9

152 75 57
                                    

~Rooftop

Setelah meninggalkan Stela dan Marva ia memutuskan untuk ke rooftop,Ragas tenggelam dalam pikirannya memikirkan cara yang benar untuk keluar dari masalah ini.

"Huft"

"Gue harus gimana lagi"

"Napa jadi gini sih," ucapnya sambil memejamkan mata.

Suara nada dering mengalun pada handphone Ragas yang berdering beberapa kali didalam tasnya. Sedangkan dia masih terpejam , akhirnya setelah beberapa saat Ragas mengangkat telepon itu.

"Halo, Ragas masih dimana?" suara dari seberang.

"Sekolah pa, ada apa?"

"Ke kantor papa cepat penting!!"

"Tapi pa-" ucap Ragas yang langsung dipotong oleh papanya.

"Gak ada tapi-tapian, buruan penting!" telepon pun diputus dari seberang, Ragas yang mendengar itu hanya menghembuskan nafas kasar.

~Ragas pov

Akhirnya aku beranjak pergi meninggalkan rooftop dan pergi ke kantor bokap. Disepanjang perjalanan aku terus kepikiran tentang Stela, seperti ada rasa bersalah karena selalu menjadi alasan dia menangis.

(kantor)
Aku berjalan masuk ke kantor dan menuju ruangan bokap. Entah kenapa papanya menyuruhnya datang kesini.

"Pa"

"Eh, sudah datang sini duduk," ucap papa.

"Langsung intinya"

"Baiklah, jadi papa akan buat cabang baru papa minta kamu yang urus dan bertanggung jawab kedepannya."

"Ragas gak mau"

"Tidak ada penolakan ini pernyataan bukan pertanyaan jadi tidak perlu dijawab!"

"Tapi Raga gak bisa"

"Kamu harus bisa nak, kamu anak pertama dan cucu pertama Dikeluarga Mahendra jadi kamu harus mau melanjutkan bisnis kakekmu," ucap papa dengan nada sedikit meninggi. Aku hanya mengehela nafas beban apa lagi ini yang datang bukankah mereka tau aku gak mau berurusan dengan ini semua.

"Terserah papa," ucapku pasrah karena tidak ada gunanya debat dengan papa lebih baik nanti  bicara langsung ke kakek.

Cuaca hari ini sangat panas, pikiranku kembali lagi ke Stela dan akhirnya aku memutuskan untuk kembali kesekolah. Ya, terlihat siswa SMA LASKAR meninggalkan sekolah tanda jam pulang sekolah.

Mataku terus menelusuri setiap siswa yang lewat mencari keberadaan dia yang sejak tadi muncul dibenakku. Sudah satu jam lebih aku disini dan hasilnya nihil, sekolah pun sudah mulai sepi.

"Kemana coba dia"

"Apa udah pulang sama Marva ya?" akupun akhirnya beranjak pergi dari sana. Terlihat dihalte cewek dengan rambut diikat sedang duduk menunggu jemputan.

"Tuh anak dicariin malah disini," gumamku menghampiri nya.

"Nunggu apa lu?" tanyaku membuyarkan lamunannya terlihat dia sedang terkejut atas kedatangan ku.

"Supir"

"Naik cepet udah mau sore!!" perintahku

"Gak usah bentar lagi juga datang"

"Cepet naik, naik sendiri atau gue gendong!!"

"Apaan sih gak usah maksa"

"Cepet!!"

"kalau cuman kasihan gak usah mending lu pergi aja sana," usir dia, aku yang mendengar itu berpikir sejahat itu kah diriku.

"Bawel gue hitung sampai tiga atau gue gendong"

"Karna lu maksa yaudah gue naik" jawabnya dengan senyum sekilas.

di sepanjang perjalanan otakku berpikir keras memikirkan satu-dua kalimat yang cocok untuk memcahkan keheningan.

"Stela"

"Temenin gue makan didepan," ucapku

"Ehmm"

Aku menghentikan motorku dirumah makan yang tak jauh dari sekolah lalu turun dan melangkah masuk diikuti Stela disampingku.

"Mau pesen apa?"

"Samain aja Gas"

"Oke, mbak pesen ayam panggang 2, jus buah naga 2," ucapku ke salah satu pelayan.

"Baik mas mohon ditunggu,"  jawab sang pelayan.

"Hmm jadi lu suka buah naga juga?" tanya Stela.

"Ya"

Setelah itu hanya ada keheningan,Stela sibuk mengamati sekitar dan tanpa sadar aku memandang kagum wajahnya dia sangat cantik dan perasaan bersalah itu kembali kurasakan, apalagi sejak tadi dia lebih memilih diam.

"Lu bisu?" ucapku.

"Maksud lu?" jawabnya melirikku.

"Dari tadi diem mulu, masih marah?"

"Enggak kok"

"Sekali lagi maafin gue, gue harap lu ngerti"

"Yes I understand"

"Bagus deh"

Pesanan kami pun datang keadaan kembali hening.

"Langsung pulang?" tanyaku.

"Iyalah"

"Serius?"

"Hmm, jangan deh mending kita nonton aja gas"

"Karena lu kan gak setiap hari baik gini wkwkw," sindirnya.

"Ayo!" jawabku lalu beranjak pergi disusul Stela dengan wajah ceria, lega rasanya melihat dia tersenyum lagi. Disepanjang jalan ia sibuk bercerita, aku memandangnya dari spion motor sesekali senyuman terlukis dibalik helm ku.





Jangan lupa tinggalkan jejak
dengan vote dan komen😍
.
.
.
.
.
.
.

"Kamu adalah ketidakmungkinan yang aku semogakan." ~Auristela Mysha Chalondra




RAGASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang