(Cho Kyuhyun POV)
@ Jiyeon's Apartement, Seoul.Aku mengantar Jiyeon sampai ke apartemennya malam ini. Hari sudah semakin larut dan aku tahu insiden di rumah orang tuanya pasti terasa berat untuk Jiyeon. Aku berjalan di balik punggung kekasihku. Jiyeon tampak lelah dan hanya melangkah kecil. Sesekali aku melihatnya menarik nafas. Aku.. merasa bersalah pada Jiyeon dan aku tidak bisa melakukan banyak hal untuknya. Lantas kaki Jiyeon berhenti melangkah. Ia membalikkan tubuhnya ke arahku. Wajahnya sedikit sendu dan tidak bersemangat. Sepanjang perjalanan pulang tadi, ia sibuk membuka ponselnya dan membaca komentar komentar buruk tentang ayah dan ibunya di portal 'Rumors'. Aku sudah mengingatkannya untuk tidak membuka akun portal lagi karena hanya akan membuat pikirannya semakin terbebani. Tapi Jiyeon tidak mau mendengarkanku. Seburuk apapun Tuan dan Nyonya Park mereka tetaplah orang tua Jiyeon. Sebagai seorang anak, aku mengerti jika perasaannya terluka dan ia.. ingin menyendiri dulu. Park Jiyeon, dia butuh waktu yang banyak untuk menerima keadaan ini.
Aku berhadapan dengan Jiyeon. Dia memandangiku seperti sedang mencari jawaban. Lagi lagi aku melihatnya menarik nafas singkat namun dalam.
,"Gomawo. Sudah mengantarku pulang. Aku akan langsung istirahat".
Jiyeon seperti bukan Park Jiyeon yang kukenal. Ia lebih banyak diam dan merenung.
,"Heum, tidurlah yang nyenyak. Jangan memikirkan apapun dulu. Aku tidak mau melihat yeojachinguku jatuh sakit".
Aku mengusap puncak kepalanya dan Jiyeon tersenyum tipis.
,"Hyunie.."
,"Ne?".
,"Terima kasih karena tadi kau tidak membalas perkataan kasar appaku padamu.. mianhae".
Jiyeon, matanya berkaca-kaca dan sempat menundukkan kepalanya tidak mau melihat wajahku. Apa dia merasa malu karena sikap ayahnya tadi. Aku sedih melihat Park Jiyeon seperti ini.
,"Tidak apa-apa. Jangan pikirkan itu lagi. Aku yakin kau akan melakukan hal yang sama untukku jika itu terjadi padaku. Jiyeon-ah, aku.. juga ingin minta maaf padamu.. tentang.. Park Eunseok. Sebenarnya aku..."
Aku ingin berkata jujur pada Jiyeon tapi gadis ini langsung memotong pembicaraanku. Meski bibirnya tersenyum tapi aku tahu ada rasa kecewa dibenaknya untukku. Karena aku sudah merahasiakan semua tentang masalah keluarga Park darinya.
,"Arraso. Aku tahu kau telah mengetahui semuanya. Kau.. selalu tahu segalanya tentangku. Benar kan?".
Jiyeon.. aku benar benar minta maaf padamu.
,"Chagiya.. aku".
,"Kau tidak perlu menjelaskan apa apa padaku oppa. Aku mengerti posisimu. Kau pasti bingung harus memberitahu ku atau tidak. Kau.. hanya menjaga perasaanku agar tidak terluka. Itu saja".
!!
Aku menarik tubuh Jiyeon ke dalam pelukkanku. Aku menyesal karena tidak bisa bertindak apapun untuk melindunginya. Membiarkan Park Jiyeon menangis dan terluka.
,"Mianhae. Aku sungguh minta maaf padamu. Aku memang sudah mengetahui semuanya semenjak kita berada di New York. Geure.. aku hanya ingin memastikan jika laki laki itu adalah benar kakakmu. Dan appa juga ibu mu.. sudah membohongi mu selama ini. Aku tidak ingin melihat Jiyeonku terluka lagi".
Jelasku memeluk erat Jiyeon. Awalnya Jiyeon tidak membalas pelukkanku tapi pada akhirnya ia mendekapku juga.
,"Hyunie.. kau telah melakukan banyak hal untukku. Oppa tidak perlu minta maaf. Itu bukan salah oppa. Aku mengerti. Aku.. hanya butuh waktu untuk sendiri. Bisakah oppa mengerti itu?. Ku mohon, jangan menemuiku dulu sampai aku siap menghadapi semuanya. Kau akan menungguku kan?".
Park Jiyeon.. kata katamu terdengar sedikit menyakitkan di telingaku. Untuk pertama kalinya dia meminta padaku untuk tidak menemuinya.
,"Ne. Aku akan menunggumu, jangan khawatirkan tentang itu. Oppa.. tahu kau butuh ruang saat ini. Gwenchana. Oppa tidak apa-apa".
Aku menunjukkan senyum ku pada Jiyeon. Aku tidak mau membebani pikirannya lagi. Dia sudah cukup menderita. Sebagai kekasih Jiyeon, aku tidak mau memberinya tekanan dan menolak permintaannya. Tidak apa Cho Kyuhyun. Ini semua demi kebahagiaan Park Jiyeon. Hubungan kalian kan tidak berakhir. Pikirku dalam hati.
,"Terima kasih karena kau selalu mengerti Park Jiyeon. Mianhae jika aku selalu merepotkanmu".
Gadis ini menahan air matanya yang sebentar lagi akan tumpah. Tapi aku tahu Jiyeon gadis seperti apa. Dia tidak akan menangis lagi dihadapanku. Bulir bulir bening itu menghiasi kedua bola matanya yang indah.
,"Saranghae Park Jiyeon. Aku sangat mencintaimu".
Bisikku sambil aku memeluk erat tubuhnya lagi. Mungkin beberapa hari kedepan aku tidak akan bisa mendekapnya seperti ini lagi, mencium bibir dan menggandeng tangan Jiyeon.
,"Nado, oppa. Jeongmal saranghae".
Dadaku merasa sesak saat aku memberi jarak, merenggangkan pelukkanku sedikit. Jiyeon menundukkan kepalanya seolah menghindari tatapannya. Ini pertama kalinya Jiyeon bersikap seperti sekarang padaku.
,"Jangan tundukkan kepalamu. Ini bukan Park Jiyeon yang kukenal".
Aku meraih dagu dan mengangkatnya sehingga aku bisa melihat wajah yeojaku.
,"Hyunie, aku.. merasa malu padamu. Aku sedang tidak percaya diri saat ini. Kau ingat kan malam terakhir kita di New York?. Aku sudah menceritakan kebohongan padamu. Aku.. benar benar malu sekarang".
Hatiku hancur melihat Jiyeon menutup wajah dengan kedua tangannya. Tangisannya pecah dihadapanku. Park Jiyeon menangis terisak ketika aku menempatkan wajahnya didadaku. Jiyeon menangis hebat dan aku hanya mampu memeluk juga menenangkannya. Sepertinya Jiyeon benar benar kecewa dengan sikap ke dua orangnya. Gadis ku ini, ia harus menanggung malu sementara dirinya tidak tahu apa-apa.
,"Gwenchana. Menangislah sampai kau puas Jiyeon-ah. Tidak ada orang yang melihat selain aku. Kau tidak perlu takut. Ada aku disini yang selalu menemani Park Jiyeon. Kita hadapi bersama-sama. Kau dan aku. Mengerti?".
Aku tanpa henti mengusap punggungnya dan menepuk nepuk dengan ringan. Hanya ini yang bisa aku lakukan agar perasaan Jiyeon membaik.
Dan ketika aku kembali memberi jarak diantara tubuh kami, aku menghapus air mata Jiyeon. Kulit wajahnya sangat merah dan kantung matanya sembab. Sesaat aku melihat ia masih terseguk karena Jiyeon berusaha untuk menghentikan tangisannya.
,"Aku mengerti oppa. Gomawo untuk semua yang sudah kau lakukan untukku. Sebaiknya sekarang oppa pulang karena ini sudah larut malam. Jangan cemaskan aku.. aku baik-baik saja. Ne?".
Jiyeon mencoba meyakinkan aku karena aku masih terlihat ragu untuk meninggalkannya. Apartement Jiyeon begitu sunyi. Ahjumma juga pasti sudah pulang ke rumahnya. Aku hanya takut sesuatu yang buruk terjadi pada Jiyeon. Tapi itu tidak mungkin. Jiyeon adalah perempuan yang kuat dan tegar.
,"Ne baiklah. Tapi jika kau membutuhkan bantuan ku segera hubungi aku".
Sahutku sambil aku kembali mengusap kepala dan pipinya. Jiyeon menarik garis bibirnya, tersenyum kecil melihatku.
,"Heum gomawo".
Perlahan tangan Jiyeon meraih lengan kemejaku. Ia seperti ingin menahanku pergi tapi ia tidak melakukannya. Hati dan pikirannya pasti sedang bertentangan sekarang.
,"Goodnight Cho Kyuhyun.."
Jiyeon mengucapkan selamat malam untukku dan meninggalkan sebuah ciuman manis dibibirku. Aku melumatnya dengan lembut. Hembusan nafasnya terasa di hidungku.
,"Goodnight Park Jiyeon. Sweet dreams".
Bisikku di bibir Jiyeon. Sekali lagi aku mencium bibirnya lembut sebelum kami benar benar berpisah malam ini.
Dan saat Jiyeon akan kembali membalikkan tubuh berpaling dariku, aku menahannya. Ada sesuatu yang ingin aku berikan untuk Jiyeon dan hampir tertinggal di saku celana ku.
,"Jiyeon-ah changkaman".
Jiyeon memandangiku lagi tanpa tersenyum.
,"Ne?".
,"Ada sesuatu yang ingin aku kembalikan padamu. Aku hampir saja lupa".
,"Maksud oppa?".
,"Ini.. foto ini adalah milikmu. Foto masa kecilmu dengan Eunseok Hyung".
Aku memberikan selembar foto masa lalu milik Jiyeon. Foto keluarga satu-satunya bersama Eunseok yang Jiyeon milikki. Hanya ada dirinya, tuan Park Ki Joon dan Park Eunseok disana.
Kulihat tangan Jiyeon sedikit bergetar saat foto itu kembali kepada pemilik aslinya. Mulutnya sedikit terbuka dan Jiyeon cukup terkejut.
,"Foto ini.. aku.. sudah lama sekali tidak melihatnya. Oppa.. kau dapatkan darimana.."
,"Mianhae. Aku yang mengambilnya tanpa seizinmu. Meskipun sebenarnya aku yang meminta bantuan Changmin. Mianhae Jiyeon-ah, jika aku mencari tahu semuanya tanpa mengatakan apa apa padamu".
Aku sudah siap menerima segala resikonya meski Jiyeon akan sangat marah padaku. Tidak apa. Aku hanya perlu berkata jujur pada Jiyeon.
,"Gwenchana. Terima kasih karena sudah mengembalikan fotonya padaku. Gomawo hyunie".
Jiyeon tersenyum tipis lagi padaku lalu ia memandangi foto masa kecilnya yang ada di tangannya. Kulihat ia sempat mengusap gambar Eunseok hyung, kakak laki lakinya.
,"Ka.. pergilah ke kamar mu dan istirahat. Jaljayo.. chagiya".
Aku mengusap puncak kepala Jiyeon.
,"Heum ne. Jaljayo.. oppa".
Park Jiyeon, tidurlah dengan nyenyak. Jangan pikirkan apapun dan jangan menangis lagi. Bermimpilah yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
"RUMORS"
FanficJiyeon tampak terdiam sambil ia memainkan winenya yang ada didalam gelas. Sejak tadi ia hanya menikmati alunan musik sensual. Kyuhyun yang duduk disamping nya dan menemani jiyeon, akhirnya berani untuk mengajak jiyeon berbincang lebih dulu. Dengan t...