Part 10 Tak Ingin Dicintai

291 24 0
                                    

Di balik wajah cerianya, Arletta menyimpan kesedihan yang mendalam. Tepat di hari ini enam tahun sudah kepergian orang yang ia cintai karena kecelakaan. Tak pernah ia tunjukkan perasaan tersebut kepada keluarganya, semua dipendam sendiri.

"Let, ayo kita pergi dari sini. Sebentar lagi akan hujan," ajak Seruni sembari menggenggam jemari kembarannya.

"Aku masih ingin di sini, Run. Aku merindukan Sadhana."

Seruni tahu kesedihan yang dirasa Arletta, karena ia juga mengalami hal serupa. Mobil yang ditumpangi Sadhana dan Brian mengalami kecelakaan tragis di jalan bebas hambatan saat mereka sudah pulang dari kencan double.

"Apa kamu tidak merindukan Brian, Run?"

"Tentu saja, Let. Tapi aku tak bisa selamanya berkutat dalam kenangan. Aku akan menyimpannya di sini saja tanpa seorangpun tahu," ujar Seruni menunjuk ke jantungnya.

"Kamu masih beruntung Wasa yang selalu ada untukmu."

Seruni tak mau mengingatkan peristiwa kelam yang menimpa kembarannya setelah kematian Sadhana sehingga ia mengajak Arletta untuk pulang.

"Dan, besok aku akan menikah. Doakan aku di sana, ya."

Untuk terakhir kalinya, Arletta mengusap pusara Sadhana dan kembali menangis. Besok ia akan menjadi milik orang lain, pria yang tak pernah ia cintai sama sekali.

"Aku taruh di sini, ya. Jaga aku selalu," ujar Arletta mengubur cincin pertunangannya.

Bram yang memang ada di sana sedari tadi, menghampiri mereka dan mengajak pulang sebab rintik hujan sudah turun. Seruni dibantu Wasa mendorong kursi rodanya dan Bram merangkul Arletta yang tidak kuat berjalan.

"Mas, apa tidak ada saksi kecelakaan itu?"

"Sampai saat ini tidak ada saksi apapun, Dek. Pihak polisi mengatakan itu kecelakaan murni."

"Tidak, Mas. Arletta tetap tidak percaya, Sadhana itu juara balap mobil. Mustahil rasanya jika itu kecelakaan murni," sangkal Arletta.

"Iya Mas tahu, Let. Masalahnya kita tidak punya cukup bukti."

"Karena itulah, Mas. Mas itu jaksa jadi seharusnya tahu dan carilah bukti!"

Arletta ditenangkan Seruni, ia menangis dan menelungkupkan wajahnya di bahu Seruni. Selama enam tahun, tak ada bukti yang bisa menjelaskan kecelakaan tersebut. Semua keluarga yakin jika bukan rem blong penyebab kematian mereka.

"Mas akan mencarinya, Let. Mas yakin ada pelaku yang lolos. Jadi tenanglah, ya. Jangan perlihatkan kesedihanmu di depan Eila," sahut Bram setibanya di kediaman mereka.

"Mas akan langsung ke kantor," lanjut Bram mengendarai mobilnya.

Eila menyambut kedatangan Arletta dengan berlari kecil, ia tertawa dan meminta gendong. Arletta menyakini jika anaknya ada sesuatu yang membuatnya senang.

"Ada apa, Eil?"

Wasa langsung menggendong tubuh gemuk Eila, tetapi gadis kecil itu malah memalingkan wajah saat sang paman ingin mencium keningnya.

"Yang boleh mencium Eila sekarang itu ayah bukannya paman," dengkusnya dengan memanyunkan bibir.

"Ah, masa sih?"

"Turunin Eila, Paman. Di sini ada ayah."

Langkah Arletta terhenti, ia mematung dan membisu. Untuk saat ini ia tak ingin bertemu pria itu dan berusaha menghindar. Namun, Janu sudah ada di depan pintu dengan tangan bersidekap menatapnya tajam.

"Ayo Sa. Kita masuk."

Seruni memberi anggukan kepala sebelum ia dan Wasa masuk, mereka tak ingin mengganggu Janu. Apalagi Seruni merasa takut jika melihat Janu yang dinilainya menakutkan.

( Bukan ) Pernikahan Bahagia Terbit Di Dreame/Innovel Hingga TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang