Cinta di Masa Lalu

32 0 0
                                    


by. Nurjanatil Husni

Kehadiran seseorang dalam hidup kita adalah Takdir. Takdir kadang membuat kita sangat bahagia dengan apa yang datang dalam kehidupan. Namun, kadang rencana tidak berakhir indah. Bahkan, takdir juga yang membuat kita kehilangan segalanya. Sehingga, bersabar bukanlah jawaban yang tepat untuk menerima segalanya tapi sadar adalah pilihan terberat dan paling tepat dalam bertindak. Kita manusia harus sadar bahwa yang datang akan pergi pada waktunya. Karena, apa yang Tuhan berikan tidak lain hanya titipkan. Jadi, sekeras apapun kita memaksa dan mempertahankannya semua akan sia-sia. Kita tidak punya kuasa yang begitu besar untuk menentang kehendak sang maha kuasa yaitu Allah SWT.

Beberapa tahun yang lalu seorang lelaki mendatangiku. Saat itu aku masih menjadi mahasiswa di sebuah Universitas Negri. Dia datang untuk memintaku membantunya. Sebenarnya kala itu aku belum mengenalnya sepenuhnya. Meskipun kami satu kampus. Awalnya, aku heran kenapa dia mendatangiku?. Bahkan banyak pertanyaan yang kulayangkan untuk mengintrogasinya. Tapi, lelaki yang memiliki sikap tenang dan berwibawa itu mampu menuntaskan jawaban dari beberapa pertanyaanku. Aku mulai tertarik dengannya. Sejak saat itu kami malah semakin dekat dan kami pun sering bersama di beberapa waktu.

Lelaki itu kukenal dengan nama Arya Mahendra. Mahasiswa Manajemen Ekonomi tingkat akhir. Dia menceritakan bahwa dia sangat butuh bantuanku untuk pengajuan tempat magang di perusahaan Papaku. Dia memperoleh kontakku dari temanku yang satu jurusan dengannya. Lebih tepat dari adik junior di jurusannya. Itu adalah sebuah kebetulan atau malah takdir yang membawanya padaku. Saat itu, aku merasa beruntung dengan kehadirannya. Cara berfikirnya sangat dewasa, cara berbicaranya penuh karisma dan cara dia berinteraksi dengan sesama sungguh kuapresiasi. Aku saja yang berada di Fakultas Komunikasi dan jurusan Ilmu Komunikasi dengan mata kuliah yang berbasis cara berkomunikasi rasanya belum bisa menyainginya caranya. Dia adalah sosok hebat di mataku.

Sore yang sangat melelahkan. Aku berjalan menuju kamar dan menghempaskan tubuh lelahku di ranjang yang sangat nyaman itu. Tiba-tiba ponselku berdering.

" Hallo, Assalamualaikum. Selamat sore! Nona, Maudy Claudia Adijaya. Saya tahu hari ini kamu begitu lelah. Mandi dan istirahat yang cukup ya." Suara menggemaskan dari seoraang Arya

" Apasih, ga jelas banget kamu." Aku tersenyum

" Oh Iya, dalam Agama mengucapkan salam itu sunah tapi, menjawabnya wajib loh!" dia terkekeh

" Waduh, ustadz mulai ceramah. Waalaikumussalam tuan Arya." Dengan jawaban yang tak kalah manja

" Oh iya, terima kasih atas bantuanmu selama ini. Sepertinya, aku akan melamar pekerjaan di kantor ayahmu saja."

" Kenapa begitu? Apakah belum ada targetmu untuk melamar ke perusahaan lain?"

" Dulu pernah sih, tapi, di luar Negri," jelasnya

" Lantas sekarang?" aku mengerutkan alis

" Menurutku, bagusnya aku mencoba dan mencari pengalaman dulu di negri sendiri sebelum datang ke negara asing. Toh, sekarang negara kita masih kekurangan oranng hebatkan yang mau berdedikasi untuk negaranya. Perusahaan di Indosenesia pun masih banyak di kuasai oleh orang dari negara asing" terangnya

" Benar juga sih, di prusahaan Papa pun masih banyak investor asing yang menanam saham beberapa persen."

" Ya, Sudahlah, sekarang kamu mandi dan kemudian istirahat. Besok kita lanjut pembicaraan kita."

" Maudy..., segera turun makan malam udah siap." Teriak Mama dari lantai bawah

" Iya, Ma, bentar lagi aku turun, Ma. Aku mandi dulu, lima belas menit lagi aku nyusul." Balasku

" Udah, ya Mas Arya. Aku mau mandi dulu."

" Iya, kalo dapat mandi pake air panas biar badan kamu lebih enakan. Udah, ya, Assalamualaikum. Selamat malam dan selamat beristirahat"

" Waalakumussalam. Mas, selamat malam." Menutup telponku

Kedekatanku dengan Arya mempengaruhi popularitasku di kampus. Aku tidak menyangka dia adalah aktivis kampus. Mungkin karena aku kurang peduli dengan isu kampus. Dia sangat di kenal dengan baik dari banyak kalangan. Dosen, mahasiswa, penjabat kampus bahkan hingga petugas kebersihan kampus pun mengenalnya. Aku tak menduga aku benar-benar berada pada level yang sangat bagus. Meskipun, aku seorang anak pengusaha besar tetap saja semua itu tidak membuatku populer di mata mereka.

