"Sooji-ya, aku merasa aneh. Kemarin aku melihat artikel kalau ternyata direktur rumah sakit itu belum punya anak. Mana yang benar ya?"
Sooji membeku, menatap ragu ke arah temannya dengan pandangan bergetar. Lidahnya terasa kelu untuk bicara, sampai akhirnya Jungwon yang duduk di samping pun menyambar.
"Kalian jangan sembarangan baca artikel. Siapa tahu itu hanya rumor, lagipula kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu? Kalian tidak percaya dengan teman kalian sendiri?"
"Ahh begitu ya? Baiklah, kau benar. Mungkin itu hanya rumor. Tidak mungkin juga kan, Sooji berbohong?"
Sooji tertawa kaku. "Y-ya begitulah.. haha."
"Apa yang kalian lakukan?" Jungwon berkicau lagi, menatap satu persatu teman-teman Sooji yang masih mengelilinginya. "Bel sudah bunyi, duduk di tempat kalian masing-masing. Mengerubunginya seperti itu membuatnya sesak."
Jeong Eun, salah seorang yang duduk di sana pun menyahut. "Sejak kapan ketua kelas kita banyak bicara seperti ini? Terlihat aneh kan?"
Dan setelahnya hanya tatapan tajam yang berhasil membuat mereka menyingkir dari sana. Enggan berurusan dengan si ketua kelas. Sooji pun perlahan mulai tenang, namun kepalanya terus tertunduk ke bawah.
"Jangan khawatir." ujar Jungwon, membuka buku-bukunya. "Aku tahu, kau sebenarnya enggan berbohong. Tapi keadaan yang membuatmu begitu, termasuk dirimu yang sangat takut atas perlakuan dan pandangan orang."
Sooji mendesis sebal. "Jangan berlagak seolah kau tahu semua tentangku, Jungwon. Kau membuatku risih."
~~~~"Kak Sooji!!!"
Seruan beberapa anak itu membuat sang pemilik nama tersenyum cerah. Ia merentangkan tangan, yang disambut pelukan hangat beramai-ramai oleh anak-anak kecil itu.
"Kalian semua kenapa masih ada di luar jam segini?"
"Kami menunggu kakak. Bagaimana sekolahnya?"
Sooji mengulas senyum, melihat raut cerah mereka-- beban Sooji seolah hilang terbawa angin. "Baik-baik saja kok, kenapa?"
"Sooji-ya, kau sudah pulang??"
Mendengar itu, Sooji lantas mengangguk. Membungkuk sopan ke arah wanita paruh baya yang datang sambil menenteng handuk.
"Masuk dulu, di luar mendung." ujarnya, seraya menuntun anak-anak itu.
Sooji melangkah masuk, langsung bertanya hal yang sama seperti hari yang lalu. "Bagaimana, Bi? Makanan anak-anak masih cukup?"
Bibi Han pemilik panti, menggeleng lesu. "Belum, bahkan makanan yang kamu bawa kemarin itu kurang. Tidak apa-apa Sooji, fokus saja pada sekolahmu. Jangan terlalu khawatir, bibi bisa menjaga mereka."
"Maaf.." lirihnya, merasa tak bisa melakukan apapun untuk anak-anak malang itu.
"Tidak apa-apa, jangan dipikirkan." bibi Han memandangi anak-anak kecil itu. "Ayo anak-anak, sekarang kalian mandi dulu ya."
Sooji mendengkus letih, menatap sendu dinding bangunan yang perlahan terkelupas dan luntur. Terlihat tidak layak, namun masih berdiri kokoh. Di dalam bangunan inilah, ratusan anak berteduh. Merasakan kehangatan rumah layaknya apa yang mereka impikan.
Dan ketika ia hendak melangkah pulang, langit seolah membuatnya harus menunggu dengan menumpahkan air yang deras. Gemuruh petir juga ikut terdengar.
Sooji termenung, bingung tentang apa yang harus ia lakukan. Dia tidak bisa mencuri lagi karena Jungwon mengancamnya. Bekerja paruh waktu pun tidak bisa juga karena ia pasti akan ketahuan oleh teman-temannya apalagi mereka sudah mulai curiga.
Sementara di kejauhan, seseorang memerhatikannya di bawah payung hitam yang digenggamnya.
《...》
Ini wordsnya dikit banget, jadi mungkin sehari saya bisa up 2-3 chapter sekaligus.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Heartbeat | Yang Jungwon✔
Фанфик"Aku sekarat, dan aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan." Spin Off dari seri pertama: Dear Noo