25

10 3 0
                                    

Jangan lupa vote ☆

And

Happy reading
---















"lll-lo pasti becanda?" tanya Fito tak yakin.

Dinda menilapkan kedua tangannya di dada. "gue? Becanda?" ujar Dinda.

Fito mengangguk.

Plak!

Dinda memukul pundak Fito dengan sangat kencang. "gue lagi gak mood buat becanda"

"ja-di?"

"belaga bego lu!"

Fito tersenyum lebar lalu memeluk Dinda yang kala itu masih terduduk di bangku. Fito memeluk wanita itu dengan sangat erat. Saking eratnya, Fito bahkan hampir saja menghabisi nyawa wanita yang detik ini baru saja resmi menjadi kekasihnya. Yaps, KEKASIHNYA!

"emm, Din"

"iya?"

"soal, lo yang mau ke korea itu..."

Ucapan Fito terjeda karena Dinda yang tiba-tiba tertawa lalu berjongkok di jalan. Dinda menutup mulutnya dengan telapak tangan berharap bahwa mulutnya tidak akan buka bertambah lebar.

Fito mengernyitkan dahinya. "kenapa?" tanya Fito sambil mengulurkan tangannya untuk Dinda.

Dinda meraih uluran tangan Fito dan berdiri. "lo percaya banget apa sama tipuan gue?"

Kedua mata Fito terbelalak begitu telinganya mendengar ucapan Dinda. "apah! Lo becanda?!"

Dinda menghentakan kedua kakinya di jalan aspal. Ia sangat terkekeh melihat perubahan raut wajah Fito yang berubah menjadi merah padam. Mungkin jika di film kartun, Fito telah mengeluarkan asap dari kedua lubang telinga dan juga lubang hidungnya karena kesal.

Uwah,..

"ngapain si pake becanda segala?"

"ya gak papa, lagian kelas korea aku juga belum selesai. Aku gak akan mungkin berangkat ke sana kalo aku belum lulus"

"kalo seminggu disana?"

"itu bisa diatur" Dinda kembali tertawa. Namun seketika, tawanya mereda. "tapi mimpi aku buat nonton konser exo gak akan pernah dijadikan lelucon. Gue beneran pengen banget liat mereka langsung. Tapi, ah yasudahlah lupakan"

Dinda kembali berjalan. Tak lama, Dinda menginjak kaki Fito dan membuatnya mengaduh-aduh kesakitan.

"kaboooooor" Dinda berteriak sambil berlari meninggalkan Fito dijalanan komplek yang lumayan sepi.

"woy awas! Jangan kabur!" Fito mengejar Dinda yang telah lari menjauh darinya.

*

11 hari kemudian...

Tepatnya ditanggal 03 september 2016. Pukul delapan lewat lima belas menit malam. Dinda tengah bercermin sekaligus merias wajahnya dihadapan cermin besar yang memberikan pantulan dirinya. Seketika ia tersenyum lebar, menarik kedua sudut bibirnya hingga melengkung membentuk bulan sabit.

Tapi perlahan, air mata tiba-tiba saja jatuh ke pipinya. Tidak, ini bukanlah air mata kesedihan melainkan air mata kebahagiaan. Ayolah, telah banyak lika-liku kehidupan pahit yang telah ia lewati. Dari mulai perpisahan kedua orang tuanya, hubungan asmaranya dengan Haikal, kesalahpahaman antara Niken dan Fito. Semuanya telah ia lalui dan selesaikan dengan baik.

Di lima menit yang lalu, Dinda baru saja menutup telfonnya bersama Niken. Selama satu jam setengah Dinda mengobrol panjang lebar bersama Niken. Semua telah ia selesaikan bersama wanita yang kini telah menjadi sahabatnya kembali. Tak ada pertikaian atau salah paham sedikitpun dan sekecil apapun kali ini. Pertemanan mereka akhirnya bangkit dan dapat diselamatkan.

Friendzone [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang