Meets The Dragon

1.9K 140 26
                                    

Di sebuah hutan yang tidak di ketahui tempatnya, ada seorang anak kecil berumur sekitar 4 tahun sedang berbaring di bawah pohon yang rindang.

Tubuhnya di banjiri sinar matahari yang hangat, terpaan angin yang membuat rumput gemersik riang membuat suasana di tempat tersebut semakin nyaman.

Perlahan-lahan anak kecil itu membuka matanya, lalu dia bangkit dari posisi tertidurnya.

"Ugh... Kepalaku sakit" ucap anak kecil itu.

Dia mengamati sekitarnya dengan linglung layaknya dia tidak pernah mengingat apa-apa.

"Hutan? Kenapa aku ada di sini? Seingatku aku sedang... Huh?" Ucap anak itu dengan linglung "si–siapa aku?" Tambahnya.

Dia sepertinya tidak dapat mengingat-ngingat kenapa dia ada di sana, bahkan dia tidak mengingat namanya.

Anak itu tampak sedikit panik, namun entah kenapa dia segera menjadi lebih rileks.

"Aku jelas panik barusan, tapi... Ada sesuatu yang memaksaku untuk menjadi tenang" pikir anak itu.

Dia mulai memutar otaknya untuk mencoba mengingat sesuatu, tapi sayangnya dia tidak mengingat apapun.

*Growllll

Saat anak itu sedang sibuk berpikir, terdengar suara kroncongan dari perutnya.

"Ugh... Aku sangat lapar" ucap anak itu.

Perlahan dia bengkit dari posisi duduknya, dan berjalan kearah yang dia percayai.

Saat berjalan-jalan, dia menemukan sebuah pohon apel yang buahnya siap di petik.

Dia memanjat pohon itu dan memakan buah apel itu sampai dia kenyang. Setelah dia kenyang, dia kembali berjalan.

"Daripada hanya berdiam diri saja, lebih baik aku berjalan-jalan, siapa tau nanti aku akan mengingat sesuatu" ucap bocah itu "tapi aku khawatir, apa di hutan ini ada hewan buas?" Tambahnya.

Tubuhnya merinding sesaat setelah memikirkan hal itu. Dia langsung menepis pemikiran itu, dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Ada pepatah ucapan adalah doa... Bocah itu benar-benar bertemu dengan seekor hewan buas.

"Be–beruang!? Tapi kenapa tangannya ada 4!?" Pikir bocah itu.

Bocah itu membeku di hadapan seekor beruang dengan 4 tangan yang tingginya sekitar 3,5 meter.

Anak itu mundur perlahan, dan langsung berbalik untuk lari sekencang-kencangnya.

"ROAR!"

"HIIII!!! DIA MENGEJARKU!!!" Teriak bocah itu sambil berlari.

Bocah itu berlari sekuat tenaga, tapi apa yang bisa dilakukan bocah berumur 4 tahun?

Dia jelas-jelas tertangkap hanya dalam beberapa menit setelah melarikan diri dari beruang itu.

"Ja–jangan makan aku! Dagingku tidak enak! Dan aku juga tidak akan membuatmu kenyang!" Teriak bocah itu.

Beruang itu jelas-jelas mengabaikannya, dan dia berniat menggigit bocah itu di kepalanya.

Namun, sesaat sebelum beruang itu menggigit kepala bocah itu, dia berhenti dan cengkraman tangannya mengendur.

Bocah itu memanfaatkan situasi tersebut untuk melepaskan cengkraman beruang, tapi saat dia lepas, dia membeku seperti beruang itu.

"Na–na–na–naga!?" Ucap bocah itu yang melihat sosok naga di hadapannya.

Naga itu menatap tajam kearah bocah itu, yang membuatnya bergidik ketakutan.

Naga itu mengayunkan tangannya dan menghampit beruang itu di bawah telapak tangannya. Pandangannya kembali kearah bocah itu.

"Bocah" ucap naga itu.

"Y–ya!" Balas bocah itu.

"Apa yang kau lakukan sendiri di hutan ini?" Tanya naga itu.

"Sa–saya tidak tau! Saya tidak dapat mengingat apa-apa setelah bangun di hutan ini beberapa menit yang lalu!" Balas bocah itu.

"... Aku tidak tau apa yang kaub akukan, tapi sebaiknya kau kembali ke orang tuamu" ucap naga itu.

Ketakutan bocah itu perlahan-lahan menghilang. Dia melihat naga di depannya dengan tatapan tidak percaya.

"Ada apa?" Tanya naga itu yang menyadari tatapan bocah itu berubah.

"Tidak, hanya saja aku terkejut" ucap bocah itu "kau sangat baik ternyata" tambahnya.

"Heh! Dasar bocah manusia" ucap naga itu sambil berbalik.

"Tu–tunggu!" Ucap bocah itu.

Naga itu berhenti, dan kembali berbalik menatap bocah itu.

"Ijinkan aku ikut bersamamu! Aku tidak memiliki tempat untuk kembali" ucap bocah itu.

"... Apa kau tidak takut padaku?" Tanya naga itu.

"Kenapa harus begitu?" Tanya bocah itu "memang benar, awalnya aku takut padamu, tapi karena kau sangat baik, aku tidak perlu takut lagi kan?" Tambahnya.

"... Baiklah, aku akan membawamu" ucap naga itu.

Naga itu mengambil bocah itu dengan tangan kanannya, dan dia langsung terbang.

"Woah! Hebat!" Ucap bocah itu yang matanya berbinar.

Naga itu tidak berbicara apa-apa, dan membawa bocah itu menuju sebuah puncak gunung.

"Disini rumahmu?" Tanya bocah itu.

"Ya" tambahnya "siapa namamu bocah?" Tanyanya.

"Nama... Aku tidak memilikinya" balas bocah itu dengan ekspresi murung "sejujurnya aku tidak bisa mengingat apa-apa" tambahnya.

"Begitu" ucap naga itu.

"Aku tau! Kau bisa memberiku nama!" Ucap bocah itu.

"Menamai ya... Aku tidak terlalu ahli dalam hal ini, tapi biarlah" ucap naga itu.

Naga itu menempatkan tangan kananya di dagunya. Sepertinya itu postur berpikir ala naga.

"Baiklah, mulai sekarang namamu Ryuza" ucap naga itu.

"Um! Itu nama yang bagus!" Ucap bocah itu "siapa namamu?" Tanyanya.

"Namaku Ignis, salah satu dari True Dragon, dan raja dari naga api-petir" ucap Ignis.

"Master Ignis!" Ucap Ryuza "aku tau ini permintaan yang lancang, tapi kumohon ajarkan aku agar aku bisa menjadi lebih kuat!" Tambahnya.

Ignis kembali ke pstur berpikirnya...

"Mengajarkan seorang bocah manusia ya... Apa ini suatu kebetulan?" Pikir Ignis "usiaku tidak akan bertahan lama lagi, jadi mengajarkan sihirku kepada bocah ini tidak akan rugi juga" tambahnya.

Ignis telah selesai berpikir.

"Baiklah, aku akan mengajarkanmu" ucao Ignis.

"Yes!" Ucap Ryuza "mohon bimbingannya master Ignis!" Tambahnya.

"Umu, sebelum itu, aku ingin memberikanmu sesuatu" ucap Ignis.

Setelah Ignis berbicara itu, sebuah bola energi berwarna putih keluar dari tangan Ignis, dan melayang masuk kedalam tubuh Ryuza.

"Ini?" Tanya Ryuza.

"Aku memberikan sebuah inti yang membuatmu bisa mempelajari sihir Dragon Slayer" ucap Ignis "dengan itu, tubuhmu memiliki ketahanan terhadap api dan petir" tambahnya.

"Baik! Terima kasih master!" Ucap Ryuza.

Ancient Dragon SlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang