07

2.1K 568 16
                                    

Jungwon melirik kursi yang kosong di sampingnya. Sooji tidak masuk sekolah, pun ketika Jungwon datang ke panti-- gadis itu tidak ada di sana.

"Sooji tidak datang. Sepertinya dia takut."

"Tidak, lebih tepatnya dia pasti sangat malu sekarang." sambar yang lain dan mereka serentak tertawa terbahak-bahak.

"Akh!" rintihan itu keluar lagi. Jungwon meremat dadanya, tampak gurat kesakitan terlukis jelas.

"Hei, Yang Jungwon. Kau baik-baik saja? Ada apa?" tanya Ni-ki yang duduk di hadapannya.

Jungwon tersenyum, mengacungkan jempolnya seraya tertawa kecil. "Aku baik-baik saja."

"Dadamu sakit?"

"Astaga, rasa ingin tahumu mulai lagi." dengus Jungwon, sementara Ni-ki hanya terkikik dan kembali sibuk dengan ponselnya.

Selepas Ni-ki tak lagi jatuhkan atensi padanya, Jungwon langsung menelungkupkan wajahnya di atas meja, menyembunyikan kerutan dahi yang muncul serta ringisan kecil. Agaknya jantungnya bermasalah lagi. Sudah dipastikan tidak lama dirinya akan berakhir di rumah sakit lagi. Lalu berbohong pada teman-temannya jika ia hanya sakit demam.

Jujur saja, ia lelah.


~~~~

Sooji berdiri di tepi sungai. Lalu terduduk di atas hamparan rumput hijau, dan sesekali melempar kerikil ke dalam air. Dia sangat ingin melompat ke sana, namun para petugas yang berjaga itu membuat niatnya gagal lagi.

"Sial, kenapa hidup rasanya sulit sekali sih?"

"Itu karena pola pikirmu."

"ASTAGA!" Sooji berteriak, memandang kesal ke arah Jungwon yang tiba-tiba datang berdiri di belakangnya.

Jungwon melangkah mendekati gadis itu, dan ikut duduk di sampingnya. "Kenapa kau tidak sekolah?"

"Jangan bahas itu."

"Baiklah, tapi sepertinya kau takut."

Kedua alis Sooji menukik bingung. "Aku?"

"Ya, kau terlalu takut. Takut perihal perlakuan orang-orang terhadapmu. Takut tentang pandangan orang-orang untukmu. Takut tentang bagaimana penilaian mereka tentang dirimu. Karena itu kau berbohong, dan sekarang kau terjebak dalam kebohonganmu sendiri. Apa aku salah?"

Sooji terdiam, mendengus samar. "Kau selalu mencampuri urusanku lagi."

"Sooji-ya." panggil Jungwon yang dibalas gumaman malas. "Hidup adalah tentang beralih ke jalan yang berbeda. Mau tidak mau, kau harus menghadapi kenyataan yang ada di depanmu. Kau memang tidak dapat menemukan jawaban yang benar setiap saat. Tapi jangan menyerah untuk terus bertanya, tentang mengapa kita hidup dan apa tujuan kita hidup. Ketika kau tahu apa tujuanmu, kau tidak akan tersesat lagi."

Sooji melirik sekilas. "Menghadapi kenyataan katamu? Sekedar bernafas lega pun aku ragu. Hal-hal sekecil itu terasa berat sekarang."

"Kau tahu? Hal yang paling mengerikan di dunia ini adalah benih keraguan. Saat satu benih tertanam, maka yang lain akan tumbuh dengan sendirinya. Itulah yang menghambat langkahmu, Sooji."

"Wah..," decak Sooji disertai senyum lebarnya. "Jungwon-ah, kata-katamu bagus sekali. Sebaiknya kau jadi motivator saja."

"Diamlah, aku tidak pantas mendapat pujian itu. Lagipula kata-kata itu aku ambil dari dialog sebuah drama." sanggah Jungwon, memainkan kuku jarinya dengan acuh.

Sooji mengendik bahunya tak peduli. "Mau itu dari drama atau dari pikiranmu sendiri, aku tetap mati rasa. Kata-kata motivasi seperti itu tidak ada pengaruhnya sama sekali untukku. Justru itu terdengar sangat membosankan. Maksudku, penderitaan orang tidak akan hilang hanya dengan kata-kata itu. Mereka justru akan merasa menjadi manusia paling gagal di dunia ini."

"Yah, terserah apa katamu. Bicara denganmu tidak akan ada habisnya."

"Memang iya." Sooji mengeluarkan 2 buah permen loli, lalu memberikan satu untuk Jungwon. "Ambillah."

"Tidak kusangka kau mengikuti saranku sampai sekarang." tutur Jungwon diiringi senyum bahagianya.

Namun alih-alih membalas, Sooji justru lontarkan pertanyaan lain. "Apa kau sakit, Jungwon-ah?"

Senyap. Dilihatnya Jungwon yang terdiam, namun selang beberapa detik ia bersuara. Memandang redup ke arah dua manik terang Sooji.

"Aku sekarat, dan aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan."

《...》

Yg besok PTS, semangat ya!♡

2. Heartbeat | Yang Jungwon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang