Jalanan kali ini sepi karena waktu sudah menjelang malam. Terlihat jelas gadis itu sedang kacau duduk disebuah bangku pojok taman, menumpahkan rasa kecewanya dengan menangis.
Stela pov
Beribu pertanyaan muncul dibenakku.
"Apa gue salah kalau gue mencemaskan dia? apa gue salah mencintainya Tuhan? Jika dia hadir hanya memberi luka lantas mengapa perasaan ini tumbuh?bukankah ini tidak adil hikss?""Udah jangan terlalu larut dalam kesedihan" ujar seseorang yang entah datang dari mana.
"Gue tau perasaan lo sekarang," dan lagi lagi tangisan ku semakin kencang.
"Kalau lo aja tau perasaan gue ,ke-kenapa dia gak pernah tau hiks kenapa dia suka nyakitin gue"
"Dia pasti punya alasan sendiri," ucap dia sambil menarik tubuh ku kedalam pelukannya.
"Udah Stel, jangan nangis lagi lo berhak bahagia"
"Tapi Va gue capek, gue kecewa tapi gue gak bisa nyerah"
Author pov
Marva kasihan dengan gadis yang sekarang dalam pelukannya, dia tadi memang sengaja mengikuti kemana gadis ini pergi. Dia khawatir terjadi hal hal yang tidak diinginkan
"Luka yang dia kasih udah terlalu dalam Va," isak stela
"Tapi kenapa gue gak bisa benci dia"
"Gue cinta dia Va hiks"
"Stel cukup jangan nangis lagi"
"Lo tau kan ada jarak yang menghalangi kalian untuk bersatu, dan mungkin itu salah satu alasan dia"
"Dia gak mau lo terlalu berharap lebih jauh lagi"
"Udah ya serahin ke Tuhan, Tuhan tau kapan lo harus bahagia" ucap Marva dengan mengelus kepala Stela yang masih menangis dalam pelukannya. Marva sedikit tersenyum lega melihat stela mulai tenang.
"Marva makasih lo udah datang"
"Sama sama gue tau sekarang lo butuh pundak"
"Udah sekarang senyum lo gak pantes lemah gini Stel," disusul kekehan kecil dari keduanya.
"Sekarang gue anterin pulang udah malam," ajak Marva.
"Iya ayo, hmm tapi lo gak keberatan?" ucap Stela dan dibalas gelengan oleh Marva.
"Idih sans ae lah, gak ada yang keberatan"
****
"Oke makasih Va, gak mampir dulu?"
"Gak usah udah malam, lagian udah ada janji sama anak anak"
"Gue pamit ya," pamit Marva dan di balas anggukan oleh Stela
Stela beruntung hari ini ada Marva yang dengan tulus memberikan pundaknya untuk dia bersandar. Sungguh hari ini hari melelahkan untuk dia lewati.
Lalu dia merebahkan tubuhnya dikasur ,menghidupkan ponsel yang sejak tadi sengaja dia matikan.
15 calling Davira
10 calling Zanna
10 calling Fany
5 calling BrianDia tersenyum kecut melihat riwayat panggilan nya, ternyata Ragas sama sekali tidak peduli dengannya.
Marva pov
"Dari mana aja lo?" ucap Ragas.
"Nganterin Stela"
"Apa urusan nya sama lo?" Ragas penuh penekanan.
"Gimana dia Va?" Seru Cris yang sejak tadi fokus dengan ponselnya.
"Kacau"
"Lo keteraluan Gas, lo tau kan Stela itu cewe gak harusnya lo bentak dia didepan kita semua. Yang lo lakuin sama aja dengan mempermalukan dia" kataku dengan nada sedikit meninggi.
"Gue, emosi"
"Tapi tetep aja lo salah"
"Va udah tahan emosi lo," seru Brian menenangkan ku.
"Mending besok disekolah lo minta maaf ke Stela Gas, bener kata Marva," sahut Nevan tanpa ada jawaban dari Ragas.
"Lo gak bakal tega liat keadaan Stela tadi" ucapku setelah kepergian Ragas.
"Dia kacau banget, gue gak pernah liat dia selemah itu"
"Gue juga kasihan tapi gue gak bisa nyusul lo buat ngikutin Stela, karna Ragas juga butuh kita," ucap Cris dan diangguki setuju oleh Brian dan Nevan.
"Ya gue paham"
ciee ada apa dengan Marva?
kira kira jarak apa yang dimaksud?
apa Marva punya rasa ke Stela?
😂😇Terima kasih telah membaca Ragas

KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAS
Teen FictionIni tentang kita yang berakhir tanpa pernah memulai, tentang kita yang harus saling melupa tanpa pernah ada ikatan, tentang kita yang harus saling melepas tanpa pernah ada genggaman. ............ Ragas Absya Mahendra the king of SMA LASKAR dan ketua...