak peduli sama masalah dua orang ini, tapi dia diem karena dia masih belum mencerna semua ini. Kenapa nama dia ikut ikutan dibawa?

Plak!!

Remaja mirip puppy tanpa sadar itu menoleh ke arah Jihan, dan kemudian membulatkan matanya.

Jihan yang sadar kalau Sebastian udah tahu keberadaannya, langsung ngasih kode ke Sebastian buat diem aja.

Sebastian mengangguk, dan menunjukkan gestur 'oke', lalu mundur secara teratur ke tempat Jihan berada.

Pertengkaran kecil kecilan antara Chandra dan Cakra tidak dapat dielakkan. Sebastian dan Jihan jadi ngeri sendiri.

"Dra, lo boleh cinta sama seseorang, tapi gak kayak gini caranya!" nasihat Cakra di sela sela pertengkaran kecil itu.

Emang sih, pertengkarannya gak begitu parah, tapi lebih dari cukup untuk membuat wajah keduanya babak belur.

"Kak Andra! Bang Cakra! Berhenti!!" seru Jihan yang udah gak tahan sama semua ini.

Chandra dan Cakra yang gak tahu kalau Jihaan ngelihat semua itu, langsung menoleh dan membulatkan matanya.

"Jihan?" pekik keduanya, dan dibalas anggukan oleh Jihan.

"Ya, ini gue," jawab Jihan, masih dengan tatapan nyalangnya.

Cakra dan Chandra langsung beringsut mundur pas ngelihat tatapan dari Jihan yang menyeramkan. Kalau Jihan sudah bersabda, maka kedua curut itu udah gak bisa berkutik lagi, seolah otak mereka terhipnotis oleh suara si remaja tupai.

"Kenapa berantem? Masalah kecil doang, kan?" tanya Jihan sambil berjalan mendekati keduanya. "Kalau ada masalah tuh, dibicarakan baik baik, Kak, Bang. Gak kayak gini."

Chandra dan Cakra langsung senggol senggolan. Mereka merasa kayak anak kecil yang diomelin sama emak sendiri.

"Kalau kayak gini caranya, bukannya masalahnya selesai, yang ada malah wajah kalian yang berubah jadi biru biru," tambah Jihan, membuat keduanya mengangguk.

Sebastian dari kejauhan cuma bisa geleng geleng kepala. Emang ya, mau sampai kapanpun, yang bisa bikin Chandra dan Cakra nurut kayak babu itu cuma Jihan, gak ada yang lain.

Jihan terlihat tersenyum kecil. "Nah, gitu dong! Sekarang kalian pulang sana, bicarain masalah kalian baik baik!" perintah Jihan, membuat kedua kakak itu bingung.

"Lo gak ikut pulang?" tanya Chandra, mewakili Cakra.

"Gue gak mau pulang sampai kalian bener bener udah bicarain masalah ini baik baik. Tenang aja, gue bakalan baik baik aja, gue nginep di rumah Sebastian untuk sementara ini," jawab Jihan, dan diangguki oleh Sebastian di belakang sana.

"Tapi..."

"Shht... Gak ada tapi tapian," potong Jihan dengan cepat, sebelum dua curut sesepuh itu protes.

"Huft... Everything you want, we'll do it, Han," Sean Chandra Anggara ft. Bencana Cakrawala Andrana.

• Cakra Dan Chandra Berantem [Fin]√

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Cakra Dan Chandra Berantem [Fin]√

Dear Brother [3Racha] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang