"Buka mulutmu."
Jungwon memalingkan wajahnya. Tampak raut datar yang mendominasi, namun itu tidak akan membuat Sooji menyerah.
"Kau harus isi perutmu, Jungwon." ujar Sooji lagi.
"Aku mual."
"Karena itu kau harus makan dulu, sedikit saja. Baru nanti minum obatnya."
Saat Jungwon dan Kangwoo berada di kantin, pemuda itu tiba-tiba pingsan lalu terbangun muntah-muntah. Sooji yang hendak berangkat ke terminal pun memilih memundurkan jadwal busnya, sehingga ia harus berangkat di pukul 7 malam.
Tak menyerah, ia kembali menyodorkan sesendok bubur ke depan mulut Jungwon yang terkatup pucat. "Ayolah, Jungwon. Sesendok saja, cepatlah. Sekarang sudah jam setengah 6, aku harus berangkat jam 7."
"Yasudah, berangkat saja sana. Kenapa masih di sini?"
Sooji mendengus, masih berusaha sabar. "Kenapa kau seperti ini? Kau tidak suka aku ada di sini?"
"Aku benci jika orang lain melihatku kesakitan. Seharusnya kau pergi saja tadi, kenapa malah mengurusku di sini?" jawab Jungwon dengan lirikan lambat.
"Dan aku benci jika kau terus seperti ini. Cepat makan, lalu aku akan berangkat. Setelah itu kau bisa sepuasnya meringis kesakitan di sini tanpa terlihat olehku." Sooji menyahut cepat, lalu meringis sesal. "Ah astaga, buburnya sudah hampir dingin."
Jungwon memerhatikan gadis itu dalam diamnya. "Kenapa kau melakukan ini?"
"Ya karena aku peduli."
"Apa aku terlihat menyedihkan?" tanya Jungwon lagi.
"Tidak."
"Kau serius?"
"Aku serius, Jungwon-ah."
"Jangan bohong."
"Aku tidak bohong! Astaga kenapa kau banyak bicara begini?"
Sedetik setelah Sooji merespon demikian, Jungwon terkikik geli. "Maaf, wajahmu sangat lucu kalau marah."
"Kau mau kupukul?"
"HAHAHAHA!! Baiklah, maaf." tawa yang mengudara itu perlahan mereda, kemudian menghilang. "Bawa sini buburnya, akan aku makan."
Bukannya menuruti permintaan Jungwon, Sooji justru kembali memajukan sesendok bubur itu.
"Aku akan memakannya sendiri."
"Sesuap saja, lalu kau boleh memakannya sendiri."
Jungwon menghela nafas, lalu membuka mulutnya, membuat Sooji tersenyum puas. Bagaimana pun juga gadis itu keras kepala. Persis seperti dirinya, namun agaknya gadis itu sedikit lebih keras darinya.
"Kau masih belum sekolah?"
"Kalau iya, kenapa?"
Mendengar itu, Jungwon mendengus. "Sooji-ya, kembalilah ke sekolah. Kau harus lanjutkan pendidikanmu, apalagi kau seorang perempuan."
"Aku tidak bisa."
"Kalau begitu berjanjilah."
Sooji melempar sorot kebingungan. "Janji apa maksudmu?"
"Ketika transplantasi jantungku selesai, kau harus sekolah lagi."
Gadis itu terdiam sejenak mencerna kalimat yang didengarnya. "Tunggu, apa? Kau sudah mendapatkan pendonornya?!"
"Bukan begitu, Sooji." Jungwon terkekeh letih. "Belum, aku belum dapat. Maksudku nanti, jadi sebaiknya tolong doakan agar aku cepat-cepat mendapat donor jantung."
"Tentu saja kau akan dapat!" Sooji berseru, menepuk pelan pundak lelaki itu. "Tenang saja. Aku yakin kau bisa hidup lebih lama. Kau akan tetap hidup, Jungwon."
"Yah.. semoga saja."
Selagi pemuda itu meminum obatnya, Sooji membereskan barang-barangnya sekaligus kamar inap Jungwon yang sedikit berantakan. Gadis itu memakai ranselnya lagi, menenteng tas jinjing yang berisi beberapa bajunya.
"Aku pergi dulu ya, sudah hampir terlambat."
Jungwon tampak sedikit murung, namun ia mengangguk. "Hati-hati, semoga nenekmu cepat sembuh."
"Terima kasih, kau juga harus sembuh." Sooji membalas senyum seraya memakai sepatunya. Ia membuka pintu, melambai ke arah Jungwon dengan senyum lebar yang teduh.
Sementara pemuda yang terbaring di bangsal itu hanya bisa ikut mengukir kurva di birainya, ikut serta melambai ringan walau terbesit perasaan aneh bahwa ia merasa tak bisa lagi bertemu temannya itu. "Sampai jumpa, Sooji! Cepatlah kembali."
"Aku pasti kembali, jangan khawatir."
《...》Nanti saya spam update lagi kok. Udah ga tahan mau namatin cerita cringe ini astaga😭
Waktu masih diketik kayaknya bagus, pas udh ditinggal bbrp minggu trs dibaca ulang kok jd kyk... ah udhlh. Jdi ngebayangin ekspresi kalian pas baca, wkwk😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Heartbeat | Yang Jungwon✔
Fanfiction"Aku sekarat, dan aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan." Spin Off dari seri pertama: Dear Noo