Setelah pengenalan ekstrakurikuler akhirnya Adrian bisa makan. Di kelas tadi ia hanya menyandarkan bahunya ke dinding sambil mendengarkan penjelasan kakak-kakak ekskul.
Tadi Arka sama Daniel sudah memutuskan memilih basket. Enak sekali jadi mereka, punya badan tinggi plus gak ada yang melarang. Tapi tadi Arka bilang kalau mereka latihan ia bisa melihat dari pinggir lapangan. Ngeliat doang main kagak. Cih, andai dulu dirinya tidak kekurangan gizi.
"Lo pada mau makan apa? Mumpung hari ini gue lagi happy kalian berdua gue traktir." Nampak sekali wajah sombong Daniel. Ingin dipuji maksudnya.
"Yaudah, gue bakso, batagor sama es teh dan hangat," ucap Adrian dengan senyum lebarnya. Hari pertama sekolah makannya gratis, rezeki anak Bapak Ganteng nih.
"Heh kunyuk , mana ada es teh hangat." aniel kesal. Ini bocah baru kenalan udah ngajak ribut.
Adrian mendecak kesal. "Heh onta, di adain aja napa? Belum juga mesan."
"Iyain aja deh. Biar seneng," ucap Daniel malas berdebat. Bisa-bisa mood-nya jadi turun gara-gara tuyul satu ini.
Daniel mengusap dadanya. Sabar. Ia anak orang kaya, kalo ditempeleng yang ada dirinya yang mati.
"Lo apa, Ka?"
"Mie ayam sama es teh aja."
Daniel mengangguk. "oke, gue mesan dulu."
Jadilah di meja tinggal Adrian yang sibuk melihat kantin yang penuh dan Arka dengan ponselnya. Kevin sedang sibuk mengurus kertas-kertas pendaftaran adik kelas jadi tidak bisa makan bareng.
"Bang Kevin tahun depan lulus. Artinya tahun depan gue bebas dong di sekolah," gumam Adrian sambil mengkhayal apa yang akan terjadi tahun depan. Tidak sabar jadinya menunggu Bang Kevin lenyap dari SMA Galaksi.
"Abang lo udah nitipin lo sama gue kalo dia gak ada," sahut Arka kalem. Matanya masih fokus menatap layar ponsel.
Adrian menoleh. "Padahal kita baru ketemuan sehari loh. Kok bisa abang gue percaya sama lo?"
"Abang gue sahabatan sama abang lo. Jadi abang lo kenal sama gue."
"Tapi kayaknya mendingan sama lo deh dibanding sama abang-abang gue. Mereka suka banget ngelarang ini itu, padahal gue kan lakik."
"Tergantung." Arka mematikan ponselnya ketika Daniel sudah kembali dengan membawa pesanan mereka dibantu dengan mas-mas yang jualan.
"Makasih, Mas," ucap Daniel.
"Sama-sama, Dek."
Adrian, Arka dan Daniel memakan makanan mereka.
"Loh?" Adrian berujar bingung. "Es batunya mana? Terus kenapa cuma satu aja?"
Daniel ikutan bingung. "Lo kan mintanya cuma es teh hangat. Jadi gue suruh aja airnya pakai air es sama air hangat. Kalo ada esnya kan jadi es teh," ucap Daniel. "Gak salah kan gue?"
"Gue mintanya es teh sama teh hangat bodoh. Gak ikhlas ya nraktir?" tuding Adrian. Tehnya malah jadi gak panas sama gak dingin. Sama aja boong kalo gitu.
Daniel menggaruk tengkuknya. Ini yang salah siapa sih?!
"Mana gue tau lo maunya itu. Yaudah si, minum aja. Masih untung gratis loh."
"Mau tukeran?" tawar Arka.
Adrian menolak. "Itu punya lo." Namun wajah Adrian masih cemberut.
Daniel menghembuskan nafasnya kasar. "Lo bangke banget sih," sembur Daniel. Kan jadinya ia merasa bersalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian
Fiksyen RemajaAdrian itu bocah yang baru berusia 15 tahun, suka yang gratisan, dan cita-citanya pengen jadi anak angkat orang kaya. Tapi ternyata dia beneran anak orang kaya. Tiba-tiba pula. Motivasi Adrian adalah jika ingin kaya maka jalan tercepatnya jual diri...