Kehidupan sederhana dengan mengendarai sepeda ke kampus membuat mereka tidak percaya dengan kehidupanku sebenarnya. Hanya Arya dan beberapa temanku yang pernah berkunjung yang kenal kehidupanku. Prinsipku adalah belum ada yang bisa kubanggakan jika itu masih punya orang tua. Aku masih menikmati fasilitas yang orangtua kasih. Meskipun dulu papa pernah menawariku membawa mobil atau menyewa supir untuk ke kampus aku menolak hal itu. Cukup segala kemewahan itu kunikmati bersama orang yang memberi saja. bersama orang tua di rumah. Sebenarnya rumahku tidak terlalu jauh dari kampus, maka dari itu aku lebih memilih bersepeda di banding menaiki mobil pribadi. Bersepeda adalah permintaan yang dianggap konyol oleh orangtuaku. Tapi, aku menikmatinya. Aku lebih tenang dengan segala kesederhanaan itu.

Sudah hampir enam bulan aku dekat dengan Arya. Aku benar-benar jatuh cinta kepadanya. Tapi, aku tidak pernah mendengar Arya membahas tentang kisah asmaranya. Bahkan, membahas tentang topik cinta saja tidak pernah. Dia hanya terfokus pada pekerjaan, laporan dan skripsi. Aku bingung dengan hubungan yang terjalin antara kami. Aku takut salah mengambil langkah karena aku jatuh cinta pada orang yang salah. Apakah pantas cinta yang tumbuh ini layak untuk disalahkan? Apakah benar aku salah mencintai Arya?.

Sikap Arya selama ini dalam memperlakukanku seolah ada cinta yang terselubung. Mungkinkah itu hanya perasaanku saja. Aku menempatkan diriku pada posisi sulit. Sekarang aku malah bingung sendiri. Bertanya-tanya seperti layaknya orang gila. Arya benar-benar mengacaukan kewarasanku. Tuhan, Aku terlanjur mencintainya. Saat ini aku tidak tahu tindakan apa yang bisa kuambil. Aku merasa otakku berputar diluar kadar kemampuannya. Sehingga aku merasa sangat pusing dengan pertanyaan-pertanyaan konyol yang entah siapa yang bisa menjawabnya. Dengan segala kepenatan itu aku tertidur pulas di meja belajarku. Aku tidak sadar telah membebani pikiranku dengan sesuatu yang kubuat sendiri. Aku begitu bodoh, baperan dan terlalu percaya diri.

Hari- hariku mulai sunyi karena, sejak kelulusan Arya, aku malah tidak lagi bertemu dengannya. Dia benar-benar keluar negri. Rencnanya untuk melamar pekerjaan di perusahaan Papa memang terjadi, tapi HRD (Human Resources Development) menolak karena untuk posisi yang dia ajukan tidak tersedia. Pihak HRD mengakui akan kepiawaian Arya tapi dengan berat hati mereka belum bisa menerima karena, untuk posisi maneger marketing, perusahaanb Papa baru mengontraknya satu tahun lalu.

Sejak diluar negri, Aku dan Arya sudah jarang berkomunikasi. Dia datang ke negri kelahiran Papanya. Kanada, dia mendapatkan pekerjaan disana sebagai Maneger marketing. Sebenarnya dia juga ingin tahu siapa keluarganya disana. Karena, sejak berumur lima tahun dia telah dibawa ke Jakarta oleh Mamanya. Dia dibesarkan tanpa sosok seorang Papa. Setelah Papanya meninggal, Mamanya tidak bisa tinggal lebih lama di sana. Belum urusan tempat tinggal dan urusan kependudukan negara di sana.

Sekarang, aku telah bekerja menjadi Presenter tetap di sebuah perusahaan media ternama. Keputusan untuk tidak turut mengelola prusahaan Papa sebenarnya adalah keputusan tersulit setelah aku menamatkan S1. Kantor Papa adalah pilihan terakhir dari daftar keinginanaku. Lagian aku percaya adikku Yudi Cleo Adijaya adalah penggemar dan penelola bisnis yang cukup baik. Belum tamat kuliah saja dia sangat berpengaruh untuk kantor Papa. Darah bisnis Papa mengalir hebat di tubuhnya.

Cintaku yang usai tanpa penjelasan, tanpa pengungkapan dan berakhir sebelum kisah itu dimulai. Cinta bertepuk sebelah tangan, karena aku yang sebenarnya menaruh harapan pada hati yang salah. Sekarang dia sudah berada sangat jauh dari pandangan. Jika aku berharap dia untuk kembali, mungkin, itu akan menjadi kesalahan dan kebodohan terbesarku lagi dan lagi. Aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Biarlah tuhan yang memutuskan apa yang terbaik untukku. Aku percaya bahwa sesuatu yang indah akan datang pada waktunya.

end

Batusangkar, Kamis 4 Maret 2021

A Series Of HopesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang