Chapter 3

18.4K 1.7K 134
                                    

Adrian sekarang tertidur lelap dalam pangkuan Farrel. Setelah perdebatan panjang tadi Adrian akhirnya menyerah. Sempat ada adegan kejar-kejaran antara dirinya dengan Kevin. Dan tentu saja Kevin berhasil menangkapnya. Jadinya Adrian memilih pasrah dibopong ke mobil.

Untuk barang-barang milik Adrian semuanya ditinggal. Kata Zayn, nanti bisa beli lagi. Soalnya semua barang milik Adrian tidak ada yang pantas di pakai buat cucu bungsunya.

"Aku tidak menyangka anak ini lincah sekali. Tidak penurut pula." Zayn berucap sambil memijat keningnya pelan. Pusing.

Butuh beberapa jam agar bisa membawa Adrian pulang. Di mansion nanti Zayn dan yang lainnya bertekad agar membatasi pergerakan Adrian. Bisa-bisa Adrian kabur tanpa sepengetahuan mereka.

"Eugh." Adrian membuka matanya pelan. Sepertinya dia sedang berada di dalam mobil. Matanya terpejam kembali.

Tunggu, dirinya sekarang berada di dalam mobil. Iya benar di dalam mobil dan duduk di pangkuan seseorang. Matanya sontak terbelalak.

Adrian ingin bangkit namun di tahan. "Udah diam. Tidur!" perintah Farrel.

Niat ingin memberontak langsung ia pendam. Kenapa harus cowok datar satu ini sih yang memangku dirinya. Kan jadinya gak berani ngelawan.

"Ish, mata Ian gak ngantuk lagi," balas Adrian sewot. Setelah dirinya ditangkap, Adrian akhirnya berhenti untuk berbicara kaku. Dia juga meminta agar dirinya tidak dipanggil baby atau sejenisnya, geli dia tuh.

Berasa digoda om-om pedofil.

"Mas, turunin Ian dong," pinta Adrian kepada Farrel. Mulutnya masih canggung mengucapkan kata 'Abang'.

"Abang masih muda Dek, jangan panggil Mas." Farrel tetap menahan tubuh Adrian agar tidak turun dari pangkuannya.

Hembusan nafas kasar keluar dari mulut Adrian. Berasa kaya bocah di pangku kaya gini. Mamanya aja dulu gak pernah tuh mangku dirinya kaya gini.

Jadinya Adrian hanya pasrah dan bersandar di dada bidang Farrel. Saat bersandar tadi dia tahu bahwa abangnya ini punya perut kotak-kotak. Kan jadinya jiwa iri Adrian bergejolak.

"Enak ya punya muka ganteng terus badannya punya roti sobek. Bikin orang kena penyakit hati tau gak," gumam Adrian iri. "Kenapa gak zero pack aja perutnya."

"Kamu ngomong apa, Dek?" tanya Kevin saat melihat mulut Adrian komat-kamit.

Adrian menggelengkan kepala sedikit panik. Kevin melihat ke arah Farrel dan nampak sekali senyuman di wajahnya. Kevin sampai membeku melihat senyuman Farrel yang secerah matahari.

Abangnya kerasukan kah?

Mobil yang ditumpangi mereka berhenti. "Oke, kita sudah sampai," ujar Agam lalu membuka pintu mobil diikuti oleh Zayn, Kevin dan Farrel. Adrian? Dia digendong oleh Farrel.

"Mas eh maksudnya Abang, turunin Ian napa. Malu-maluin ih." Adrian mungkin tidak terlalu mempermasalahkan jika digendong di punggung. Ini masalahnya digendong layaknya anak kecil.

Mana diliat orang-orang berseragam pelayan sama yang pakai jas ala-ala pengawal presiden pula. Kan makin malu.

"Kaki kamu pendek. Lama kalo jalan sendiri," balas Farrel.

"Betul tuh, Dek. Entar kami gak nyadar kalo kamu ketinggalan di belakangan," ujar Kevin sembari menyalakan ponselnyanya. Jari-jemarinya mengetik sesuatu di layar itu.

Karna malu jadinya Adrian menyembunyikan wajahnya di bahu Farrel. Sampai masuk ke dalam mansion pun dia enggan mengangkat wajahnya.

"Baby, ayo angkat wajahnya. Nanti kamu susah nafas," tegur Agam. Mereka sekarang berada di ruang keluarga.

AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang