Chapter 4

16.8K 1.7K 56
                                    

Malamnya, Adrian, Kevin, Farrel, Agam, dan Zayn kembali berkumpul di ruang keluarga. Sambil menikmati teh serta berbagai jenis kue yang dihidangkan para maid.

"Kakek, dirumah ini gak ada cewek ya?" tanya Adrian.

"Itu cewek." Tunjuk Farrel ke salah satu maid.

"Ish, Bang Farrel ini bodoh atau gimana sih?!" semprot Adrian. "Ian tau mereka cewek. Dikira buta apa?!"

Farrel mendelik tak terima dikatai bodoh. "Yang bodoh itu kamu! Kalo nanya yang lengkap, jangan setengah-setengah."

"Udah-udah jangan debat. Kalian berdua sama-sama bodoh," sahut Zayn menengahi. "Adil kan?"

Kevin tertawa melihat abangnya ikutan dikatain bodoh, baru pertama kali ia melihat abangnya ternistakan. "Iya betul. Kalian berdua bodoh."

"Kamu lebih bodoh dibanding mereka, Kev," sahut Agam.

Tawa Kevin langsung berhenti. "Loh, aku gak ngapa-ngapain kenapa dikatain bodoh?!"

"Terserah Papa lah."

Agam mengabaikan tatapan Kevin yang tak terima dikatain bodoh.

Mentang-mentang orang tua. Ngatain anak seenaknya.

"Iya betul. Di rumah ini gak ada cewek selain para maid, Dek," jawab Agam.

"Terus nenek gak ada? Atau cerai juga? Oh iya, Ian belum nanya sama Papa alasan kenapa mama cerai. Mama selingkuh kah? Kok bisa? Apa karna Papa gak ganteng lagi?"

"Pertanyaanmu kebanyakan. Coba nanya satu-satu!" seru Zayn.

Adrian memutar bola matanya. "Yaudah sih, tinggal jawab aja."

Zayn hampir tersedak tehnya sendiri. Perasaan siang tadi Adrian tidak seberani ini. Fix, ini pasti kelakukan dua anak setan. Cucu kesayangannya pasti diajari hal-hal yang tidak baik.

"Adek, kamu gak boleh ngomong kaya gitu. Gak sopan," tegur Agam. Bingung mengapa anak bungsunya jadi bar-bar.

"Tapi kata Bang Valen sama Bang Valan agar kalian nurut sama Ian, mesti di gas dulu. Gitu~"

"Kayaknya Valen sama Valan gak boleh deket-deket sama Adrian deh," ucap Agam pada Kevin. Mulut Agam menyunggingkan senyum tipis.

Kevin tersenyum kaku. "Aku gak ikut-ikutan, Pa."

"Yang bilang kamu ikutan siapa, hm?"

"Gak ada sih, hehe." Kevin menelan salivanya dengan susah payah. Papanya kalo senyum-senyum gini malah ngeri.

"Kalian belum jawab pertanyaan Ian."

Zayn melirik Adrian sebentar. "Nenek kamu udah bersama Tuhan."

"Jadi gitu." Adrian jadi merasa bersalah. Mana tadi pakai acara ngegas kakeknya pula. Kena karma pasti nih.

Farrel mengusap surai Adrian lembut. "Ngerasa bersalah ya?" Adrian mengangguk sebagai balasan.

Agam tersenyum. Walau tingkah Adrian bagai setan tapi ternyata dia masih punya hati nurani. Belum 100% terkontaminasi oleh Valen dan Valan.

"Alasan Papa cerai mungkin karna Mama kamu bukan jodoh yang ditakdirkan buat Papa." Agam menatap Adrian sendu. Liliana adalah cinta pertamanya, tapi bagi Liliana dirinya mungkin bukan orang yang berarti.

"Apakah Mama ditakdirkan bersama Aya-- eh maksudnya Paman Sagara?" Adrian memasang senyum kaku. Belum bisa menghilangkan kebiasaan memanggil Sagara dengan sebutan Ayah.

"Mungkin." Agam tersenyum tipis. "Kalo boleh tau, selama kamu tinggal bareng Mama, kamu diapain aja?"

"Emangnya Adek diapain sama Mama, Pa?" sahut Kevin bingung. Mamanya gak anarkis kan?

AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang