"Kecilkan tubuhmu saat kita menikah minggu depan."
"Jangan pilih gaun yang itu, tak akan terlihat indah."
Rasa gugup dan cemas dirasa Arletta saat mencoba gaun pengantin, ia tak berani sekalipun berbicara saat Janu memandang begitu lekat dan tajam.
"Aku tak suka saat kamu tak menjawab pertanyaanku tadi, Arletta."
"Yang mana?" tanya Arletta pelan.
"Pakai telingamu untuk mendengar!"
Pegawai butik di sana hanya bisa terdiam ketika melihat pasangan calon pengantin yang sedang mencoba gaun untuk mempelai wanita tertunduk menahan kesal. Mereka tak berani bergosip atau berkata-kata.
"Pilih saja yang itu," ujar Janu menunjuk gaun pengantin yang sederhana sekali tanpa kemewahan.
"Kamu mau yang ini?" tanya Arletta yang masih belum percaya dengan yang dikatakan Janu.
"Lebih baik pakai itu daripada kamu harus pakai piyama ke catatan sipil."
Arletta mendesah, ia pasrah dengan yang dilakukan Janu. Ia tak mau berdebat karena akan terlihat oleh pegawai butik. Meskipun butik ini milik Seruni, tetap saja ia harus menjaga harga dirinya di hadapan pegawai.
"Aku tunggu di luar. Jangan berlama-lama di sini," ucap Janu ketus seraya pergi meninggalkan Arletta di ruangan.
"Iya," jawab Arletta pelan dan singkat.
Jika tak ingat dengan Eila, ia akan menangis sejadi-jadinya. Entah kenapa sejak memiliki Eila, perasaannya semakin sensitif. Beda dengan dirinya yang dulu.
"Kamu tidak apa-apa, Arletta?"
"Iya aku baik-baik saja kok, Sin. Jangan bilang apapun ke Seruni, ya." Arletta berucap pada manajer butik yang sedari tadi memperhatikannya.
"Aku bakalan menutup mulut. Tapi susah harus menutup mulut iparmu itu. Nih buktinya dia meneleponku terus memastikan keadaanmu baik-baik saja," sahut Sinta sembari menunjukkan panggilan di ponselnya.
"Katakan padanya aku baik-baik saja, Sin. Aku tak mau merepotkan dirinya."
Arletta segera pergi setelah berganti pakaian dan tak ingin mendengar omelan Janu yang menunggunya sedari tadi. Di dalam mobil, Janu sibuk dengan proposal dan tablet di tangannya. Ia tak memperhatikan Arletta dan tetap mendiamkannya saat mereka sudah sampai di rumah besar Janu.
"Silakan turun, Nyonya."
"Terima kasih, Pak."
Arletta turun dari mobil, ia memandang rumah di depannya yang lebih besar dari rumahnya sendiri. Ia berjalan pelan menyusuri anak tangga menuju pintu utama. Tak ada senyuman atau genggaman tangan yang ditunjukkan pasangan umumnya saat melihat kediaman baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
( Bukan ) Pernikahan Bahagia Terbit Di Dreame/Innovel Hingga Tamat
RomanceDi usia yang dua puluh enam tahun, ia sudah menyandang gelar seorang ibu tanpa suami. Putri kecilnya tidak pernah tahu siapa ayah kandungnya, hanya sepucuk surat yang datang tiap bulan kepada sang putri. Tepat di usia putrinya yang ke lima tahun, da...