["Pelukis kenamaan Arletta Chandini Gita telah kembali dari persembunyiannya setelah lima tahun menghilang. Kini ia tengah menyelesaikan lukisannya yang tertunda dan kabarnya ia---"]
Seorang wanita yang tengah menonton berita gosip langsung mematikan siaran tersebut, ia muak dengan pemberitaan yang selalu sama tiap harinya.
"Aku sudah memberitahu infotaimen agar tidak membicarakan dirimu. Tapi ternyata kedatanganmu kembali membuat seluruh media heboh."
"Iya aku tahu. Karena itulah aku menjauh selama ini," sahut wanita berambut panjang sebahu dengan gaun selutut.
Wanita tersebut seolah-olah tak peduli di saat sang manajer memanggil namanya. Ia membuka pintu di salah satu rumahnya, seulas senyum ditunjukkan kepada gadis kecil yang tengah bermain.
"Anak ibu sedang apa?" tanyanya dengan lembut.
"Eila lagi main boneka."
Dibelainya pelan pucuk kepala sang anak lalu mencium keningnya. Ia sangat menyayangi anaknya walau ada sebuah kesalahan di masa lalu.
"Arletta, apa kamu tidak mendengarkanku?"
Sang manajer tampak kesal, ia diacuhkan sejak kemarin. Karena kesalahan dalam memilih penerbangan membuat para wartawan mengincar kedatangan sang pelukis terkenal.
"Aku mendengarkanmu, Sa. Jadi jangan membuat telingaku sakit."
"Kamu selalu saja seperti itu. Dengarkan aku jika bicara," ucap pria yang sudah enam tahun mengurus segala keperluannya.
"Paman Wasa nggak capek marah-marah," celoteh Eila dengan mimik wajah yang lucu.
"Ya capek, Eila. Tapi ibu kamu itu lagi marah sama paman," sahut Wasa merapikan mainan Eila yang berceceran.
Wasa akui jika ia salah, seharusnya mereka tiba di dini hari agar tidak ketahuan berita gosip. Namun kenyataannya, jam penerbangannya terlambat. Mereka tiba dari Spanyol ke Indonesia malah siang hari di mana para wartawan sudah berada di bandara.
"Apa kamu tidak mau wartawan mengetahui keberadaan Eila?" tanya Wasa pelan, agar tidak terdengar Eila.
"Lambat laun mereka pasti tahu tentang kepergianku lima tahun lalu, Sa. Aku hanya tak ingin mereka memberitakan Eila yang buruk."
"Let, kebenaran pasti terungkap suatu hari nanti," kata Wasa berusaha menghibur.
"Bagaimana bisa terungkap, Sa? Aku saja tidak tahu pria yang melecehkanku malam itu? Aku hanya tahu dia melalui surat yang dikirimkan untuk Eila," jawab Arletta menghela napas panjang.
Wasa memegang kedua bahu Arletta, gadis remaja yang dulu keras kepala kini berubah menjadi wanita dewasa dengan pemikiran yang matang.
"Aku akan mencari pria itu untukmu, Let. Begitu juga dengan keluargamu. Meskipun kita tak bisa melacaknya melalui surat itu, pasti kita bisa menemukannya."
Beberapa tahun silam adalah hari kelam bagi Arletta, ia diculik dan dilecehkan sebagai seorang wanita dan kehilangan mahkota berharganya. Syok, ketakutan dan rasa tak suka pada awal kehamilannya membuat Arletta berniat bunuh diri. Namun, keluarganya selalu menguatkan wanita tersebut.
Hingga Wasa yang sudah dianggap saudara memiliki rencana yaitu membawa Arletta ke Spanyol bersama Izah. Tak ada yang tahu jika di negara sana, ia melahirkan bayi mungil nan cantik.
"Satu hal yang tidak bisa aku pahami, mengapa pria itu jika aku memiliki Eila dan ia mengirim surat tiap bulan?"
Keanehan terasa saat Eila menginjak usia setahun, surat dari pria tak dikenal dan mengakui sebagai ayah kandung Eila terus mengirim selembar surat tanpa alamat dan isinya yang bercerita mengenai kegiatan si pria tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
( Bukan ) Pernikahan Bahagia Terbit Di Dreame/Innovel Hingga Tamat
RomanceDi usia yang dua puluh enam tahun, ia sudah menyandang gelar seorang ibu tanpa suami. Putri kecilnya tidak pernah tahu siapa ayah kandungnya, hanya sepucuk surat yang datang tiap bulan kepada sang putri. Tepat di usia putrinya yang ke lima tahun, da...