"Adek, inget gak boleh panas-panasan, gak boleh cape, gak boleh makan sembarangan, gak bo---"
"Iya-iya. Udah berapa ratus kali Papa bilang gitu. Gak cape apa?" tanya Adrian jengah. Cape telinganya mendengar ocehan Agam.
Agam menyentil dahi Adrian. "Kalo orang tua ngomong didengerin, jangan asal motong. Gak sopan."
Nah kan. Keluar lagi nasehat yang hampir Adrian dengar tiap jam. "Iya, maaf."
"Kalo minta maaf tuh dari hati. Kaya terpaksa banget," semprot Agam gemas. Ingin rasanya ia mencubit ginjal Adrian.
Emang terpaksa kok, batin Adrian sebal.
"Adek, cepetan masuk mobil. Nanti telat loh!" teriak Kevin dari dalam mobil.
Adrian segera berlari menuju mobil. "Kalo gitu Ian berangkat dulu ya, Pa. Bye."
"Adek, jangan lari-lari!" teriak Agam namun dihiraukan Adrian.
Agam memegang dahinya. Pusing. "Tommy, tolong jaga Adrian di sekolah. Jangan sampai ada lecet sedikitpun ditubuhnya!" perintah Agam setelah mobil yang ditumpangi Kevin dan Adrian menghilang.
"Baik, Tuan!"
***
"Bang Kevin," panggil Adrian. Matanya asyik memandang ke luar kaca mobil. Sekolah barunya sangat luas.
"Hm?"
"Di kantin sekolah ada bakso mercon gak?" tanya Adrian random.
Kevin yang tengah memarkirkan mobil langsung mengerem mendadak.
"Ish, Bang Kevin kalo ngerem itu pelan-pelan napa?! Hampir kejedot dahi Ian," semprot Adrian.
Mata Kevin menatap Adrian tajam. "Jangan aneh-aneh, Dek. Kalo kamu makan yang aneh-aneh Abang laporin sama Papa loh."
"Kan cuma nanya. Gak usah sewot gitu napa?" seru Adrian kesal karena dari tadi dilarang ini-itu.
Adrian dan Kevin keluar dari mobil. Mata Adrian memandang liar parkiran yang nampak sepi. Bukannya ini sudah agak siangan ya? Kok sepi.
"Parkiran khusus ini Dek. Hanya pemilik sekolah aja yang boleh parkir disini," ucap Kevin seakan tahu apa yang sedang dipikirankan Adrian.
"Emang kita pemilik sekolah?" tanya Adrian bingung.
Kevin mengangguk. "Ayo! Abang anter ke aula dulu. Sambutan buat siswa baru pasti udah dimulai."
Di sepanjang jalan menuju aula Adrian tidak henti-hentinya mengeluarkan kata 'woah'. Bodo amat dianggap kampungan tapi sekolahnya kali ini sungguh menakjubkan.
Mereka sudah sampai di depan aula. Di dalamnya sudah ada kepala sekolah yang memberikan sambutan.
"Bang, gak apa-apa nih telat masuk?" Wajah Adrian nampak khawatir. Baru kali ini dia bisa datang setelat ini. Andaikan saja papanya gak ngasih wejangan pasti ia tidak akan telat.
"Gak apa-apa. Kepala sekolahnya bawahan Papa kok."
Adrian mengangguk ragu. Ia masuk ke dalam sambil mengendap-endap. Kevin yang melihat itu terkekeh pelan lalu berjalan menuju kelasnya. Tidak mungkin kan ia ikut acara yang diperuntukkan untuk siswa baru.
"Untung gak ketahuan," ucap Adrian sembari menduduki satu kursi yang masih kosong.
"Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan. Jaga nama baik sekolah dan belajarlah yang rajin," ucap Herman, kepala sekolah di SMA Galaksi.
"Baru duduk udah selesai aja sambutannya," gumam Adrian.
Adrian membaca kertas yang berisikan susunan acara. "Setelah sambutan kepala sekolah selanjutnya sambutan dari ketua OSIS. Habis itu ke kelas masing-masing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian
Teen FictionAdrian itu bocah yang baru berusia 15 tahun, suka yang gratisan, dan cita-citanya pengen jadi anak angkat orang kaya. Tapi ternyata dia beneran anak orang kaya. Tiba-tiba pula. Motivasi Adrian adalah jika ingin kaya maka jalan tercepatnya jual diri...