7. Salah Pilih

1.8K 278 20
                                    

Untuk kedua kalinya, Cyan bersyukur berteman dengan Cherry karena gadis itu memilihkan tempat duduk yang sesuai dengan keinginannya. Padahal, Cyan sudah takut-takut kebagian tempat di belakang atau depan sendiri karena sempat berbincang dengan Raven dalam waktu lumayan lama.

Cyan teringat dengan grup chat komunitas bernama utas23 itu. Dari pembahasannya, ia jadi yakin kalau komunitas tersebut bukanlah sesuatu yang sembarangan, cukup misterius, dan … membahayakan. Pemikirannya itu juga didasari oleh salah seorang kakak kelas yang masuk grup chat dan menyatakan dua dari beberapa aturan yang dia sebut sebagai hukum utas.

Di waktu yang seharusnya sudah memasuki mata pelajaran jam keempat—kalau hari biasa—ini Cyan melirik Cherry yang sibuk mengarungi mimpi sampai tak sadar beberapa menit yang lalu guru memasuki kelas dan meminta muridnya membentuk susunan organisasi kelas.

"Cyan! Cyan aja sekretarisnya!"

Cyan menoleh ke asal suara. "Sembarangan! Lo sendiri aja sana!" tolaknya.

"Lo aja deh, Cy, lo 'kan cantik, pasti tulisannya juga cantik," alibi siswi yang duduk di belakang Cyan.

Cyan menggeleng cepat. Kelas sembilan lalu ia sudah ditunjuk—dipaksa menjadi sekretaris sampai tidak bisa menolak, tidak ada sekretaris kedua lagi. Alhasil, kalau ada kepentingan yang berhubungan dengan tulis-menulis, dirinya sendiri yang ribet.

"Tulis woy, Cyan aja!"

Lagi dan lagi, Cyan menggeleng. "Tulisan gue di buku emang bagus, soalnya buku bisa dimiringin, tapi kalau di papan tulis jadi miring kayak orang kobam, langsung bikin mata silinder juga!"

Gadis itu sebenarnya bohong. Walau ia tidak bisa mendapatkan hasil tulisan rapi dan tegak lurus kalau buku, kertas, atau media menulis lainnya jika tidak dimiringkan kurang lebih tiga puluh derajat ke kanan, di papan tulis ia masih bisa mengatasinya. Hal yang paling membuatnya malas adalah saat disuruh mengisi absensi, laporan, serta yang berhubungan dengan data-data kelas kemudian diserahkan ke guru yang berwenang.

"Gak usah kolot. Kalau disuruh nyatet sama guru, lo tolak aja, mending foto terus kirim ke grup chat."

Sorakan membenarkan ujaran salah seorang siswa itu membuat Cyan mendecak kesal, lalu dengan pasrah membiarkan namanya ditulis oleh siswi yang katanya menjadi bendahara kelas.

Sumpah, telinga Cyan langsung pengang mendengar teriakan gembira tanpa sebab dari para kawan barunya—di kelas ini tidak ada teman segugusnya selain Cherry. Gadis itu melipat tangan di atas meja, lalu menelungkupkan kepala berusaha memejamkan mata. Namun, urung, ia menegakkan badan lagi, mengambil ponsel di loker dan mulai membuka satu aplikasi chat.

"Siapa ya yang nyebarin nomer gue?" guman Cyan saat melihat banyaknya nomor tak dikenal say hi atau meminta save.

Menolehkan kepala ke arah Cherry yang masih memejamkan mata, ia menggeleng pelan. Tidak mungkin Cherry, dia bahkan belum bertukar kontak dengan gadis itu. Saat MPLS juga tak boleh ada grup chat per gugus, entah apa mau anggota OSIS dan MPK itu, Cyan kadang tidak paham.

Menggulirkan layar melihat permintaan save berderet banyak, Cyan memilih mengabaikan. Ia memiliki opini selama ini; mereka yang meminta disimpan kontaknya walau belum bertemu, sebagian besar hanya akan berkirim pesan dalam waktu singkat dan berakhir menjadi pajangan.

DALASNAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang