Part 2 Terlalu Sadis Caramu

669 45 0
                                    

Pertemuannya dengan pria tadi membuatnya takut setengah mati, ia benar-benar tak menyangka jika ia bertemu lagi dengan pria yang sudah merenggut mahkota berharganya.

"Ada apa, Nak? Sejak pulang dari temu wawancara tadi kamu tampak diam." Ridwan maupun Izah melihat perubahan dari Arletta. Sang anak langsung masuk kamar begitu sampai di rumah setelah diantar Wasa.

"Nggak apa-apa, Yah. Arletta hanya capek," kilahnya memberi jawaban.

"Jangan terlalu banyak mengambil pekerjaan, Nak. Ingat selalu jaga kesehatanmu," pesan Izah yang khawatir.

"Bu, adik kembar mau ke sini. Tapi mereka belum tiba dari Malaysia," celetuk Eila yang berada di sampingnya.

"Penerbangan mereka tertunda. Mungkin baru besok datang," sahut Ridwan sambil mengunyah makanannya.

"Bu, Arletta ke kamar dulu, ya. Rasanya badan Arletta capek semua."

"Eila kok ditinggal sendiri, Bu?"

"Hari ini Eila tidur sama kakek dan nenek dulu, ya."

Izah tahu pasti ada masalah dengan Arletta, tak biasanya sang anak melewatkan jam tidur Eila. Ia yang selalu menidurkan Eila dan mendongengkan sebuah cerita.

"Eila tidur sama nenek dulu, ya. Ibu mau melukis dulu." Izah memberi pengertian pada Eila agar anak kecil itu paham.

Di kamarnya, Arletta tak bisa tidur. Ia masih memikirkan pria di mobil tadi dan sempat mengatakan jika ia akan datang menemui kedua orang tuanya.

"Mengapa ia harus hadir dan datang menemuiku?"

Arletta menggigit bibirnya sendiri, kebiasannya saat ia diserang rasa cemas dan ketakutan. Tak pernah terlintas di benaknya jika pria yang memesan lukisan darinya adalah pria yang sama beberapa tahun lalu.

"Siapa dia sebenarnya? Apa alasannya menculikku?"

Seberat apapun Arletta berpikir, ia tak menemukan jalan keluarnya. Ia tidak tahu alasan pria itu menculiknya dan melecehkannya.

Ponselnya bergetar, ada pesan tertulis dari Wasa yang memberitahu tentang sesuatu. Arletta memilih menelepon dan menanyai Wasa langsung.

["Nama pemesan lukisanmu itu Janu Mahesa Manendra."]

"Orang mana pria itu, Sa?"

["Orang Indonesia, Let. Dia pengusaha hotel dan rumah sakit di seluruh negeri ini."]

"Lalu mengapa dia memintaku untuk melukisnya? Bukankah masih banyak pelukis terbaik di negeri ini?"

["Loh kamu tidak tahu pria itu, Let?"]

"Memangnya siapa, Sa."

["Dia itu satu sekolah dengan kita dulu. Kamu tahu anak lelaki yang sering kamu rundung itu? Yang gemuk dan berkacamata?"]

Ya, tentu saja Arletta ingat jelas pemuda gemuk yang pernah ia sindir dan rundung tiap bertemu dan berpapasan di koridor sekolah.

"Iya aku tahu."

["Pemuda gemuk itu Janu, Let. Pria yang memesan lukisanmu itu. Wah nggak sangka penampilannya berubah."]

Ponselnya terjatuh di alas karpet, kali ini perkataan dari Wasa benar-benar membuat syok dan kaget luar biasa. Secara tak sadar, ingatan-ingatan tersebut terpampang begitu nyata di depannya. Janu gemuk berubah total dari penampilannya yang dulu.

["Let, kamu baik-baik saja?"]

Arletta mengambil kembali ponselnya,"Maaf aku tutup dulu teleponnya, Sa."

( Bukan ) Pernikahan Bahagia Terbit Di Dreame/Innovel Hingga TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang