7

13.4K 1.3K 54
                                    

Kalau kalian mengira situasi mereka sudah membaik pasca permintaan sebuah pelukan oleh Naya yang berakhir Jeno menemani nya tertidur, itu salah.

Kedua nya masih amat canggung. Entah lah apa sebab nya. Naya yang canggung dan Jeno yang selalu berusaha memberikan nya privasi.

Itu cukup sulit untuk situasi orang yang telah tinggal seatap.
Seperti malam ini, Naya memikirkan acara family gathering besok. Itu pasti akan menguras energi yang cukup banyak. Bagaimana seluruh keluarga besar Djuanda berkumpul, dengar dengar ada yang pulang dari luar negeri juga untuk datang.

Naya gak bisa ngebayangin apa yang bakal jadi topik orang orang kaya itu. Jujur meskipun dia juga dari keluarga kaya tapi orang tua nya sama sekali tak sefanatik Djuanda yang entah kenapa semua orang disekelilingnya punya harta menggila.

Naya memutuskan mengunjungi kamar Jeno sebentar, ingin meminta tolong.

"Jen? Boleh masuk?"

"Masuk aja."

Naya masuk setelah mendapat persetujuan dari yang punya kamar. Dengan menggunakan celana santai selutut warna hitam dan kaos oblong hitam disana yang punya kamar lagi sibuk sama MacBook nya.

Dengan sungkan Naya duduk di sofa samping tempat tidur.

"Kenapa nay?"

"Besok kan ada family gathering, i don't think i'm gonna fit with that," ragu Naya mengatakan itu. Takut juga nanti Jeno tersinggung lagi.

Jeno menghentikannya aktivitas dengan MacBook nya.

"Gak ngefit dimana nya Naya?"

"Gue takut gak di terima, gue takut gak ada temen ngobrol, which is gue gak setara kalian."

"Naya? Lo itu nyonya Djuanda. Which is lo itu istri dari satu satu nya calon CEO perusahaan inti Djuanda. Darimana nya Lo gak ngefit?"

"Jeno you know what i Mean i just worry."

"Naya, kalo lo takut lo bisa sama mama, atau sama gue."

"Bener? Sama Jeno ya?"

"Iya, cuma mau ngomong itu aja?"

Naya mengangguk.

"Kalo gitu gue balik ke kamar ya?" Naya bangkit dari sofa.

"Nay? Udah minum susu?"

"Ehh udah kok. Jangan kerja sampe larut, tidur gih."

Naya dengan cepat pergi dari kamar Jeno.
Satu helaan nafas lega. Ah untung nya Jeno mau bantu dia.
Bukan apa apa, waktu nikah aja banyak banget sodara sodara Jeno yang kepo dan julid minta ampun. Denger denger itu belum dateng semua. Dan family gathering besok emang moment yang diadakan 2 tahun sekali. Wajib ngumpul lah istilahnya nya.




....




Deretan mobil mewah memenuhi jalan menuju gateway gathering, yakin ini gathering family? Serasa workshop para sultan.

Naya yang emang dari awal kondisi badan nya gak enak jadi makin ngerasa drop. Tangan nya udah keringetan duluan, padahal mereka belum turun dari mobil.

"Ayok nay."

Setelah menarik nafas panjang Naya turun juga dari mobil.

"Pegangan, lo pake high heels," ucap Jeno.

Naya memandang Jeno ragu,
Hak tinggi? Ini cuma 7 cm perasaan.

Tapi kalo ditolak nanti makin canggung. Yaudah Naya mengaitkan tangan nya di lengan Jeno.

"Nanti kalo ditanya tanya jawab seadanya aja nay. Gak usah tegang."

"Eum, ayo masuk!"

Mereka masuk ke venue gathering. Riuh suara obrolan mulai terdengar jelas. Semua orang sibuk berbincang bincang.

"Lohh Jeno baru dateng ya, hii cantik sini gabung. Biarin aja Jeno ngobrol sama yang lain," ucap Tante Momo.

"Gak bisa lepas Tante, lagi gak enak badan ini Naya nya." Ucap Jeno.

"Owalah kok maksain dateng, yaudah ajak duduk aja Jen."

Jeno senyum berlalu.

Selamat sudah dari 1 Tante julid.

"Itu mama Jen," bisik Naya.

Jeno berjalan ke arah thalia.

"Mama? Apa kabar?" Naya menyapa duluan.

"Mama baik nak, kok pucat gini?"

Jeno lalu membisikkan sesuatu di telinga Thalia.

Mata Thalia membulat.

"kenapa gak istirahat aja sih nak di rumah?"

"Gak enak ma, mesti sempetin dateng."

Tiba tiba beberapa kerumunan ibu ibu datang menghampiri mereka bertiga.

"Yaampun mantu nya Thalia cantik banget biasanya liat di tv sekarang disini. Ayo gabung sama kita, ayok thalia ajakin mantu nya."

"Maaf ya Tante Tante ini Naya nya gak mau lepas dari suami nya, lagi fase ngidam kasian kalo ditinggalin." Ucap Jeno.

"Aduhh pengantin baru emang beda ya."

"Cepat ya Jen belum ada 3 bulan nikah udah jadi."

"Kerja keras Tante." Jeno ketawa, otomatis Naya juga ikut ketawa canggung.

Kerja keras dari mana nya? Sekali goal doang anak nya jadi. Hebat sih kecebong nya Jeno. Naya akui itu.

Lagi lagi berkat Jeno, Naya lolos dari julidan para Tante Tante Jeno.

"Duduk yok samperin papa?"

"Boleh."

Mereka duduk di pojokan ada Jeffrey dan Yudis disana

"Papaaaaa," Naya memeluk Yudis kangen banget.

"aduhh si cantik, apa kabar?"

"Baik dong, mama mana?"

"Gak tau diajak Tante Jesicca ilang."

"Padahal pengen ketemu mama."

"Naya pucet banget?" Celetuk Jeffrey.

"Hamil pa," jawab Jeno santai.

"Cepet amat ih pdkt nya," kini yudis yang nyeletuk.

"Papa apaan ih," dengus Naya.

Acara berlangsung cukup lama. Sampai agenda makan malam selesai sebagai tanda berakhirnya gathering family Djuanda itu.



....


"Thanks ya udah bantuin gue?"

"Its okay kita bakal sering saling perlu jadi no need to say that."

"But i have to jen."

"Okay up to you. Tidur aja, gue tau lo capek. Ntar sampe rumah gue bangunin."

"Thanks" Naya memejamkan mata nya.

Lelah. Entah karena Energi nya seolah tersedot keramaian disana. Atau karena dia lagi hamil jadi gampang capek. Hingga tanpa menunggu lebih dari 5 menit Naya udah tidur pulas.

Alhasil sampai rumah Jeno yang gak tega buat bangunin dia, melihat wajah lelah nya yang begitu jelas.
Hal itu  membuat nya berakhir dengan menggendong wanita cantik itu ke kamar nya.

"Mimpi indah love."

Satu kecupan didaratkan Jeno di kening Naya.




To be continue.

Mimpi indah semua~~~

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang