Part 3 Benci Dan Cinta

534 49 0
                                    

"Tuan, ada wanita yang ingin menemui anda saat ini. Apakah anda mau menemuinya?" Dani asisten pribadi Janu mengabari jika ada tamu yang ingin menemuinya.

Tak ada jawaban dari Janu, Dani segera tahu arti diam sang atasan yaitu ia tidak mau ada orang yang menganggunya.

"Apa dia ibu dari anakku?"

Dani mengangguk, tak ada rahasia di antara mereka sejak kecil. Dani yatim piatu diangkat anak oleh ayah Janu dan menjadikannya tangan kanan untuk Janu.

"Suruh dia masuk, Dan. Aku sudah merindukannya."

Janu Mahesa pemuda yang dulu sering disindir Arletta, kini tampak berbeda. Ia bukan lagi pemuda gemuk dan culun, tampilannya yang dulu memang disengaja untuk mempermainkan Arletta.

"Selamat datang, Arletta. My love dear."

Janu menyambut kedatangan Arletta di kantornya, ia yakin wanita ini tahu alamatnya dari sang manajer karena Wasa menghubunginya kemarin.

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Arletta secara langsung.

"Tak mau duduk di sebelahku?" Janu menepuk-nepuk sofa agar Arletta duduk.

"Aku tak sudi duduk bersamamu," cemooh Arletta yang tetap berdiri. Sebenarnya ia tak berani menghadapi pria yang ada di depannya itu, tetapi demi keluarganya ia rela melakukan hal tersebut.

"Terserah kamu saja. Kamu masih sama seperti dulu, tidak berubah sama sekali."

Janu duduk dengan santai, bersandar dan menikmati kopi hitamnya seakan tak ada Arletta di sana yang sedang menunggunya untuk bicara.

"Yakin kamu mau tidak duduk? Nggak capek?" Janu menggodanya dengan senyuman.

"Lebih baik aku berdiri daripada duduk bersama pria yang sudah melecehkanku!" Arletta berucap keras, ia tak suka ditatap tajam oleh pria itu.

"Tapi kamu menikmatinya, bukan? Apa kamu tidak ingat malam itu? Kamu membuatku tidak bisa melupakannya."

Arletta mundur selangkah hingga mencapai meja hias, ia menggeleng dan hampir saja menjatuhkan bola salju di sampingnya. Sejenak ia melihat benda bulat itu yang sama dengan milik Eila.

"Jangan terkejut, Sayangku. Setiap kali aku memberi hadiah untuk anak kita, aku selalu membelinya dua. Satu untukku dan satu untuk Eila. Eila sangat menyukainya, bukan? Apalagi dengan boneka kelincinya."

"Dari mana kamu tahu Eila menyukai boneka kelincinya? Apa kamu memasang---?"

Janu tertawa keras, ternyata ia ketahuan telah memasang kamera kecil di setiap pemberian hadiah yang dikirimkan untuk Eila.

"Kamu gila! Kamu mematai-matai kami selama ini? Untuk apa?" Arletta berteriak, ia lupa sedang berada di kantor Janu dan lupa akan kedatangannya ke sana.

"Untuk apa?" Janu bangkit dari sofa, menghampiri Arletta dan menangkis tangan wanita itu saat bola salju akan dilempar.

"Kamu ingin tahu alasannya? Karena aku ingin mengawasimu terus dan melihat perkembangan anak kita," bisik Janu tepat di telinga Arletta dengan ketus.

"Tapi kenapa? Kenapa kamu berbuat seperti itu?" tanya Arletta yang kini mulai menangis.

"Aku menyukai jika kamu tersakiti dan tidak bahagia," sahut Janu menyeringai.

"Maaf, jika aku pernah menyakitimu melalui kata-kataku dulu."

Arletta berprasangka jika Janu membencinya karena ia memperlakukan pria itu dengan kasar waktu di sekolah. Namun, Janu memiliki alasan tertentu.

( Bukan ) Pernikahan Bahagia Terbit Di Dreame/Innovel Hingga TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang