epilog

113 16 2
                                    

"Hoi! Turun buruan! Lelet banget! Ibu manggil!"

[Name] merapikan rambutnya sejenak. "Iya!" Ia membalas singkat. Ia turun dari lantai dua untuk menuju ruang tamu. Kakaknya menatapnya sinis, tapi ya masa bodoh juga.

Toh, dia juga masih hidup walau ditatap sinis.

"Nah, ini suami ibu yang baru. Kita bakal segera menikah, tapi ibu mutusin buat kenalin mereka duluan."

[Name] menatap pria berusia 40 tahun lebih itu dengan senyum paksa. Matanya beralih kearah seorang laku-laki disebelahnya. Tunggu, [Name] tampak familiar dengan muka itu.

Tidak- tidak mungkin. [Name] pasti sedang berhalusinasi sekarang. Tapi, kalau dilihat-lihat lagi, ini terlihat begitu nyata.

Orang itu, senyumnya, semuanya, ia masih mengingatnya dengan jelas. Senyum [Name] mengembang secara spontan. Sang laki-laki itu berdiri, senyumnya semakin melebar.

Detak jantung [Name] berpacu lebih cepat sekarang. Matanya berbinar, dengan air mata yang nyaris turun. Kakak dan ibunya menatapnya aneh.

"Anak sialan, apa yang kau-"

Belum selesai ia berbicara, sang ibu sudah menutup mulutnya dengan melotot. Menandakan agar anaknya itu menjaga ucapannya dihadapan sang calon suami.

"Namaku Bima, salam kenal, Dek [Name]."

Bima merentangkan tangannya lebar dengan senyum yang belum luntur. Seakan mengerti, [Name] menerjang Bima dengan pelukan erat.

"Kak Bima!!"

Bima membelai kepala [Name] lembut, lalu berbisik dengan suara yang begitu kecil, sehingga hanya [Name] saja yang mendengarnya.

"Aku kembali, Dek [Name]."

- end -

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Incontrare 「Bima」✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang