6. Elf

5.5K 593 13
                                    

.

.

.

Mari kita berfikir, tiba-tiba tanganku mengeluarkan cahaya putih dan baaa....luka di kaki Drew hilang....

.....

...

..

.

TUNGGU!!!! Sihir penyembuh!!, apa benar ini sihir penyembuh??.

Kualihkan pandanganku ke sosok berjubah yang kuikat dipohon, luka perutnya menganga mengeluarkan darah. Aku mendekatinya, 'Coba sekali lagi deh, apa benar gw bisa sihir itu'.

Aku berkonsentrasi dan mengarahkan tanganku ke perut sosok itu.

"Healing"

Lagi, keluarlah cahaya putih dari tanganku, kulihat perut sosok itu dan hilang sudah lukanya. Kurasa aku memang memiliki sihir penyembuh, tapi bagaimana bisa?, secara sihir penyembuh itu  hanya dimiliki Elf.

.

.

.

Mataku menatap sosok itu lagi, karena aku penasaran aku buka tudungnya.

"!!!!"

Apa yang kulihat ini?, Oi.. jangan main-mainlah. Aku menggosok mataku utuk memastikan, tidak ada perubahan...

Aku melihat sosok itu adalah pria ya cukup tampan, tapi yang membuatku terkejut adalah bagian telinganya, dia memiliki telinga yang panjang.

"Elf" Gumamku, kusentuh telinganya, gila ini asli.

"Eugghh....." Kudengar dia mengeluh, sontak aku menjauhkan tanganku dan mundur. Perlahan dia membuka matanya. Mata kami betatapan, dia terlihat waspada.

"Siapa kau?" Dia bertanya padaku, matanya tetap menatap tajam diriku,'Gw tahu gw cantik, gak usah segitu juga natapnya' Ucapku dalam hati, ga narsis cuma kepedean aja.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu" Dia terlihat terkejut menatapku, 'Salah ngomong ya gw?'. Kenapa dia menatap diriku terkejut.

"Kau bisa bahasa elf?" Dia kembali bertanya padaku, aku menggunakan bahasa elf?

"Aku menggunakan bahasa elf?" Aku menunjuk diriku sendiri dan menatap terkejut padanya. Ini aneh.

"Kenapa kau terlihat lebih terkejut" Laki-laki itu menatap speechless padaku. Aku mendekatinya dan duduk didepannya.

"Sudah itu tidak penting, jadi kenapa kau menyerang kudaku?" Aku menatap serius padanya.

"Aku sebenarnya ingin menyerangmu, tapi panahku meleset, bisakah kau lepaskan ini?" Aku terdiam sebentar, dan bergerak membuka ikatannya. Setelah ikatannya terbuka dia duduk bersila didepanku.

"Dimana kudamu, ah iya perutku juga terluka" Dia melihat perutnya, kemudian menatapku lagi. 'Mau berapa kali lu natap gw Burhan' , gemes deh.

"Aku sudah mengobatinya"

"Kurasa kau tidak membawa apapun selain senjata, apa kau membawa obat-obatan" Dia memperhatikanku sampai segitunya, astaga.

"Anggap saja berkah dari dewa" Dia terdiam, kemudian keheningan datang.

"Jadi, siapa namamu?" Aku bertanya untuk memecah keheningan ini, sungguh canggung rasanya.

F*ck!!I am AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang