Family

518 45 0
                                    

Matahari yang perlahan terasa panas di pucuk kepala Y/n, bersamaan dengan detak jantung yang terpompa kuat. Pemandangan yang selalu ia rindukan, terpampang nyata 2 meter dari hadapannya.

Senyum terlukis begitu nyata, pandangan yang memudar karena air mata. Rasa nyeri di hidung, menahan tangis yang ingin tumpah. Ayah, ibu, dan juga abang Adit. Berdiri tepat di hadapan nya membuat gadis itu mematung, ia menggerjapkan mata. Seraya berdoa bahwa ini bukan ilusi semata, INI NYATA!.

"Maaf, karena tidak mengakuimu lebih cepat".

"Mama". Ucap y/n yang masih berdiri di tempatnya.

"Kemarilah sayang".

"Ayah".

Tanpa berlama - lama lagi, ia memluk keluarganya dengan perasaan yang lega. Lega karena keluarganya mulai mengakui apa yang menjadi cita - citanya sejak dulu, keluarga itu terhanyut dalam emosi, di ruangan yang sengaja di isi oleh mereka ber-4.

Semenjak mereka tinggal di Korea, abangnya ini dapat pekerjaan untuk memfoto keindahan dunia yang sudah terjama manusia maupun belum. Sudah 3 tahun ia pergi, jarang sekali mengabari karena biaya yang mahal dan juga sinyal yang tak menentu datang dan perginya.

Kami mengobrol banyak hal, dan aku baru tahu kalo ayah sekarang sudah berhenti bekerja diperusahaannya. Dan menekuni bisnis sendiri, bermodal nekat tentu saja dan mama juga sibuk membantu mengembangkan bisnis baru ayah.

Kedua orang tuaku juga menceritakan bagaimana mereka mulai melirikku lagi, mereka memang kembali ke Indonesia. Dan mereka juga selalu mendapatkan kiriman tiket dari ku, namun mereka ragu akan datang atau tidak. Saat menggelar konser di Indonesia, mereka datang. Dan hanya melihat ke adaan stadium yang penuh akan para penggemar, lalu pergi pulang. Mengingat kejadian, saat - saat mereka menentang mimpi anak gadisnya itu.

Mereka meminta maaf karena sudah menolak mimpiku, namun aku sedikit bersyukur akan hal itu. Karena penolakan keluarga ku, aku mendapatkan dorongan kuat untuk terus berusaha meraih mimpi dan di sini aku sekarang.

"Abang tadi bikin kaget tahu". Ucapku masih di dalam dekapan mama.

"Surprise aja, abang jg kaget tiba - tiba dpt pemberi tahuan kalo abang ke pilih fansign". Jelasnya.

"Mungkin memang sudah jalannya". Ucap ayah mengelus pucuk kepalaku.

Kehangatan yang selalu aku idamkan selama 3 tahun ini, tak disangka terwujud sekarang. Aku memeluk mereka erat, sperti tak ingin jauh dari mereka.

"Lalu apa kalian akan tinggal disini?". Aku mendongak ke arah ibu dan ayah, mereka mengeleng.

"Kita punya bisnis di rumah, ga mungkin untuk di tinggal". Ucap ayah menatap ke arahku.

"Apa tidak bisa berbisnis disini?". Ucapku peuh harap.

"Tidak bisa sayang". Ucap mama menangkup wajahku.

"Kita bisa vidcall kan, jaman udah canggih kali". Ucap bang adit melirik ke arah ku.

"Iya deh". Dengan terpaksa aku mengatakannya

Lalu kami pergi ke ruangan yang ada para eonni, sesampainya disana aku langsung memeperkenalkan keluargaku kepada mereka. Dan juga kepada manager Dongwoo, dan anggota staff yang ada.

Kami makan siang bersama dengan sesekali melontarkan candaan, orang tuaku bisa sedikit - sedikit bahasa korea. Namun kami menggunakan bahasa inggris untuk memperlancar pembicaraan, setelah itu ayah dan mama kembali ke Indonseia. Aku ikut mengantar mereka, kalau bang Adit?. Tentu ia akan berkelana lagi, namun ia hanya pergi di korea saja.

Katanya supaya bisa menegok ku beberapa kali, ia memang tidak bisa dikurung seharian di ruangan. Abangku ini lebih suka explor dan menangkap gambar, dari pada duduk dicafe memainkan gawai atau laptop. Ia bilang hidup seperti itu bukan gayanya, dan itu terlihat seperti pola yang berulang.











Terima kasih yang udah sempet baca ini

Dan Terima Kasih atas vote dan komennya😚

💜💚💙💛❤

Y/N AS KPOP IDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang