"Bang, hari ini ada yang bakal datang ke sini ya?" tanya Adrian. Tadi saat ingin mengambil air di dapur ia melihat para maid menyiapkan banyak sekali makanan.
"Keluarga Anggara malam ini mau kemari," jawab Farrel yang sedang fokus dengan laptopnya.
"Keluarga Anggara?"
"Keluarganya Valen sama Valan."
"Oh iya, Ian belum tau nama panjang Bang Valen sama Bang Valan. Kasih tau dong." Adrian baru sadar dari kemarin-kemarin Ia hanya tahu nama panggilan mereka.
"Ngapain kamu tau nama mereka?"
"Ian ini lagi nanya kenapa malah ditanya balik?!" semprot Adrian garang.
Farrel memejamkan matanya. Sabar. Adek kesayangan jangan dibasmi. Dia bukan hama. Ingat dia adekmu Farrel.
"Valendo Savian Anggara sama Valan Savian Anggara. Valen lebih muda dibanding Valan."
Farrel mengalihkan pandangannya ke Adrian. "Kamu rebahan aja dulu di kasur. Satu jam lagi makan malam siap."
Adrian menurut. Setengah jam berlalu dan dia masih rebahan menatap langit-langit kamar. Bosan, entah kenapa dia tiba-tiba jadi kesal melihat muka Farrel.
"Abang ngapain di kamar Ian terus sih?!"
Farrel sabar. Kenapa Adrian mood-nya suka banget berubah-ubah. Bikin pengen ngelus dada terus rasanya. "Tommy lagi ada urusan sama kakek. Jadi Abang yang jagain kamu."
Senyum lebar terbit di bibir Adrian. "Tommy dipecat?"
"Gak."
"Kok gak dipecat?!"
"Emang Tommy salah apa sampai Adek pengen Tommy dipecat?" tanya Farrel heran. Entah kenapa Adrian sangat membenci Tommy. Padahal Tommy orangnya pendiam dan selalu melakukan tugasnya dengan baik.
Adrian melipat kedua tangannya ke dada. "Suka gak nurut sama Ian. Lebih baik dipecat aja. Sekalian dibuang aja ke hutan amazon."
"Contohnya kaya gimana? Perasaan Tommy kerjanya bagus."
"Bagus dari mananya orang dia gak mau beliin Ian bakso mercon."
Farrel sontak melotot ke arah Adrian. "Bagus berarti kalau dia gak beliin kamu."
"Kok Abang malah bela Tommy sih?!" Adrian berujar kesal. "Gak sayang sama Ian ya?! Udah sana jadi'in Tommy adek Abang aja."
Farrel gelagapan ketika melihat mata Adrian yang mulai berkaca-kaca. Bisa-bisa dia kena bunuh sama kakeknya ini.
"Kata siapa Abang gak sayang sama kamu. Sayang kok, banget malah." Farrel yang duduk di sofa segera berjalan menuju kasur.
"Tapi Bang Farrel lebih milih membela Tommy daripada Ian." Suara Adrian mulai bergetar yang malah membuat Farrel makin panik.
Dalam hati Adrian tersenyum bangga dengan dirinya. Bakatnya dalam berakting sudah meningkat.
"Abang gak ngebela Tommy, Dek. Abang tentu aja lebih memilih kamu." Farrel memeluk Adrian sambil menepuk-nepuk punggungnya. "Tapi, makanan yang Adek pengen itu gak baik buat kesehatan. Kamu gak mau bikin kami khawatir kalo kamu tiba-tiba sakit kan?"
Adrian mengangguk pelan. "Tapi kan Ian juga pengen makan-makanan yang Ian suka."
Farrel tersenyum. Akhir-akhir ini Adrian lebih manja dibandingkan saat pertama kali mereka bertemu. Apakah Adrian sudah mau menjadi anak baik dan penurut?
"Nanti kapan-kapan kita makan apa yang Adek mau."
"Beneran?"
Sip, rencana gue berhasil. Terimakasih Tuhan telah memberikanku bakat seperti ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/259604223-288-k994596.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian
Teen FictionAdrian itu bocah yang baru berusia 15 tahun, suka yang gratisan, dan cita-citanya pengen jadi anak angkat orang kaya. Tapi ternyata dia beneran anak orang kaya. Tiba-tiba pula. Motivasi Adrian adalah jika ingin kaya maka jalan tercepatnya jual diri...