24

5 3 0
                                    

Jangan lupa vote ☆

And

Happy reading to all
---












Wanita dengan raut wajah yang masih terlihat berwarna merah ini, melangkahkan kakinya menuju rumah. Fito telah berpesan kepadanya sebelum pulang,

"lo gak boleh nyolot. Inget, gak boleh nyolot! Dia masih ayah lo, masih ayah kandung lo dan sapai kapan pun dia akan tetap jadi ayah lo, jadi jangan gegabah karena murka alloh ada pada murka orang tua dan itu berlaku juga buat ayah lo"

Ok, sip. Mantep.

Dia emang ahlinya menasehati. Sampai, Dinda pun dapat ia bujuk untuk pulang dan menemui ayahnya kembali.

Ayah dan ibunya masih berada di ruang tamu. Yah, Dinda keluar dari rumah tak mencapai satu jam hingha keduanya masih sempat berdiskusi. Yaps berdiskusi. Entah itu tentang ego atau tentang Dinda, ia tak tahu.

"Nak!" seru Arini.

Dinda langsung mengangkat tangannya sambil memejamkan mata. Tarik nafas, hembuskan. "Mah, Dinda mau ikut sama ayah ke Jepang".

Seketika, air matanya jatuh membasahi pipi yang masih memerah. Ia menangis tanpa suara. Dan jika benar ia ikut bersama ayahnya maka tak akan ada lagi ibu, Fito, atau bahkan Niken. Ia pun otomatis akan berpindah sekolah dan juga harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

"Dinda udah siap buat tinggal sama ayah"

Namun, sedetik kemudian ibu nya tertawa kecil dan langsung menghampiri Dinda. Arini mengelus punggung Dinda. Dan Dinda si buat bingung dengan kejadian ini, apa maksudnya?

"jangan nangis, kamu gak akan kemana-mana kok" Tangan Arini merangkak ke pipi anaknya dan menghapus air mata yang berada di wajahnya.

Dinda tersedak karena tak berhasil menelan ludahnya dengan lancar. "mmmmm-mmmaksud mamah?" Dinda menatap ibunya.

Manik mata Arini mengarahkan Dinda kepada ayahnya yang masih duduk di atas sofa. Sampai akhirnya ia berdiri dan menghampiri Dinda.

"maafkan ayah karena telah membuatmu tersiksa dengan ambisi ayah untuk bawa kamu jauh dari mamah. Tapi, setelah kamu pergi bersama pria tadi, ayah beralih fikiran. Karena ayah seperti merasakan sesuatu saat kamu pergi bersama pria tadi"

"ayah gak tau apa yang ada di hati kamu. Pertama, kamu gak bisa jauh sama mamah dan kedua, kamu pasti berat buat berpisah sama dia kan?"

Ayah Bunda terkikik dan lalu memeluk putrinya dengan erat. "anak ayah sudah besar" ucapnya sambil mengelus rambut Dinda.

"itu artinya, ayah gak bakalan bawa aku ke Jepang yah?"

"tentu tidak. Dan besok pengacara ayah akan datang kesini untuk memberikan hak kamu"

"itu tidak perlu ayah, Dinda tidak membutuhkan itu, Dinda hanya ingin ayah dan mamah Kembali"

Seketika ayah Dinda melepas pelukannya. "sayangnya itu tidak bisa" ucapnya yang membuat Dinda kembali bersedih.

"loh kenapa?"

"karena ayah sama mamah kamu udah gak cocok lagi"

"dan apakah kamu tau nak?" tanya Arini setelah ayah Dinda. "setiap hubungan itu, harus berlandaskan cinta. Materi saja tidaklah cukup jika kita tidak punya cinta, atau bahkan sebaliknya. Jadi, mamah sama ayah gak bisa bersama-sama lagi. Ayah kamu udah punya dia disana, dan mamah, mamah tidak memiliki perasaan apapun lagi kepada ayah kamu" jawab Arini yang berusaha membuat Dinda mengerti.

Friendzone [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang