"Jadi kamu mau open BO, hm? Emang yakin bakal ada yang mau sama kamu?" pancing Kevin penuh maksud.
"Tenang, wajah Ian gak buluk-buluk amat kok," ucap Adrian yang masih fokus dengan layar ponselnya.
"Denger gak, Pa?"
Adrian sontak menatap tangan Kevin yang sedang memegang ponsel.
Bangke, Bang Kevin ngadu ke Papa.
Kevin menyerahkan ponselnya ke Adrian dengan senyum menyebalkan. "Gak usah di matiin loudspeaker-nya adekku sayang."
Adrian menatap Kevin sengit. "Abang gak punya akhlak. Moga aja pulang nanti ketabrak truk," gumamnya kesal.
"Hehe, iya ada apa, Pa?"
"Haha hehe kepalamu. Tadi kamu ngomong apa barusan? Kayaknya tadi Papa salah denger."
Adrian tertawa kaku. "I-iya tadi kayaknya Papa salah denger. Makanya kalo tiap pagi itu telinganya dibersihin dulu, Pa."
"Adrian, kamu mau Papa sembelih atau mau dipasung?"
Adrian merinding. Dari telepon saja aura seram papanya sudah kerasa.
"Ha-- pfft." Aidan menutup mulut Daniel. Matanya melotot.
"Kalo lo ketawa kita bisa kena imbas juga bodoh," bisik Aidan ditelinga Daniel.
Kenzo menarik baju Daniel dan Aidan ke luar kelas. Arka mengikuti dari belakang. Mencari aman agar mereka tidak kena imbas.
"Papa ceritanya mau bunuh Ian?" Adrian menatap Kevin meminta pertolongan. Tapi Kevin malah mengalihkan pandangannya sambil tersenyum senang.
"Kalo iya kenapa? Masalah?"
"Gak juga sih." Adrian mengambil nafas lalu mengumpulkan keberaniannya. "Tapi Papa ikut juga. Biar Ian ada yang nemenin."
PRANG!
Terdengar suara benda yang pecah dari telpon. Adrian menduga papanya melempar sesuatu ke lantai. Papanya menyeramkan, jadi pengen ganti orang tua.
"Maaf ya. Papa tadi gak sengaja ngejatuhin gelas."
Ya Tuhan, tolong diriku. Semoga Papa bukan psikopat, batin Adrian.
"Papa tutup dulu. Kamu kalo gak mau Papa bunuh pulang nanti jadi anak penurut. Dan jangan ngelakuin hal yang aneh-aneh di sekolah. Kevin adek kamu dijagain. Jangan sampai dia jual diri beneran!"
"Papa tenang aja, Adek bakal aku jaga 24 jam." Kevin mengambi ponselnya dari tangan Adrian.
Tut tut tut
"Punya salah apa gue jadi harus punya keluarga macam gini?" gerutu Adrian.
Valen mendekat. Kedua tangannya memegang pundak Adrian. Matanya memancarkan aura pahlawan. Sekarang Adrian berharap Valen akan menolongnya.
"Gak perlu khawatir."
Adrian tersenyum bahagia. Cuma Valen yang peduli dengannya.
"Kamu anak kesayangan Paman Agam. Paling nanti kamu disuruh berdiri menghadap dinding atau yang paling parah dikurung di kamar selama satu bulan. Atau bisa juga kamu kena siksa sama Kakek Zayn." Valen tersenyum cerah.
Ujung bibir Adrian berkedut. Sekarang dia menyesal percaya dengan Valen. Abang-abangnya gak ada yang bener.
"Wih, seru kayaknya. Dulu Kami pernah kena hukum masuk peti mati hanya karna gak sengaja bunuh ikan koi punya Kakek Zayn. Untung kami pas itu gak dikubur."
![](https://img.wattpad.com/cover/259604223-288-k994596.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian
Teen FictionAdrian itu bocah yang baru berusia 15 tahun, suka yang gratisan, dan cita-citanya pengen jadi anak angkat orang kaya. Tapi ternyata dia beneran anak orang kaya. Tiba-tiba pula. Motivasi Adrian adalah jika ingin kaya maka jalan tercepatnya jual diri...